Episode 3

Lubna mengurung dirinya di kamar setelah itu. Gadis itu benar benar sangat kecewa dengan keputusan papah nya. Tentu saja, gadis mana yang tidak kecewa jika kekasihnya yang berniat menikahinya justru di sarankan untuk lebih dulu menikahi kakaknya. Itu benar benar sangat menyakitkan dan tentu nya sangat sulit untuk di terima oleh hati maupun pikiran.

Lubna menatap ponselnya yang sejak semalam terus saja mendapat notifikasi. Namun dari sekian banyaknya notifikasi yang masuk, tidak ada satupun notifikasi pesan dari Riza. Hal itu membuat Lubna merasa sedikit was was. Lubna takut Riza menyerah dan memilih untuk mundur.

Merasa tidak harus diam saja, Lubna pun meraih benda pipih itu. Dia memutuskan untuk menghubungi Riza lebih dulu. Namun beberapa kali menelepon Riza sama sekali tidak mengangkat nya. Tidak putus asa, Lubna pun mengirim pesan pada Riza. Tapi sayang Riza sama sekali tidak membukanya.

“Ya ampun.. Kenapa semuanya jadi kacau begini sih?” Lubna meneteskan air matanya. Dadanya terasa sesak setiap kali mengingat apa yang papahnya katakan semalam.

Sebenarnya Lubna sendiri penasaran kenapa sampai detik ini kakak nya begitu betah melajang. Padahal usianya juga sudah cukup matang untuk menikah. Namun jika melihat dingin nya sikap Rana pada laki laki rasanya memang sangat mustahil jika Rana mau dekat apa lagi menjalin hubungan dengan lawan jenis.

“Apa mungkin kakak sebenarnya tidak tertarik pada laki laki?” Pemikiran buruk Lubna tentang kakaknya mulai menghampiri. Namun detik berikutnya Lubna langsung menggelengkan kepalanya. Lubna yakin kakaknya adalah wanita normal.

Deringan ponsel yang begitu nyaring berhasil menyentak kan Lubna. Dia kemudian segera menatap layar benda pipih berharga fantastis itu. Lubna berdecak, padahal dia berharap Riza yang menelepon nya. Tapi ternyata bukan, yang menelepon nya adalah managernya. Lubna yakin managernya menghubungi nya karena dirinya yang belum sampai di lokasi pemotretan.

“Halo...”

“Ya Lubna. Kamu dimana? Kenapa belum datang sampai jam segini?”

Lubna memutar jengah kedua bola matanya. Managernya memang sangat disiplin dan tepat waktu.

“Aku akan segera datang.” Jawab Lubna singkat yang kemudian segera memutuskan sambungan telepon begitu saja. Lubna tidak ingin berdebat dengan manager nya yang memang sangat menggilai kedisiplinan itu.

Lubna kemudian segera menghubungi asisten nya untuk menanyakan tentang semua kebutuhan nya yang pasti akan sangat di butuhkan nanti di lokasi pemotretan. Dan setelah menghubungi asisten pribadinya, Lubna pun segera bergegas berangkat.

“Kamu nggak mau sarapan dulu nak?” Pertanyaan dengan nada lembut dan penuh perhatian itu keluar dari bibir nyonya Wijaya yang berhasil membuat langkah Lubna terhenti. Lubna menghela napas kasar. Dia masih merasa sangat marah karena apa yang papah dan mamahnya katakan semalam pada Riza.

Lubna kemudian menoleh menatap pada kedua orang tuanya yang duduk di kursi di meja makan dengan beberapa menu sarapan pagi yang tersaji diatas meja makan. Disana juga ada Nara yang sedang menikmati sarapan paginya dalam diam. Merasa enggan untuk bergabung, Lubna pun memilih untuk segera berlalu tanpa mau menjawab pertanyaan nyonya Wijaya, mamahnya.

Rana yang memang tidak tau apa apa hanya mengeryit saja. Dia merasa tidak biasa dengan sikap adiknya pagi ini. Padahal biasanya Lubna selalu menyapa kedua orang tuanya dengan sangat ceria. Tapi sekarang Lubna bahkan tidak menjawab pertanyaan penuh perhatian mamahnya.

Rana menatap sebentar pada kedua orang tua nya yang hanya diam saja dengan berlalunya Lubna. Mamahnya bahkan sama sekali tidak terlihat berniat ingin menyusul Lubna yang tidak bergabung sarapan pagi ini bersama mereka. Dan entah kenapa Rana merasa ada sesuatu yang tidak dia ketahui sekarang.

Namun Rana juga tidak ingin bertanya. Apa lagi jika masalah yang tidak Rana tau itu tidak ada hubungan nya dengan nya.

Rana menghela napas. Dia memutuskan untuk melanjutkan saja sarapan nya dari pada harus bertanya tentang apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Bukan tidak perduli. Hanya saja Rana takut jika memang masalah itu sangat pribadi dan dirinya tidak di perbolehkan untuk tau.

“Rana...” Panggil tuan Wijaya yang membuat Rana langsung menoleh padanya.

“Ada yang mau papah katakan sama kamu.”

Rana melirik mamahnya yang hanya diam saja. Tidak biasanya papahnya berekspresi begitu serius.

“Ini tentang kamu juga adik kamu Lubna.”

Rana menelan ludah. Sekarang Rana yakin bahwa sikap Lubna tadi pasti ada hubungan nya dengan pertanyaan yang ingin di ajukan oleh papahnya saat ini.

“Semalam Riza datang kesini. Dia mengatakan ingin segera menikahi adik kamu. Tapi papah tidak bisa begitu saja memberi restu pada mereka berdua.”

“Kenapa?” Tanya Rana penasaran. Padahal yang Rana tau hubungan Lubna dan Riza sudah terjalin cukup lama. Rasanya tidak aneh jika memang Riza berniat serius menikahi Lubna.

Tuan Wijaya menghela napas pelan sebelum melanjutkan ucapan nya. Bukan berniat berlaku tidak adil pada kedua putri nya, hanya saja pria itu merasa kasihan pada Rana yang selama ini selalu merasa kesepian tanpa ada laki laki yang menghiasi hari harinya seperti Lubna. Tuan Wijaya juga berpikir, kalau sampai Lubna menikah lebih dulu, bukan tidak mungkin Rana akan merasa semakin minder yang akhirnya putus asa dan enggan untuk menjalin hubungan dengan pria manapun.

“Tentu saja karena kamu belum menikah Rana. Papah nggak mau Lubna menikah lebih dulu dari kamu.” Jawab tuan Wijaya dengan suara pelan.

Rana menelan ludah. Dia benar benar sangat terkejut dengan alasan papahnya tidak memberikan restu pada Lubna dan Riza. Karen itu Rana pun mulai merasa bersalah pada adiknya. Rana sedikitpun tidak ingin menghalangi apa yang menjadi tujuan dan kebahagiaan adik satu satunya itu. Tapi untuk sekarang Rana memang masih belum bisa percaya pada pria manapun setelah merasa sakit yang amat sangat di masa lalu.

“Untuk itu papah mau Riza menikahi kamu lebih dulu sebelum menikahi Lubna. Keputusan papah sudah bulat Rana. Baik kamu maupun Lubna tidak bisa mengganggu gugat. Dan juga Riza sudah setuju dengan itu.”

Kedua mata Rana membulat dengan sempurna. Bagaimana mungkin papahnya mengambil keputusan yang begitu sangat konyol. Rana harus menikah dengan Riza sebelum Riza menikah dengan Lubna yang artinya papahnya tidak mempermasalahkan jika dua putrinya menjadi istri dari satu pria yang sama.

“Pah tapi...”

“Rana papah mohon kamu mengerti dan paham dengan maksud papah. Ini demi kebaikan kita bersama.” Sela tuan Wijaya yang tidak mau jika Rana menolak apa yang menjadi keputusan nya.

Rana menghela napas pelan. Dia tidak bisa apa apa jika sang papah sudah melarangnya untuk protes. Meski memang mungkin Lubna akan membencinya nanti.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!