Setelah mendengar sendiri penjelasan dari papahnya, Lubna pun dengan sangat terpaksa dan berat hati mengizinkan Riza untuk menikah dengan Lubna. Dan dua hari setelah penjelasan dari tuan Wijaya pada Lubna pernikahan antara Riza dan Nara pun segera di langsung kan.
Seluruh publik yang tahu bahwa Lubna dan Riza sudah lama menjalin hubungan pun bertanya tanya termasuk kedua orang tua Riza. Tidak heran jika seluruh stasiun televisi berlomba lomba memberitakan tentang pernikahan Riza dan Rana. Bahkan ada juga rumor tidak sedap yang berhembus di tengah hangat nya berbagai pertanyaan publik tentang kenapa Rana yang Riza nikahi, bukan Lubna. Yaitu rumor perselingkuhan yang di lakukan Riza dan Rana di belakang Lubna.
Selesai acara pernikahan sekaligus resepsi yang di adakan di kediaman Wijaya, Rana pun bergegas menemui adiknya Lubna. Rana benar benar takut Lubna salah paham. Rana juga sadar pernikahan antara dirinya dan Riza sudah sangat menyakiti Lubna, adiknya.
Rana menghela napas pelan begitu sampai tepat di depan pintu kamar adiknya. Meskipun memang sejak pernikahan nya dan Riza di mulai sampai akhirnya pesta resepsi pun selesai di adakan, Lubna tampak terlihat biasa saja. Bahkan Lubna mampu mengukir senyuman manis di bibirnya saat menyalami para tamu undangan yang hadir.
Rana mengangkat tangan nya mengetuk pintu kamar Lubna yang tidak lama kemudian di buka oleh Lubna. Rana tidak terkejut ketika melihat wajah adiknya yang memerah dengan kedua matanya yang sembab. Rana tau Lubna pasti menangis karena tidak bisa menahan rasa sakit itu. Rasa sakit yang Rana sendiri bisa merasakan nya.
“Kak..” Senyum Lubna dengan suara serak layaknya seorang yang sedang menahan tangis. Bahkan saat Rana sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri Lubna menangis, Lubna masih bisa mengukir senyuman manis untuk kakaknya itu.
“Eumm.. Boleh kakak masuk?” Tanya Rana pelan. Ada perasaan ragu sebenarnya, namun Rana berusaha untuk melawan nya.
Dengan senyuman yang terus menghiasi bibirnya Lubna menganggukkan kepalanya. Dia melebarkan pintu kamar nya dan mempersilahkan kakaknya untuk masuk.
Lubna mendudukkan dirinya di tepi ranjang yang di ikuti oleh Rana. Mereka duduk sejajar dalam diam. Rana sendiri bingung harus memulai percakapan darimana. Apa lagi mengingat status nya sekarang yang adalah istri dari Riza, kekasih dari adiknya satu satunya.
Begitu juga dengan Lubna yang bingung harus berkata apa pada kakaknya. Satu sisi Lubna sedih karena kekasih yang sangat dia cintai sekarang berstatus sebagai kakak iparnya, satu sisi lagi Lubna bingung juga sedih mengingat penyakit yang di derita oleh kakaknya. Penyakit yang sudah di derita oleh Rana sejak kecil dan sampai sekarang Lubna baru mengetahuinya.
“Kakak minta maaf.. Kakak juga nggak bisa menolak apa yang menjadi keputusan papah. Tapi kamu nggak perlu khawatir Lubna, kakak tidak akan merebut Riza dari kamu. Kakak akan kembalikan Riza secepatnya ke kamu. Saat itu kakak pastikan kalian berdua akan benar benar sah menjadi pasangan suami istri.”
Lubna menggigit bibir bawahnya menahan tangis mendengar apa yang kakaknya katakan. Perasaan Lubna benar benar campur aduk sekarang. Bahkan apa yang dia dan Riza pikirkan terkesan sangat jahat karena mereka berdua seolah sedang menanti waktu yang tepat untuk kepergian Rana.
“Kakak janji, kakak...”
“Kak...” Lubna menyela dengan lirih apa yang ingin Rana katakan padanya. Dia meraih tangan Lubna dan menggenggamnya lembut.
“Kakak nggak perlu ngomong apapun. Aku paham, aku mengerti. Kakak hanya mengikuti apa yang papah inginkan. Aku percaya sama kakak.” Lirih Lubna dengan suara bergetar.
Rana tersenyum merasa sangat terharu mendengar apa yang adiknya katakan. Rana ikut meneteskan air matanya karena Lubna yang bahkan sama sekali tidak membencinya meski sekarang status Rana adalah istri dari kekasih yang sangat Lubna cintai.
“Kakak janji.. Kakak yang akan memastikan sendiri kamu dan Riza bersatu suatu saat nanti Una.. Kakak janji.”
Lubna langsung berhambur memeluk tubuh kakaknya. Sampai sekarang Lubna benar benar tidak habis pikir. Kakaknya tampak cantik, sehat, dan bugar. Tapi ternyata kakaknya mempunyai penyakit yang tidak Lubna duga sedikitpun. Penyakit yang bisa saja merenggut nyawa Rana kapanpun itu.
“Jangan pikirkan apapun kak. Aku sudah cukup bahagia dengan melihat kakak, juga mamah sama papah bahagia. Kebahagiaan kalian adalah segalanya buat Aku.” Air mata Lubna semakin deras menetes membasahi pipinya. Lubna tidak kuasa menahan tangis yang begitu sangat menyesakkan dadanya.
Membayangkan Rana akan pergi jauh darinya dan kedua orang tuanya membuat Lubna tidak kuasa menahan rasa sedihnya. Jika saja Lubna bisa meminta pada Tuhan, Lubna ingin Tuhan memindahkan saja sakit yang di derita oleh kakaknya pada dirinya.
“Sudah.. Kita nggak boleh sedih sedih kak. Kita harus bahagia. Kan sekarang kakak sudah menjadi seorang istri. Kakak harus bahagia selalu ya.. Percaya sama aku, Riza itu laki laki yang baik. Dia juga pasti bisa menjadi suami yang baik untuk kakak..”
Rana melepaskan pelukan Lubna. Rana tidak tau terbuat dari apa hati adiknya itu sehingga Lubna bisa begitu lapang dada menerima pernikahan nya dengan Riza. Padahal Rana juga tau bagaimana Lubna dan Riza yang sangat saling mencintai.
“Mending sekarang kakak ke kamar kakak deh. Masa iya pengantin baru malah asik sendiri sendiri. Kan nggak lucu.” Tawa Lubna sembari mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Rana yang tidak tau harus berbuat apa hanya bisa mengangguk saja. Rana juga sudah berjanji tidak akan mengambil kebahagiaan adiknya. Lagi pula Rana juga sudah tau bahwa waktunya di dunia tidak lama lagi. Dan Rana tidak ingin membuat adiknya menderita di sisa usianya yang hanya tinggal beberapa bulan lagi itu.
“Ya sudah kalau begitu kakak ke kamar ya..”
“Oke...” Angguk Lubna mantap.
Rana menghela napas pelan kemudian bangkit dari duduknya. Dia melangkah pelan keluar dari kamar Lubna. Rana sudah bertekad tidak akan sedikitpun mengambil kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik adik adiknya.
Sementara Lubna. Tubuhnya bergetar begitu hebat setelah Rana keluar dari kamarnya. Lubna bahkan sampai membekap mulutnya sendiri agar tangisannya tidak terdengar oleh kakaknya. Lubna tidak ingin membuat kakaknya merasa bersalah karena telah menikah dengan Riza, kekasih yang sangat Lubna cintai. Walaupun memang Lubna merasa sangat hancur sekarang, tapi Lubna juga ingin memberikan kebahagiaan pada kakaknya yaitu dengan membiarkan kakaknya menikah dengan Riza.
“Ya Tuhan... Ini benar benar sangat sakit.. Hamba merasa tidak kuat Tuhan..” Batin Lubna pilu. Lubna terus membekap mulutnya sendiri agar tangisannya tidak bersuara. Lubna tidak ingin siapapun tau bagaimana hancur hatinya saat ini. Karena seharusnya yang menjadi istri Riza adalah dirinya, bukan Rana, kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments