Ketika Xavier dan Calvin keluar dari kamar untuk sarapan, mereka melihat Namira berpakaian rapih lengkap dengan tas dan buku-buku. Sepertinya Namira berniat pergi ke kampus hari ini.
"Lo mau kuliah, Ra?" tanya Calvin pada Namira.
"Hem," Calvin meringis saat Namira hanya bergumam menjawab pertanyaan darinya.
Kalau dipikir-pikir, Namira dan Xavier pasangan yang cocok, cocok untuk mengheningkan cipta bersama. Namira dan Xavier sama-sama tidak banyak bicara. Mereka hanya akan bicara untuk hal yang memang benar-benar ingin mereka katakan dan tidak kenal apa itu basa-basi.
"Lo kan baru aja nikah, ambil cuti lah! masa langsung kuliah?" sebagai orang yang malas pergi ke kampus, Calvin tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengomeli manusia yang terlewat rajin seperti seperti sepupunya ini.
Bolos kuliah adalah kebiasaan Calvin, kenapa Namira tidak memiliki jiwa pembolos seperti Calvin dan malah melakukan kebalikannya?
"Mau ngapain ambil cuti?" tanya Namira terlihat tidak tertarik untuk cuti kuliah. Lagipula, Namira hanya baru menikah bukan baru melahirkan anak.
"Ya, ngapain aja. Bikin ponakan buat gue misalnya eumm mhh," Xavier membungkam mulut Calvin dengan telapak tangannya supaya sahabatnya berhenti bicara.
"Mau gue anterin?" tawar Xavier pada Namira.
Sebenarnya, ini hal biasa, seorang suami bertanya pada istrinya mau diantar atau tidak ke suatu tempat yang ingin sang istri datangi. Tapi karena Xavier yang mengatakan itu, rasanya terdengar sangat luar biasa. Calvin ingin sekali memberi komentar, sayangnya Xavier membekap mulutnya.
"Gak usah, makasih. Gue pergi sendiri. Lo sarapan aja sana," Namira dengan sopan menolak tawaran Xavier. Selain karena Namira terbiasa pergi sendiri, Namira juga tidak ingin membuat orang-orang di kampus heboh melihatnya diantar oleh ketua geng Orion.
"Yaudah," Calvin tidak menyangka jawaban Xavier akan sesingkat itu. Yaudah?
"Gue mau ke markas," Xavier menggantung ucapannya, seperti ada yang ingin diucapkan tapi menyangkut di tenggorokan.
"Kalau nanti lo pulang dan gue gue gak di rumah, kemungkinan gue masih di markas. Lo bisa telpon gue kalau ada apa-apa," lanjut Xavier. Sebenarnya bukan itu yang ingin Xavier katakan, tapi itulah yang keluar dari mulut Xavier.
"Oke, gue pergi sekarang," setelah mengatakan itu, Namira benar-benar pergi.
Calvin dengan cepat menepis tangan Xavier yang membungkam mulutnya saat bungkaman tangan Xavier melonggar.
Calvin mengatakan sesuatu yang wajar, meminta keponakan pada sepupunya, kenapa Xavier harus membungkam mulutnya seperti tadi?
"Apaan itu tadi? kenapa gue merinding denger lo ngomong kayak gitu sama Namira?" komentar Calvin. Jujur saja, perkataan Xavier benar-benar membuat Calvin merinding.
Xavier mendelik menatap Calvin, "alay lo!"
Xavier kemudian membawa kakinya menuju dapur, untuk melihat masakan apa yang istrinya siapkan.
"Ck!" Calvin menyusul Xavier ke ruang makan, disana sudah tersedia dua piring dengan menu roti, telur, sosis dan sayuran yang sudah diolah sedemikian rupa.
"Wah, enak nih kayaknya," Calvin sudah bersiap untuk makan, tapi Xavier menahannya.
"Ini masakan istri gue," ucap Xavier menekankan.
Masakan istri berarti suaminya lah yang berhak mencicipinya pertama kali, bukan orang asing seperti Calvin.
"Ya terus kenapa, anjir? gue laper!" kesal Calvin.
Memang kenapa kalau itu masakan istri Xavier? apa Xavier lupa Namira juga sepupu Calvin? cih!
"Gue dulu makan, baru lo," tegas Xavier membuat Calvin menganga tidak percaya. Bisa-bisanya Xavier menggunakan alasan itu untuk makan duluan.
"Yaudah, buruan. Gue laper," Calvin menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil melipat tangan di dada menunggu Xavier makan.
"Mentang-mentang punya istri belagu banget lo!" cibir Calvin kesal.
Sementara yang dicibir tidak peduli dan terlihat sangat menikmati sarapan yang dibuat istrinya.
"Gimana? enak?" tanya Calvin penasaran melihat Xavier sangat menikmati suapan demi suapan yang masuk ke dalam mulutnya.
"Hem," dan tanpa diduga setelah Xavier melarang Calvin makan dengan alasan istrinya yang memasak, tidak ada kata enak yang keluar dari mulutnya.
"Anjir, lo gak ngehargain banget, istri lo udah capek-capek masak, dipuji dikit kek."
"Istri gue gak ada," sahut Xavier enteng.
Syarat untuk memuji adalah adanya orang yang perlu dipuji. Xavier mengakui masakan Namira enak, tapi Xavier tidak bisa memujinya karena Namira tidak ada.
"Apa salahnya muji meskipun istri lo gak ada?"
"Mending lo makan aja deh, gak usah berisik."
"Tadi lo ya yang nyuruh gue jangan makan dulu."
"Yaudah, sekarang lo makan!" Xavier menutup perdebatan mereka dengan menyuruh Calvin makan.
Xavier sudah menjadi orang pertama yang mencoba masakan istrinya, sehingga dia mengizinkan Calvin untuk makan sekarang.
Papah dan Kakek Namira tidak dihitung karena mereka orang yang sewajarnya merasakan masakan Namira.
~ Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments