Calvin kembali bermain game setelah Xavier menanggapi pertanyaan Haikal. Sayang sekali, ternyata Xavier tidak mengakui pernikahannya.
Padahal, Calvin sudah berharap Xavier mengaku sudah memiliki istri sekaligus perempuan yang dicintai di depan Haikal.
"Vin, lo tahu sesuatu, kan? Xavier udah nikah? sama siapa? lo kenal sama istrinya?" Haikal yang masih penasaran beralih bertanya pada Calvin. Meskipun belum tentu Calvin mau menjawabnya.
Haikal ingat kemarin-kemarin tidak ada cincin di jari manis Xavier, kenapa tiba-tiba sekarang?
"Gak tahu, tanya sendiri sama orangnya," sahut Calvin dengan mata yang fokus pada handphone.
Memang benar-benar susah bicara dengan Xavier dan Calvin. Mereka tidak pernah merespon dengan benar pertanyaan orang lain.
"Xavier aja nyuruh gue diem, malah nyuruh gue nanya langsung ke orangnya," cibir Haikal dalam hati. Tidak berani mengatakannya langsung.
Haikal terpaksa membuang rasa penasarannya karena tidak ada yang bisa ditanya perkara benar atau tidaknya Xavier sudah menikah. Haikal kemudian pergi mengambil makanan dan minuman yang sudah tersedia di markas mereka.
Markas Orion bukan markas biasa. Karena hampir semua anggotanya kaya, fasilitas di markas mereka juga tidak kaleng-kaleng. Bukan hanya makanan, komputer, bahkan tempat tidur pun tersedia disana.
"Ini yang lain pada kemana ya? males banget gue sama dua manusia itu!" Haikal mengambil keripik kentang dan minuman soda sambil menggerutu. Ayolah, orang seperti Haikal tidak cocok dengan orang-orang seperti Calvin dan Xavier.
Setelah mengambil makanan dan minuman, Haikal kembali ke tempat Calvin dan Xavier berada. Bisa dilihat kedua sahabatnya masih berada diposisi yang sama dan melakukan aktivitas yang sama.
"Bisa mati kebosenan gue kalau sama mereka," gumam Haikal dalam hati. Lebih baik sekarang Haikal makan daripada peduli dengan mereka.
"Ah, sial!" Calvin melempar handphonenya sembarangan karena kesal game-nya kalah.
Calvin kemudian menatap Haikal, "Kal, gue bosen."
Gigitan Haikal pada keripik kentangnya terhenti medengar kata bosan keluar dari mulut Calvin.
Haikal senang karena akhirnya Calvin berhenti bermain game? tidak! justru Haikal ketar-ketir karena Calvin bosan berarti akan ada masalah.
"Temenin gue keluar yuk, Kal," Calvin berdiri dan terlihat serius ingin mengajak Haikal pergi keluar.
Haikal ingin menolak, tapi yang di hadapinya ini Calvin dan tidak ada yang bisa menolak Calvin.
"Mau kemana lo?" tanya Haikal waspada. Orang seperti Calvin ini sangat patut untuk diwaspadai.
Calvin selalu melakukan hal-hal diluar logika orang normal. Bisa saja keluar yang Calvin maksud adalah keluar negeri atau keluar angkasa.
"Jajan di SD," jawab Calvin.
Haikal merasa sedikit lebih lega setelah mendapat jawaban dari Calvin. Syukurlah, Calvin tidak aneh-aneh sekarang.
"Nanti lo bonceng gue," tambah Calvin membuat Haikal menarik kembali rasa syukurnya.
"Mobil lo?" Haikal bukan tidak mau membonceng Calvin, tapi... ah, sudahlah!
"Gue males nyetir."
"Tapi gue juga males bonceng lo," Haikal hanya bisa mengatakan itu dalam hatinya.
Haikal tidak keberatan membonceng siapapun, asal jangan Calvin. Karena Calvin suka sekali bertingkah kalau dibonceng.
"Gapapa deh, Kal. Cuma jajan ke SD, kan?" Haikal berusaha untuk berpikir positif.
"Malah bengong! ayo, buruan!" Calvin menarik paksa tangan Haikal supaya berdiri.
"Iya, sabar dong!" Haikal jadi merasa berhadapan dengan bocah kalau Calvin sudah seperti ini. Bocah kematian.
"Vier, lo mau ikut gak?"
"Gak," singkat dan padat seperti biasanya. Xavier bahkan menjawab dengan matanya yang masih tertutup.
"Udah, ayo buruan! lo lambat banget sih!" Calvin menarik kerah baju Haikal supaya Haikal cepat jalan.
"Semoga gue baik-baik aja," begitulah doa yang Haikal panjatkan.
Tidak bermaksud berlebihan, tapi kalian akan tahu sendiri bagaimana Calvin saat bosan.
"Ayo, jalan!" ucap Calvin setelah mereka duduk diatas motor.
"Iya jalan, tapi tangan lo jangan kayak gini dong," Haikal melihat kearah tangan Calvin yang melingkar di perutnya, "lo mau dikira homo?"
"Emang lo homo?"
"Ya enggak lah!"
"Yaudah, kenapa harus peduliin orang lain?"
Haikal tahu perdebatan mereka tidak akan selesai kalau dirinya terus menanggapi Calvin. Sudahlah, lagipula Haikal juga memakai helm. Tidak akan ada orang yang mengenalinya.
Bisa gawat kalau ada yang mengenali Haikal dan melapor pada papahnya, Haikal bolos kuliah dan malah mesra-mesraan dengan sesama jenis.
Haikal dan Calvin tidak bermaksud mesra-mesraan, tapi kadangan pandangan orang lain suka diluar perkiraan. Bisa saja mereka dikira homo.
"Kal, lo tuh ngelamunin apaan sih? buruan jalan!"
"Iya, bawel amat lo!" setelahnya motor hitam Haikal melaju menuju sekolah dasar dimana disana biasa menjual makanan yang unik -itu kata Calvin.
Dulu waktu sekolah dasar, Calvin makan di kantin dan menunya disiapkan di sekolah. Jadi waktu sekolah dasar Calvin tidak pernah makan makanan unik seperti anak-anak sekolah dasar zaman sekarang.
~ Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments