Episode 4

Riza termenung di ruangan nya. Pria itu kembali mengingat apa yang di katakan oleh tuan Wijaya semalam bahwa sebenarnya Rana mengidap penyakit serius dan sudah di vonis tidak akan hidup lama lagi. Itu adalah sebab utama tuan Wijaya mengajukan syarat agar Riza menikah lebih dulu dengan Rana sebelum menikah dengan Lubna. Tentu saja karena pria baya itu ingin melihat anaknya berumah tangga sebelum akhirnya Tuhan benar benar mengambil Mutiara hatinya yang sejak dulu dia jaga dan dia lindungi dengan baik. Dan Riza, sebagai pria yang punya hati dan rasa belas kasihan pun dengan berat hati terpaksa menyetujuinya. Selain karena ingin bisa hidup bahagia dengan Lubna, Riza juga ingin memberikan secercah kebahagiaan di sisa umur Rana yang hanya tinggal beberapa bulan lagi itu.

Riza sebenarnya bingung dan terus bertanya tanya apakah benar apa yang di katakan oleh tuan Wijaya, tapi jika di pikir lagi sangat mustahil rasanya kalau tuan Wijaya mengarang cerita. Apa lagi menyangkut nyawa dan kebahagiaan putrinya. Riza selalu percaya bahwa setiap ayah pasti menginginkan segala yang terbaik untuk anak anaknya.

“Tapi kenapa Lubna nggak pernah cerita sama aku tentang penyakit kakaknya? Apa mungkin sebenarnya Lubna juga tidak tau tentang penyakit yang di derita oleh Rana..?” Gumam Riza bertanya tanya sambil mengusap pelan janggutnya yang tidak berjenggot.

Lubna memang tidak pernah menceritakan apapun tentang Rana padanya. Lubna lebih suka menceritakan tentang aktivitas nya seharian di lokasi tempat nya bekerja tanpa sedikit pun menyerempet pada cerita tentang kakaknya ataupun kedua orang tuanya.

“Aku nggak bisa begini terus.. Aku harus bicara sama Lubna sekarang juga.” Putus Riza kemudian.

Siang itu juga Riza bergegas menuju lokasi pemotretan Lubna. Pria itu tidak bisa lagi menahan diri untuk mengatakan perihal tentang dirinya yang setuju untuk lebih dulu menikahi Rana. Riza juga akan mengatakan dengan jujur alasan dirinya menyetujui untuk menikah dengan Rana.

Dalam waktu singkat Riza sudah sampai di lokasi pemotretan Lubna. Pria itu harus sedikit sabar menunggu karena saat dirinya datang Lubna masih ada beberapa sesi pemotretan yang tidak bisa di tunda.

“Ada yang mau aku omongin sama kamu Una, ini tentang semalam.” Kata Riza begitu Lubna mendekat padanya.

Lubna menghela napas. Sudah pasti Riza akan membahas tentang syarat yang di ajukan oleh tuan Wijaya, papahnya.

“Kita cari tempat yang nyaman untuk ngobrol.” Riza meraih tangan Lubna dan menariknya lembut agar Lubna mengikuti nya. Riza tidak ingin ada orang lain yang mendengar percakapan nya dengan Lubna yang pasti akan menjadi gosip mengingat siapa Lubna.

Tidak ada tempat yang menurut Riza tertutup, akhirnya Riza memutuskan untuk mengajak Lubna berbicara di dalam mobil. Itu adalah satu satunya tempat yang aman menurut Riza mengingat di dalam mobilnya tidak mungkin akan ada orang yang mendengar obrolan serius mereka berdua.

Lubna masih tetap diam sampai mereka berdua duduk di dalam mobil Riza. Lubna sebenarnya ingin bertanya bagaimana keyakinan Riza sekarang tentang kelanjutan hubungan mereka, namun Lubna merasa ragu. Lubna takut jika ternyata Riza sudah berubah pikiran karena apa yang di katakan oleh papahnya semalam.

“Aku sudah mengambil keputusan Una...” Riza mulai membuka percakapan di antara mereka. Riza berharap kekasih tercintanya mengerti dengan maksud dan tujuan nya.

“Aku setuju untuk menikah lebih dulu dengan Rana sebelum akhirnya aku menikahi kamu.”

Kedua mata Lubna membulat dengan sempurna mendengar apa yang Riza katakan. Lubna tidak menyangka Riza akan menyetujui apa yang di katakan oleh papahnya semalam. Apa lagi untuk menikah dengan Rana, kakaknya.

“Gila, ini bener bener sudah gila. Kamu sama saja kaya papah.” Geleng Lubna merasa sangat miris. Lubna tentu tidak akan sanggup jika harus melihat Riza bersanding dengan wanita lain. Apa lagi jika wanita itu adalah kakaknya sendiri, Rana Pratiwi Wijaya.

“Una dengarkan aku dulu.” Riza hendak meraih tangan Lubna namun dengan cepat Lubna menghindar. Lubna benar benar merasa sangat kecewa sekarang. Karena sekarang bahkan Riza juga setuju untuk menikah dengan Rana, kakaknya.

Riza menghela napas pelan. Riza sudah menduga Lubna pasti akan salah paham. Dan Riza menebak itu karena Lubna yang belum tau penyebab kenapa papahnya menyuruh agar Riza lebih dulu menikah dengan Rana, kakaknya.

Lubna melengos membuang muka. Air matanya langsung menetes begitu deras membasahi kedua pipinya. Beruntung make up yang Lubna gunakan tidak luntur karena air mata yang begitu deras berlomba lomba menyebrangi kedua pipinya.

“Sayang.. Dengar. Aku punya alasan kuat kenapa aku setuju untuk menikah lebih dulu dengan Rana sebelum menikahi kamu. Dan om Wijaya sendiri yang mengatakan nya padaku. Rana, kakak kamu sudah mendapat vonis tidak akan hidup lama lagi karena penyakit yang di deritanya. Itu sebabnya om Wijaya, papah kamu ingin membuat Rana bahagia di sisa usianya yang katanya hanya tinggal beberapa bulan lagi itu.” Jelas Riza.

Bagai tersambar petir di siang bolong Lubna benar benar sangat terkejut mendengar apa yang Riza katakan. Rana menderita sakit serius Lubna sedikitpun tidak pernah tau. Karena baik Rana maupun kedua orang tua nya tidak pernah menceritakan tentang penyakit serius yang di derita oleh Rana selama ini.

Merasa membutuhkan penjelasan dari sang papah, siang itu juga Lubna langsung mendatangi tuan Wijaya ke perusahaan. Gadis itu berniat menanyakan secara langsung perihal tentang apa yang di katakan Riza padanya.

“Jadi benar apa yang Riza bilang tentang kak Rana dan alasan papah meminta Riza untuk menikah dengan kak Rana pah?” Lubna langsung menodongkan pertanyaan pada papahnya begitu sampai di perusahaan papahnya tepatnya di ruangan kerja sang papah.

Tuan Wijaya menghela napas berat. Menyembunyikan penyakit yang di derita oleh Rana selama ini dari Lubna bukanlah hal yang mudah. Selain harus banyak melontarkan kebohongan, tuan Wijaya juga harus pintar pintar mencari alasan setiap kali mengantar Rana untuk menjalani pengobatan di luar negeri. Pengobatan yang memang tidak pernah menunjukkan hasil yang di inginkan selama ini.

“Kenapa papah merahasiakan nya dari aku? Kenapa tidak ada yang memberitahu aku selama ini pah?” Air mata Lubna mulai menetes kembali. Lubna tidak pernah menyangka jika di balik sikap dingin dan tangguh kakaknya ternyata kakaknya begitu rapuh dan lemah.

“Kakak kamu yang meminta sama papah dan mamah untuk merahasiakan penyakitnya dari kamu nak. Papah harap kamu mengerti dengan maksud papah. Papah harap kamu juga mau membantu mamah sama papah untuk memberikan secercah kebahagiaan pada kakak kamu sebelum dia benar benar pergi meninggalkan kita.” Ujar tuan Wijaya dengan suara serak menahan tangis. Pria itu sebenarnya tidak kuat jika harus membayangkan putri bungsunya pergi meninggalkan nya untuk selamanya.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!