BUKAN PERNIKAHAN BIASA
Riza Atmaja, adalah seorang pria yang berprofesi sebagai manager di sebuah perusahaan yang cukup ternama. Karirnya yang memang sangat cemerlang membuatnya banyak di gilai oleh wanita. Namun sayangnya wanita wanita yang menggilainya harus patah hati karena Riza yang sudah memiliki kekasih yang sangat dia cintai yaitu Lubna Putri Wijaya, gadis cantik yang berprofesi sebagai model yang memang sudah cukup di kenal namanya di kalangan publik. Di tambah lagi Lubna juga adalah anak dari pengusaha yang memang sudah tidak asing lagi namanya di dunia bisnis.
Seperti biasanya, saat istirahat makan siang tiba, Riza selalu menyempatkan waktu untuk menemani kekasih tercintanya makan siang. Semua itu Riza lakukan agar Lubna tidak merasa terabaikan apa lagi sampai kurang perhatian. Riza ingin selalu bisa ada untuk Lubna bagaimana pun caranya.
“Kita mau makan dimana?” Lubna bertanya begitu masuk dan duduk disamping kemudi Riza.
“Aku ikutin kamu saja deh.”
Lubna berdecak pelan. Setiap dirinya bertanya Riza pasti akan mengatakan seperti itu.
“Selalu saja begitu. Ya sudah makan di tempat biasa saja.” Kesal Lubna mencebikkan bibirnya yang tipis.
Riza tertawa karena ekspresi kesal Lubna. Bukan senang karena Lubna kesal. Riza hanya selalu merasa bahwa ekspresi kesal kekasih hatinya itu sangat lucu dan menggemaskan.
“Oke tuan putri. Kita jalan sekarang.”
Lubna hanya diam saja. Dia memilih untuk memainkan ponselnya dari pada harus meneruskan rasa kesalnya yang pasti akan memicu pertengkaran antara dirinya dan Riza.
Riza mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat biasa mereka makan siang. Tempat yang memang di pilih oleh Lubna sendiri.
Tidak sampai 15 menit perjalanan, mereka pun sampai di restoran tempat biasa mereka menghabiskan waktu istirahat untuk makan siang bersama.
Ya, meskipun keduanya sama sama mempunyai kesibukan, namun mereka selalu berusaha menyempatkan waktu untuk bersama meski hanya sekedar makan siang ataupun makan malam bersama.
Riza dan Lubna turun dari mobil dan bergandengan tangan memasuki tempat makan yang siang itu cukup ramai pengunjung.
Keduanya memilih tempat duduk yang berada di sudut ruangan. Tempat tersebut memang adalah tempat favorit keduanya karena menurut mereka tempat itu adalah tempat yang nyaman untuk mengobrol karena tidak terlalu berisik.
“Eum.. Una..” Panggil Riza pelan.
“Sebentar Za, aku pesen dulu.” Ujar Lubna yang di angguki oleh Riza.
Lubna memanggil pelayan di restoran tersebut kemudian memesan menu makanan yang dia inginkan. Jangan heran kalau Lubna tidak menanyakan apa yang ingin Riza makan untuk menu makan siangnya, tentu saja karena Riza pasti akan mengatakan “Aku ikut kamu aja”. Ucapan yang memang jika di ladeni akan membuat Lubna marah kemudian mereka cekcok dan bertengkar.
“Tadi mau ngomong apa?” Tanya Lubna setelah selesai memesan menu makan siang untuk mereka berdua.
Riza menarik napas sesaat kemudian menghelanya dengan perlahan. Pria itu berusaha mengumpulkan tekadnya yang memang sudah bulat untuk menikahi Lubna, kekasih yang memang sudah tiga tahun bersamanya.
Riza meraih kedua tangan Lubna dan menggenggamnya lembut. Tatapan nya begitu sangat serius pada Lubna yang langsung paham bahwa Riza pasti akan mengatakan sesuatu yang cukup serius kali ini.
“Una, sayang. Hubungan kita sudah lama terjalin. Publik juga sudah tau bagaimana kita merajut kisah indah ini.” Jeda sejenak. Riza menelan ludah sebelum kembali melanjutkan apa yang ingin dia katakan.
“Aku mungkin belum sukses. Aku masih penuh dengan kekurangan. Tapi aku serius, aku sangat mencintai kamu, aku ingin kita secepatnya menikah. Tidak perlu ada proses lamaran. Aku ingin kita langsung menikah saja.” Lanjut Riza kemudian.
Lubna mengeryit bingung karena Riza yang terlalu muter muter.
“Jadi.. Aku memutuskan untuk besok datang ke rumah kamu. Aku akan mengatakan pada kedua orang tua kamu kalau aku akan menikahi kamu Lubna.”
Lubna terdiam sesaat sebelum akhirnya seulas senyum mulai menghiasi bibir tipisnya. Gadis mana yang tidak bahagia jika pria yang sangat di cintai nya mengatakan akan segera menikahi nya.
“Kamu mau kan menikah sama aku?” Tanya Riza yang membuat senyuman di bibir Lubna semakin lebar. Bodoh sekali jika Lubna menolak. Karena dari awal mereka memutuskan untuk berkomitmen dalam hubungan itu adalah untuk bisa hidup bersama di masa depan.
“Iya.. Aku mau.” Angguk Lubna dengan sangat yakin.
Riza merasa sangat lega mendengarnya. Pria itu yakin dengan apa yang menjadi keputusan nya. Lubna adalah gadis yang sangat di cintai nya. Meski memang Lubna tidak seperti gadis kebanyakan. Lubna tidak pandai memasak ataupun membuat kue. Lubna juga tidak rajin seperti gadis gadis yang menjadi idaman para pria di luar sana. Tapi Riza tetap yakin dia bisa bahagia dengan hidup bersama Lubna. Riza tidak sedikitpun mempermasalahkan apa yang tidak bisa di lakukan oleh Lubna. Karena bagi Riza selama dirinya bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya dan Lubna, Riza yakin hidupnya dan Lubna akan bahagia.
“Aku seneng banget sayang.. Aku benar benar nggak sabar untuk memiliki kamu seutuhnya.” Ujar Riza yang membuat kedua pipi Lubna merona. Lubna tersipu karena ucapan romantis kekasih hatinya yang mengungkap dengan sangat gamblang sudah tidak sabar ingin bisa memiliki nya.
Malam harinya, setelah pulang dari aktivitasnya seharian di lokasi pemotretan, Lubna langsung menemui kedua orang tuanya yang sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton acara TV dan menikmati camilan.
“Hay mah, pah..” Senyum Lubna sembari mendudukkan dirinya di sofa tunggal yang ada di samping sofa panjang yang di duduki kedua orang tuanya.
Mereka adalah tuan dan nyonya Wijaya, sepasang suami istri yang di karuniai dua putri yang cantik yang sangat mereka sayangi.
“Hay sayang.. Kamu baru pulang? Mana kakak kamu?” Senyum nyonya Wijaya menatap penuh kasih sayang pada putri bungsunya.
“Ya mah. Kakak juga tadi udah pulang. Hampir barengan malah pulangnya tadi. Mungkin kakak sedang bersih bersih.” Jawab Lubna.
Nyonya Wijaya menganggukkan kepalanya paham. Dua putri kebanggaan nya memang memiliki kesibukan masing masing. Lubna yang sebagai publik figur, dan Rana yang berprofesi sebagai CEO di sebuah perusahaan tempatnya bekerja.
“Kamu sudah makan?” Tanya nyonya Wijaya perhatian pada Lubna.
“Sudah mah.. Sebenarnya ada yang mau Una bilang sama mamah sama papah. Ini tentang Riza.”
Nyonya dan tuan Wijaya saling menatap sesaat sebelum akhirnya menatap pada Lubna yang terlihat ragu ragu mengutarakan apa yang ingin di katakan nya.
“Memangnya kenapa dengan Riza?” Tanya tuan Wijaya penasaran. Pria baya itu memang sudah tau bagaimana eratnya hubungan putrinya dan Riza. Dia juga tidak keberatan dengan hubungan yang mereka jalin.
“Jadi katanya besok malam Riza mau kesini nemuin mamah sama papah.” Jawab Lubna pelan.
Jawaban Lubna membuat tuan Wijaya tertawa. Pria itu merasa lucu dengan apa yang di katakan putri bungsunya.
“Kirain papah kamu mau ngomong apa. Ya sudah sih kalau mau kesini tinggal kesini saja. Kaya nggak biasa kesini aja.” Tawa tuan Wijaya.
Nyonya Wijaya juga ikut tertawa membuat Lubna tersenyum malu. Keduanya sama sekali tidak menyadari cara bicara Lubna yang tidak seperti biasanya. Mereka menganggap niat Riza datang hanya sebatas untuk main saja seperti biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Rani Rahmat
waw bagus ceritanya
2023-12-01
0