Calvin melotot menatap punggung Xavier yang semakin menjauh darinya. Xavier sepertinya lupa Calvin tuan muda yang biasa tidur di ranjang king size dan dilayani oleh banyak pelayan.
Calvin tidak mungkin tidur di sofa, badannya pasti akan pegal-pegal. Apalagi, sofa di rumah ini juga sempit, berbeda dengan sofa di rumah Calvin.
"Heh, tunggu!" Calvin dengan cepat mengejar Xavier, takut Xavier benar-benar serius menyuruhnya tidur di ruang tengah.
"Lo serius nyuruh tidur di ruang tengah?" tanya Calvin setelah berhasil berdiri disamping Xavier.
"Bukannya lo yang gak mau tidur di kamar?" Xavier membalikkan pertanyaan Calvin tanpa menghentikan langkahnya.
Calvin tidak menyangka selera Xavier dalam memilih rumah sangat buruk.
"Ya lagian, emang disini gak ada kamar lain? masa kita tidur berdua sih?" ucap Calvin membela dirinya sekaligus protes.
Xavier melirik Calvin sekilas.
"Gak ada, disini cuma ada dua kamar dan lo gak mungkin tidur sama istri gue," jawab Xavier seadanya. Rumah itu memang hanya memiliki dua kamar tidur.
Xavier dan Namira hanya tinggal berdua, untuk apa mereka kamar tidurnya banyak?
"Siapa juga yang mau tidur sama sepupu gue? kan lo bisa tidur sama sepupu gue, terus gue tidur sendiri," Calvin awalnya sangat percaya diri mengatakan itu, tapi nyalinya menciut ketika melihat tatapan Xavier.
Calvin tidak takut pada siapapun, tapi Calvin mengakui Xavier menyeramkan saat sedang marah dan akan jauh lebih baik Calvin mencari aman saja sekarang.
"Hehe iya, gue tidur sama lo aja," Calvin mendahului Xavier masuk ke dalam kamar setelah mengatakan itu.
Di dalam kamar, Calvin melihat kamar Xavier di dekorasi dengan warna hitam. Tidak heran, Xavier memang menyukai warna hitam, bahkan hampir semua bajunya berwarna hitam. Yang membuat Calvin heran dan tidak habis pikir, kamar ini tidak terlalu luas bahkan bisa dibilang jauh lebih kecil dari kamar Calvin.
"Lo gak salah pilih rumah, kan?" tanya Calvin tidak terbiasa dengan rumah kecil seperti rumah Xavier.
Hey! keluarga Xavier maupun Namira berasal dari keluarga konglomerat, kenapa Xavier tidak memilih rumah yang lebih layak untuk dihuni oleh orang-orang seperti mereka?
Sebenarnya, rumah Xavier tidak terlalu kecil, hanya saja tidak cukup besar dibandingkan rumah-rumah keluarga mereka. Minimal rumah mereka memiliki enam kamar tidur dengan kamar mandi di dalam masing-masing kamar dan ada paviliun dibelakang rumah. Calvin tidak percaya Xavier memilih rumah seperti ini untuk ditinggali.
"Namira gak mau pake asisten rumah tangga," jawab Xavier. Tanpa dijelaskan, Calvin langsung mengerti kemana arah pembicaraan Xavier dan alasan Xavier memilih rumah ini.
Namira cucu diamond grup sama seperti Calvin, tapi Namira suka melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan beres-beres. Kadang saat pertemuan keluarga saja kakek mereka capek meminta Namira untuk tidak membantu pelayan.
"Thanks," ucap Calvin membuat Xavier tiba-tiba merinding.
Seorang Calvin mengucapkan terimakasih adalah sebuah keajaiban dan sekarang Xavier mendengar kalimat itu keluar dari mulut Calvin.
"Kenapa lo tiba-tiba bilang makasih?" tanya Xavier yang langsung sedikit menjauhkan tubuhnya dari Calvin.
Sedikit perubahan dari seseorang adalah hal yang harus di waspadai, apalagi kalau orang itu Calvin.
"Gue harus bilang makasih karena lo udah peduli sama sepupu gue," ucap Calvin seadanya. Calvin benar-benar berterimakasih karena Xavier peduli terhadap sepupunya.
"Jujur, waktu kalian dijodohin gue udah bayangin suatu hari nanti kita bakalan ribut karena lo nyakitin sepupu gue," ucap Calvin mengutarakan apa yang sempat dirinya pendam saat mengetahui sepupunya dijodohkan dengan sahabatnya sendiri.
Xavier adalah sahabat yang baik, dalam artian dia selalu peduli terhadap orang terdekatnya meskipun sikapnya dingin dan arogan.
Tapi, sahabat yang baik belum tentu bisa menjadi pasangan yang baik. Justru Calvin takut sikap dingin dan arogan Xavier akan melukai Namira.
Bukan bermaksud overthinking, kenyataannya banyak laki-laki yang baik terhadap temannya namun jahat terhadap pasangannya sendiri.
"Lo pikir gue bakal nyakitin Namira?" tanya Xavier tidak menyangka sahabatnya berpikir seburuk itu tentang dirinya.
Kalau boleh jujur, setiap kali Xavier melihat Namira sendirian, rasanya Xavier ingin sekali melindungi dan menjaga perempuan itu.
Bahkan saat momen Xavier tidak sengaja melihat Namira seperti dikucilkan oleh teman kampusnya karena dianggap sombong dan terlalu memilih teman hanya karena Namira berasal dari keluarga kaya, Xavier ingin membelanya saat itu juga.
Tapi, sebagai ketua geng Orion yang setiap pergerakannya akan menjadi sorotan di kampus, Xavier tidak melakukannya. Bukan karena takut penggemarnya bubar, justru Xavier takut hidup Namira tidak tenang karena penggemarnya.
"Ya, muka lo aja gitu gimana gue gak mikir lo bakal nyakitin Namira?" Calvin berbicara tanpa ragu, sesuai dengan yang dipikirkannya tentang Xavier.
Mereka sudah lama bersahabat dan sudah mengenal satu sama lain. Calvin tahu Xavier gampang terpancing emosi dan suka main kekerasan. Wajar kalau Calvin khawatir.
"Lo bisa bunuh gue kalau gue berani nyakitin sepupu lo."
~ Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments