Episode 5

Setelah mendengar sendiri penjelasan dari papahnya, Lubna pun dengan sangat terpaksa dan berat hati mengizinkan Riza untuk menikah dengan Lubna. Dan dua hari setelah penjelasan dari tuan Wijaya pada Lubna pernikahan antara Riza dan Nara pun segera di langsung kan.

Seluruh publik yang tahu bahwa Lubna dan Riza sudah lama menjalin hubungan pun bertanya tanya termasuk kedua orang tua Riza. Tidak heran jika seluruh stasiun televisi berlomba lomba memberitakan tentang pernikahan Riza dan Rana. Bahkan ada juga rumor tidak sedap yang berhembus di tengah hangat nya berbagai pertanyaan publik tentang kenapa Rana yang Riza nikahi, bukan Lubna. Yaitu rumor perselingkuhan yang di lakukan Riza dan Rana di belakang Lubna.

Selesai acara pernikahan sekaligus resepsi yang di adakan di kediaman Wijaya, Rana pun bergegas menemui adiknya Lubna. Rana benar benar takut Lubna salah paham. Rana juga sadar pernikahan antara dirinya dan Riza sudah sangat menyakiti Lubna, adiknya.

Rana menghela napas pelan begitu sampai tepat di depan pintu kamar adiknya. Meskipun memang sejak pernikahan nya dan Riza di mulai sampai akhirnya pesta resepsi pun selesai di adakan, Lubna tampak terlihat biasa saja. Bahkan Lubna mampu mengukir senyuman manis di bibirnya saat menyalami para tamu undangan yang hadir.

Rana mengangkat tangan nya mengetuk pintu kamar Lubna yang tidak lama kemudian di buka oleh Lubna. Rana tidak terkejut ketika melihat wajah adiknya yang memerah dengan kedua matanya yang sembab. Rana tau Lubna pasti menangis karena tidak bisa menahan rasa sakit itu. Rasa sakit yang Rana sendiri bisa merasakan nya.

“Kak..” Senyum Lubna dengan suara serak layaknya seorang yang sedang menahan tangis. Bahkan saat Rana sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri Lubna menangis, Lubna masih bisa mengukir senyuman manis untuk kakaknya itu.

“Eumm.. Boleh kakak masuk?” Tanya Rana pelan. Ada perasaan ragu sebenarnya, namun Rana berusaha untuk melawan nya.

Dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya Lubna menganggukkan kepalanya. Dia melebarkan pintu kamar nya dan mempersilahkan kakaknya untuk masuk.

Lubna mendudukkan dirinya di tepi ranjang yang di ikuti oleh Rana. Mereka duduk sejajar dalam diam. Rana sendiri bingung harus memulai percakapan darimana. Apa lagi mengingat status nya sekarang yang adalah istri dari Riza, kekasih dari adiknya satu satunya.

Begitu juga dengan Lubna yang bingung harus berkata apa pada kakaknya. Satu sisi Lubna sedih karena kekasih yang sangat dia cintai sekarang berstatus sebagai kakak iparnya, satu sisi lagi Lubna bingung juga sedih mengingat penyakit yang di derita oleh kakaknya. Penyakit yang sudah di derita oleh Rana sejak kecil dan sampai sekarang Lubna baru mengetahuinya.

“Kakak minta maaf.. Kakak juga nggak bisa menolak apa yang menjadi keputusan papah. Tapi kamu nggak perlu khawatir Lubna, kakak tidak akan merebut Riza dari kamu. Kakak akan kembalikan Riza secepatnya ke kamu. Saat itu kakak pastikan kalian berdua akan benar benar sah menjadi pasangan suami istri.”

Lubna menggigit bibir bawahnya menahan tangis mendengar apa yang kakaknya katakan. Perasaan Lubna benar benar campur aduk sekarang. Bahkan apa yang dia dan Riza pikirkan terkesan sangat jahat karena mereka berdua seolah sedang menanti waktu yang tepat untuk kepergian Rana.

“Kakak janji, kakak...”

“Kak...” Lubna menyela dengan lirih apa yang ingin Rana katakan padanya. Dia meraih tangan Lubna dan menggenggamnya lembut.

“Kakak nggak perlu ngomong apapun. Aku paham, aku mengerti. Kakak hanya mengikuti apa yang papah inginkan. Aku percaya sama kakak.” Lirih Lubna dengan suara bergetar.

Rana tersenyum merasa sangat terharu mendengar apa yang adiknya katakan. Rana ikut meneteskan air matanya karena Lubna yang bahkan sama sekali tidak membencinya meski sekarang status Rana adalah istri dari kekasih yang sangat Lubna cintai.

“Kakak janji.. Kakak yang akan memastikan sendiri kamu dan Riza bersatu suatu saat nanti Una.. Kakak janji.”

Lubna langsung berhambur memeluk tubuh kakaknya. Sampai sekarang Lubna benar benar tidak habis pikir. Kakaknya tampak cantik, sehat, dan bugar. Tapi ternyata kakaknya mempunyai penyakit yang tidak Lubna duga sedikitpun. Penyakit yang bisa saja merenggut nyawa Rana kapanpun itu.

“Jangan pikirkan apapun kak. Aku sudah cukup bahagia dengan melihat kakak, juga mamah sama papah bahagia. Kebahagiaan kalian adalah segalanya buat Aku.” Air mata Lubna semakin deras menetes membasahi pipinya. Lubna tidak kuasa menahan tangis yang begitu sangat menyesakkan dadanya.

Membayangkan Rana akan pergi jauh darinya dan kedua orang tuanya membuat Lubna tidak kuasa menahan rasa sedihnya. Jika saja Lubna bisa meminta pada Tuhan, Lubna ingin Tuhan memindahkan saja sakit yang di derita oleh kakaknya pada dirinya.

“Sudah.. Kita nggak boleh sedih sedih kak. Kita harus bahagia. Kan sekarang kakak sudah menjadi seorang istri. Kakak harus bahagia selalu ya.. Percaya sama aku, Riza itu laki laki yang baik. Dia juga pasti bisa menjadi suami yang baik untuk kakak..”

Rana melepaskan pelukan Lubna. Rana tidak tau terbuat dari apa hati adiknya itu sehingga Lubna bisa begitu lapang dada menerima pernikahan nya dengan Riza. Padahal Rana juga tau bagaimana Lubna dan Riza yang sangat saling mencintai.

“Mending sekarang kakak ke kamar kakak deh. Masa iya pengantin baru malah asik sendiri sendiri. Kan nggak lucu.” Tawa Lubna sembari mengusap air mata yang membasahi pipinya.

Rana yang tidak tau harus berbuat apa hanya bisa mengangguk saja. Rana juga sudah berjanji tidak akan mengambil kebahagiaan adiknya. Lagi pula Rana juga sudah tau bahwa waktunya di dunia tidak lama lagi. Dan Rana tidak ingin membuat adiknya menderita di sisa usianya yang hanya tinggal beberapa bulan lagi itu.

“Ya sudah kalau begitu kakak ke kamar ya..”

“Oke...” Angguk Lubna mantap.

Rana menghela napas pelan kemudian bangkit dari duduknya. Dia melangkah pelan keluar dari kamar Lubna. Rana sudah bertekad tidak akan sedikitpun mengambil kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik adik adiknya.

Sementara Lubna. Tubuhnya bergetar begitu hebat setelah Rana keluar dari kamarnya. Lubna bahkan sampai membekap mulutnya sendiri agar tangisannya tidak terdengar oleh kakaknya. Lubna tidak ingin membuat kakaknya merasa bersalah karena telah menikah dengan Riza, kekasih yang sangat Lubna cintai. Walaupun memang Lubna merasa sangat hancur sekarang, tapi Lubna juga ingin memberikan kebahagiaan pada kakaknya yaitu dengan membiarkan kakaknya menikah dengan Riza.

“Ya Tuhan... Ini benar benar sangat sakit.. Hamba merasa tidak kuat Tuhan..” Batin Lubna pilu. Lubna terus membekap mulutnya sendiri agar tangisannya tidak bersuara. Lubna tidak ingin siapapun tau bagaimana hancur hatinya saat ini. Karena seharusnya yang menjadi istri Riza adalah dirinya, bukan Rana, kakaknya.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!