Episode 17

Tidak mau menunda dan membiarkan masalahnya berlarut larut, pagi itu juga Riza langsung mengutarakan niatnya pada kedua mertuanya. Riza melakukan itu karena tidak ingin jika hubungan nya dan Lubna benar benar berakhir. Riza sangat mencintai Lubna dan sedikitpun tidak ingin kehilangan gadis itu.

“Apa maksud kamu Riza? kamu mau menjadikan Lubna menjadi madu Rana? Apa kamu gila?”

Tuan Wijaya merasa sangat geram mendengar apa yang Riza katakan. Pria itu merasa tidak terima dengan apa yang akan Riza lakukan dengan memperistri kedua putrinya sekaligus.

Nyonya Wijaya yang juga terkejut dengan apa yang Riza katakan hanya diam saja. Wanita itu paham karena memang dari awal yang ingin Riza nikahi bukanlah Rana melainkan Lubna. Walaupun memang nyonya Wijaya juga merasa sangat keberatan dengan keniatan Riza.

Untuk Rana, dia sebenarnya juga sangat terkejut mendengar nya. Namun Rana berusaha untuk tenang dalam diamnya. Rana mengerti dan paham dengan perasaan Riza yang sejati nya memang tidak mempunyai perasaan apapun padanya sedikitpun.

Sedangkan Lubna, dia memejamkan kedua matanya tidak menyangka jika ternyata Riza memang benar benar akan mengatakan pada kedua orang tuanya apa yang semalam dia katakan padanya.

“Sebelumnya saya minta maaf pah. Tapi dari awal saya datang kesini juga saya berniat menikahi Lubna, bukan Rana.”

Entah kenapa mendengar itu Rana merasakan hatinya berdenyut ngilu. Rana tidak menyangka Riza akan mengungkit hal itu di depan nya.

“Papah sendiri kan yang bilang kalau setelah saya menikahi Rana saya bisa menikahi Lubna. Saya sudah menuruti apa yang papah dan mamah mau yaitu dengan menikahi Rana. Jadi tolong izinkan saya menikahi Lubna.”

Kedua tangan tuan Wijaya mengepal erat mendengarnya. Pria itu merasa sangat marah karena Riza begitu blak blakan mengatakan hal itu di depan Rana tanpa sedikitpun memikirkan bagaimana perasaan Rana sekarang.

“Saya dan Lubna saling mencintai sejak dulu mah pah.. Tolong restui hubungan kami.” Mohon Riza pada kedua mertuanya.

Merasa tidak kuat menahan semuanya, Rana merasa napasnya tiba tiba sesak. Namun hal itu sama sekali tidak di sadari oleh siapapun yang ada di meja makan. Dan Rana, dia berusaha untuk tenang dan menutupi apa yang sedang di rasakan nya pada siapapun. Dari Lubna dan Riza, juga kedua orang tuanya.

Tidak hanya napasnya yang terasa sesak, Rana juga merasakan kepalanya pusing dan perutnya mual.

Tidak mau sampai tumbang di depan kedua orang tua juga adik dan suaminya, Rana pun segera bangkit dari duduknya.

“Aku sudah telat.” Katanya kemudian berlalu begitu saja dari meja makan.

Semua yang ada di meja makan terdiam menatap Rana yang berlalu dari meja makan. Mereka merasa ada yang aneh dari sikap Rana yang tiba tiba saja berlalu padahal makanan nya masih utuh dan sama sekali belum dia sentuh di piringnya.

“Setidaknya tolong kamu hargai perasaan Rana, Riza. Walaupun kalian berdua tidak saling mencintai, tapi status kalian berdua sudah menjadi suami istri yang sah.” Ujar nyonya Wijaya pelan.

Riza diam. Tiba tiba saja dia merasa sangat bersalah karena sebelumnya tidak membicarakan nya lebih dulu dengan Rana. Padahal seharusnya sebelum mengatakan pada kedua mertuanya, seharusnya Riza lebih dulu membicarakan nya berdua dengan Rana.

Khawatir pada Rana, Riza pun bergegas bangkit dan berlalu dari meja makan menyusul Rana. Pria itu benar benar merasa sangat menyesal karena sudah gegabah.

Saat Riza sampai di depan rumah, Riza sudah tidak lagi mendapati mobil Rana yang artinya Rana sudah pergi sejak tadi.

“Ya Tuhan... Kenapa aku begitu bodoh...” Gumam Riza penuh rasa sesal.

------------

“Apa nona baik baik saja?” Tanya supir yang biasa mengantar jemput tuan Wijaya. Ya, Rana memang sengaja menyuruh supir sang papah untuk mengemudikan mobilnya. Semua itu Rana lakukan demi keselamatan nya sendiri. Rana tidak mau mengambil resiko dirinya celaka jika harus mengemudikan mobil sendiri mengingat keadaan nya yang sedang tidak baik baik saja sekarang.

“Saya tidak apa apa. Tolong cepat sedikit.” Jawab Rana pelan. Sebenarnya Rana sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit di tubuhnya. Namun Rana tetap berusaha tegar di depan orang lain. Semua itu Rana lakukan agar tidak ada yang menganggap dirinya lemah.

“Baik non...” Jawab supir tersenyum menurut saja.

Supir itu menuruti saja apa yang Rana perintahkan dengan menambah kecepatan laju mobil Rana yang dia kemudikan. Selain karena takut sesuatu terjadi pada Rana yang sudah jelas terlihat sangat lemah saat itu, supir tersebut juga tau penyakit apa yang di derita oleh Rana. Itu karena memang supir tersebut sudah lama bekerja pada tuan Wijaya.

“Aku harus memberitahu tuan.” Gumamnya sambil sesekali menatap Rana dari kaca mobil memastikan kondisi Rana masih aman.

Tidak lama kemudian mobil Rana sampai tepat di depan kediaman mewah dokter Sam. Kebetulan saat itu dokter Sam sudah hendak berangkat ke rumah sakit untuk menunaikan tugas nya sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit tempat nya bekerja.

Dokter Sam mengernyit bingung begitu melihat mobil Rana. Apa lagi saat supir tuan Wijaya yang turun dari mobil tersebut.

“Dokter, dokter nona Rana dokter.” Kata supir itu panik.

Dokter Sam yang ikut panik langsung berlari menuju mobil Rana. Dan begitu pintu mobil bagian belakang di buka, Rana sudah tidak sadarkan diri.

“Ya Tuhan.. Rana, Rana bangun nak..” Dokter Sam berusaha membangunkan Rana dengan menepuk nepuk pipi Rana. Namun itu tidak berhasil. Apa lagi darah juga sudah keluar dari hidung Rana. Wajahnya yang cantik juga terlihat sangat pucat dengan kedua mata yang terpejam begitu tenang.

“Ada apa ini? Apa yang terjadi pada Rana?” Tanya dokter Sam pada supir itu dengan nada galak. Pria itu memang sudah sangat menyayangi Rana seperti menyayangi anaknya sendiri. Tidak heran jika marah melihat keadaan Rana yang seperti sekarang.

“Sa saya juga tidak tau dokter. Tadi saat saya sedang mencuci mobil tuan tiba tiba non Rana keluar dari rumah dan meminta pada saya untuk menyupirinya.” Jawab supir itu takut jika di salahkan.

Dokter Sam berdecak. Pria itu benar benar penasaran kenapa Rana bisa sampai dalam keadaaan seperti sekarang di depan rumahnya.

“Ya sudah kamu segera telepon tuan Wijaya. Saya akan membawa Rana ke rumah sakit.” Perintah dokter Sam pada supir tersebut.

“Baik dokter.”

Setelah memberi perintah, dokter Sam pun segera masuk ke dalam mobil Rana. Pria baya itu mengemudikan mobil Rana dengan kecepatan di atas rata rata. Dokter Sam tidak mau jika sampai sesuatu yang tidak di inginkan terjadi pada pasien yang selalu di harapkan kesembuhan nya.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!