Episode 20

Setelah nyonya dan tuan Wijaya berlalu juga Lubna, Riza pun menghela napas berat. Pria itu meraih tangan Rana dan menggenggamnya lembut.

Rana yang terkejut dengan apa yang Riza lakukan pun terdiam. Kedua matanya menatap pada tangan besar Riza yang menggenggam lembut tangan nya.

“Za....”

“Aku minta maaf.” Lirih Riza menyela.

Rana menelan ludahnya mendengar permintaan maaf Riza. Dia tidak tau untuk apa Riza meminta maaf padanya. Padahal Rana tidak merasa Riza melakukan kesalahan padanya.

“Gara gara aku kamu jadi begini. Seharusnya sebagai suami yang baik aku membicarakan semuanya dulu sama kamu. Tapi Rana, demi Tuhan sedikitpun aku tidak bermaksud membuat kamu tersinggung dengan apa yang aku katakan tadi pagi.”

Rana tersenyum. Rana sendiri masih bingung dengan perasaan nya. Tidak seharusnya dia marah mendengar Riza berniat menikahi adiknya Lubna. Sebaliknya seharusnya Rana senang karena akhirnya Lubna akan di nikahi oleh Riza, pria yang sangat Lubna cintai.

Pelan pelan Rana melepaskan genggaman tangan Riza. Rana tidak mau terlalu sering berkontak fisik dengan Riza yang akhirnya akan membuatnya merasa nyaman sehingga lambat laun perasaan nya pada Riza akan berubah. Rana takut jatuh cinta pada Riza yang begitu baik dan perhatian padanya. Rana tidak ingin membuat adik satu satunya kecewa apa lagi sampai sakit hati.

“Kamu nggak salah Za.. Apa yang terjadi sama aku sama sekali tidak ada hubungan nya dengan apa yang kamu bicarakan di meja makan tadi pagi saat kita sarapan. Aku memang sudah merasa tidak enak badan sejak semalam. Aku nggak bilang karena aku pikir aku akan baik baik saja dan tidak akan berakhir seperti sekarang ini. Jadi kamu nggak perlu memikirkan nya lagi.”

Riza menghela napas merasa lega. Pria itu sudah sangat takut jika memang benar dugaannya bahwa Rana menjadi drop karena ucapan nya tadi pagi.

“Aku sedikit lega mendengarnya Rana. Tapi aku tetap merasa tidak seharusnya aku membicarakan tentang hal itu sementara aku saja belum membicarakan nya sama kamu sebagai istri aku.”

Rana tertawa geli. Rana tau Riza sangat menghargai dirinya sebagai istri sahnya. Walaupun memang sedikitpun Riza tidak memiliki perasaan apapun padanya.

“Sudahlah tidak usah berlebihan. Aku tau, aku juga paham. Kamu sangat mencintai adikku, begitu juga sebaliknya. Kalian pantas untuk bahagia. Dan sebagai istri kamu, aku mengizinkan kamu untuk menikah dengan Lubna. Bukankah dari awal memang seharusnya kamu dan Lubna yang menikah, bukan kamu dan aku.” Rana berkata dengan hati yang berat namun dengan begitu pintar bisa dia tutupi dengan senyuman manis yang menghiasi bibirnya. Senyuman yang sebenarnya palsu karena tidak sesuai dengan apa yang Rana rasakan sekarang.

“Makasih ya Rana.. Kamu memang istri yang pengertian. Kamu juga kakak yang baik untuk Lubna. Aku janji aku akan berusaha adil setelah aku menikahi Lubna nanti.”

Rana mengernyit. Ucapan berusaha adil yang Riza lontarkan seolah Rana juga adalah wanita yang di cintai nya.

“Terlepas dari cinta atau tidak nya aku sama kamu yang jelas status kita sebagai suami istri itu sah baik menurut agama maupun negara. Jadi sebagai suami yang baik aku akan berusaha semampu aku untuk bisa bersikap adil pada kamu juga Lubna nantinya.” Lanjut Riza memperjelas maksud nya.

Rana mengangguk paham. Hampir saja dirinya salah mengartikan maksud Riza.

“Ya.. Terimakasih. Untuk itu aku juga akan membantu kamu berbicara sama mamah sama papah nanti.”

Riza mengangguk dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Pria dengan kemeja lengan panjang warna coklat susu itu merasa sangat lega juga bahagia karena akhirnya apa yang dia dan Lubna cita citakan untuk bisa hidup bersama akhirnya akan segera terlaksana. Walaupun memang harus ada Rana di antara mereka berdua.

Selama dua hari di rawat di rumah sakit, akhirnya kondisi Rana pun membaik. Riza yang memang tidak ingin di cap sebagai suami yang tidak bertanggung jawab dengan telaten dan tulus selalu bolak balik ke rumah sakit guna menemani Rana. Dan hal itu membuat Lubna semakin merasa cemburu dan merasa di abaikan. Apa lagi selama dua hari itu juga Riza menjaga Rana di rumah sakit sampai menginap di sana. Riza bahkan melarang nyonya dan tuan Wijaya karena ingin menjaga Rana dengan baik sebagai suami Rana.

“Pelan pelan naiknya. Nggak usah buru buru.” Titah Riza saat menuntun Rana menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua dimana kamar mereka berada.

Ya, sore ini Rana sudah bisa pulang ke rumah karena memang kondisinya sudah baik baik saja.

“Aku baik baik saja Riza. Tolong jangan menyikapi aku seperti orang yang sedang tidak berdaya.”

“Oke oke...” Angguk Riza tidak ingin berdebat. Namun meskipun begitu Riza tetap menuntun Rana menaiki anak tangga.

Lubna yang melihat itu melengos. Ada rasa marah dan tidak terima karena perlakuan Riza yang semakin hari memang semakin berlebihan pada kakaknya. Dan sebagai kekasih Riza, Lubna mulai merasa keberatan dengan perlakuan Riza yang seolah mulai menaruh rasa di hati nya untuk Rana.

Begitu sampai di kamar, Rana meminta pada Riza untuk keluar dan menemui Lubna. Sementara dirinya segera menemui kedua orang tua nya guna membicarakan tentang niat Riza yang ingin segera menikah dengan Lubna.

“Kamu yang benar saja Rana. Riza itu suami kamu dan Lubna adalah adik kamu. Apa kata orang orang di luar sana nanti kalau Riza dan Lubna menikah. Mereka pasti akan berpikir buruk tentang Lubna. Apa lagi Lubna adalah publik figur. Lubna akan dengan mudah terkena isu tidak baik di kalangan masyarakat.” Ujar tuan Wijaya yang masih merasa keberatan dengan niat Riza.

Sementara nyonya Wijaya, dia hanya diam saja. Wanita itu bingung harus bagaimana karena Lubna dan Rana sama sama putri yang dia lahir kan dengan nyawa sebagai taruhannya.

“Pah.. Riza menikahi aku bukan karena keinginannya sendiri. Tapi karena papah yang mengajukan syarat. Akan sangat tidak adil kalau papah menghalangi niat Riza untuk menikah dengan Lubna. Lagi pula aku tidak keberatan sedikitpun pah. Aku tidak mencintai Riza begitu juga sebaliknya. Jangan sampai hanya karena papah ingin aku bahagia tapi papah mengorbankan perasaan Lubna. Aku akan bahagia kalau orang orang yang aku sayangi bahagia pah.”

Tuan Wijaya menghela napas pelan. Pria itu tidak bisa berkata apa apa sekarang. Karena memang apa yang Rana katakan memang benar. Rana dan Riza menikah karena ajuan syarat darinya saat Riza meminta izin dan restu padanya untuk menikah dengan Lubna.

“Baiklah kalau begitu. Papah akan merestui pernikahan Riza dan Lubna.” Putus tuan Wijaya yang akhirnya pasrah.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!