Episode 11

Lubna menceritakan apa yang dia tau dari sang mamah pada Riza siang itu juga. Sambil menangis terisak Lubna mengatakan semuanya pada Riza. Riza yang memang sudah menebak dari awal tentang hal tersebut hanya bisa diam saja. Siapapun tau penyakit kanker darah atau Leukimia bukan penyakit biasa apa lagi jika sudah stadium lanjut. Mustahil rasanya jika si penderita bisa sembuh total. Apa lagi jika vonis kematian sudah ada untuk si penderita.

Karena itu Riza menjadi tidak fokus bekerja. Bayangan Rana yang tertawa dan tersenyum manis terus saja di depan matanya. Pikiran Riza terus saja tertuju pada Rana yang memang sudah tidak bisa di katakan baik baik saja.

Karena kondisinya yang memburuk, Rana terpaksa harus mengerjakan pekerjaan nya dari rumah sampai berhari hari. Namun karena memang sel kanker yang berada di dalam tubuhnya sudah menyebar sampai ke otak, itu membuat daya ingat Rana melemah. Bahkan perkara menyimpan pulpen yang jelas jelas ada di depan nya saja Rana bisa lupa.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Rana yang sedang fokus membaca laporan yang di kirim melalui email mengalihkan perhatian nya.

“Masuk..” Katanya memberi aba aba pada si pengetuk pintu.

Pintu terbuka memunculkan sosok dokter Sam yang membuat Rana langsung mengembangkan senyuman manis di bibirnya. Rana memang sangat dekat dengan dokter Sam. Bahkan hubungan nya dengan dokter Sam sudah seperti anak dan ayah.

“Dokter...” Gumam Rana pelan.

Dokter Sam melangkahkan kakinya mendekat pada Rana yang kemudian langsung bangkit dari duduknya untuk menyambut kedatangan dokter itu.

“Apa aku mengganggumu?” Tanya dokter Sam begitu sampai tepat di depan meja kerja Rana.

Rana tertawa pelan. Meskipun memang dirinya sedang sibuk, namun Rana tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya mengingat bagaimana baik dan perhatian nya dokter Sam padanya.

“Jangan berlebihan dokter, aku hanya sedang mengisi waktu luang. Dari pada hanya duduk merenung kan? Bukankah lebih baik kita melakukan hal yang positif?”

Dokter Sam tertawa dan menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang Rana katakan. Pria itu tau Rana memang bukan tipe orang yang suka membuang buang waktu untuk hal yang tidak berguna. Buktinya meskipun sakit Rana tetap menjalani kehidupan normal seperti orang pada umumnya dan sekalipun tidak pernah mengeluh dengan kondisinya. Tidak heran jika tidak ada orang yang tau tentang penyakit yang di derita Rana sejak kecil termasuk adiknya sendiri Lubna.

“Ya itu memang benar.” Dokter Sam mendudukan dirinya di kursi yang ada di depan meja kerja Rana. Pria itu menghela napas pelan kemudian memusatkan penuh perhatian nya pada Rana.

“Bagaimana keadaan kamu sekarang? Apa kulitmu masih terasa sakit saat di sentuh?” Tanya dokter Sam langsung ke inti pertanyaan yang dia maksud.

Rana menelan ludah. Jika mengingat kondisinya yang lemah rasanya Rana sudah tidak lagi memiliki semangat untuk melanjutkan hidup. Namun jika melihat bagaimana kedua orang tuanya yang memiliki harapan besar untuk kesembuhan nya Rana selalu percaya bahwa keajaiban itu pasti ada dan berlaku untuk dirinya.

“Sudah tidak terlalu sakit dok. Kepalaku juga sudah tidak lagi pusing.” Senyum Rana berkata yang sebenarnya.

“Syukurlah kalau begitu. Rana.. Aku pikir kita..”

“Tidak dokter. Biarkan saja begini. Aku tidak mau menjalani kemoterapi. Tolong mengerti.” Sela Rana yang tau apa yang ingin di katakan oleh dokter Sam. Dia berpikir jika melakukan kemoterapi malah akan membuatnya semakin terlihat lemah. Belum lagi efek dari kemoterapi yang bisa membuatnya kehilangan mahkota terindahnya.

Dokter Sam mengangguk pelan. Bukan sekali dua kali dia berusaha membujuk Rana untuk melakukan kemoterapi. Tapi Rana selalu menolak dan mengatakan untuk jangan memaksa nya.

“Aku memang penyakitan. Tapi aku juga ingin orang orang tidak memandangku lemah dokter. Aku ingin mereka semua memandangku seperti memandang orang sehat pada umumnya. Dokter mengerti kan maksud saya?” Rana berkata dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Dia tidak mau membuat dokter Sam yang begitu baik padanya merasa tersinggung karena Rana yang terus terusan menolak usulan darinya.

“Baiklah kalau memang itu yang menjadi keputusan mutlak kamu nak. Tapi ingat untuk selalu semangat sembuh karena kami semua disini sangat menyayangi kamu.” Lirih dokter Sam. Sebenarnya dokter Sam ingin sekali merengkuh tubuh Rana ke dalam pelukannya untuk memberikan semangat. Tapi itu tidak mungkin mengingat Rana pasti akan kesakitan jika di kulit tubuhnya tersentuh.

“Itu pasti dokter.” Angguk Rana mantap.

Setelah berkata demikian, dokter Sam pun pamit untuk menjalani aktivitas nya di rumah sakit seperti biasanya.

Rana menghela napas pelan setelah kepergian dokter Sam. Rana selalu percaya bahwa Tuhan itu adil. Buktinya meski kanker itu menggerogotinya sejak kecil dirinya masih bisa bertahan dan tampak bugar sampai menginjak usia dewasa seperti sekarang.

Tidak mau pusing memikirkan penyakit yang di deritanya, Rana pun memilih kembali untuk fokus dengan pekerjaan nya.

--------------

“Cut !!”

Lubna menghela napas kasar di sertai decakan pelan. Ini sudah yang kesekian kalinya sutradara menghentikan akting yang sedang di lakoninya di depan kamera. Dan Lubna tau itu pasti karena akting nya yang di anggap kurang totalitas.

“Come on Lubna. Ini sudah hampir dua jam kamu salah salah terus dengan adegan ini. Kalau kamu ada masalah tolong jangan di bawa bawa ke pekerjaan. Professional dong.” Marah sutradara pada Lubna.

“Ya om, maaf.”

“Oke, satu kali lagi. Kalau kamu masih saja tidak bisa fokus lebih baik kamu pulang saja.” Tegas sutradara itu.

“Ya om..”

Adegan kembali dilakukan dan beruntung nya Lubna benar benar bisa totalitas menjalankan perannya sehingga sutradara tidak lagi marah padanya.

Lubna mendudukan dirinya di sofa panjang. Pikiran nya terus saja tertuju pada Rana, kakaknya. Apa lagi sudah beberapa hari ini Rana selalu di rumah yang menandakan bahwa tubuh kakaknya itu sedang benar benar lemah.

“Ekhem !!”

Lubna menoleh saat tiba tiba ada seseorang yang duduk di samping nya. Dia adalah Sultan, teman seprofesinya yang juga adalah pasangan Lubna dalam film yang sedang di buat itu.

“Sultan.” Gumam Lubna tersenyum tipis.

“Seorang aktris cantik dan pandai berakting dalam film dan sinetron apapun tiba tiba menjadi pelupa seperti orang linglung. Pasti ada penyebabnya.”

Lubna hanya tersenyum miris. Ketidak fokusan nya kali ini benar benar membuat semua nya kacau.

“Kita sudah cukup lama mengenal Lubna. Kamu bisa cerita sama aku kalau memang kamu sedang ada masalah. Siapa tau aku bisa bantu.”

Lubna tertawa pelan. Tidak ada seorang pun yang bisa membantu menenangkan pikiran nya sekarang bahkan Riza sekalipun.

“Aku tidak apa apa kok. Mungkin hanya sedikit lelah dan butuh istirahat.” Jawab Lubna.

Sultan mengernyit. Pria itu berpikir apa yang sedang Lubna pikirkan tidak lain adalah karena kekasihnya Riza yang menikah dengan Rana, kakaknya.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!