Dalam perjalanan Rana terus saja diam. Dia merasa sangat bersalah pada Lubna karena secara sengaja dan terang terangan pergi berdua dengan Riza. Rasanya Rana seperti orang jahat yang tidak punya hati dan perasaan. Jelas jelas Rana sendiri tau bahwa Riza adalah kekasih dari adiknya. Tapi Rana malah menikah dengan nya dan sekarang jalan berdua.
Rana bukan orang bodoh. Dia tau bagaimana rasanya mencintai seseorang. Rana juga tau bagaimana sakitnya jika melihat orang yang di cintai bersama dengan orang lain.
“Kamu cantik banget.”
Pujian Riza membuat Rana menolehkan kepalanya. Rana menatap Riza yang sedang fokus dengan kemudinya. Sedikitpun Rana tidak merasa bangga dengan pujian yang di lontarkan oleh Riza. Sebaliknya, dia merasa tidak sepantasnya Riza memberikan pujian padanya.
“Aku pikir ini sangat keterlaluan.”
Riza mengernyit bingung. Pria itu menatap sebentar pada Rana karena tidak ingin lalai dengan kemudi nya.
“Apa maksud kamu? Keterlaluan bagaimana? Memangnya apa yang kita lakukan?” Tanya Riza tidak paham dengan apa yang di maksud oleh istrinya.
Rana tersenyum miris dengan menggelengkan kepalanya pelan.
“Kamu nggak sadar apa yang sudah kita lakukan ini salah? Kita jalan berdua di depan mata Lubna. Itu pasti sangat menyakiti Lubna Za..”
Riza menghela napas di sertai decakan pelan. Sebelumnya Riza sudah mengatakan alasan nya ingin mengajak Rana jalan pada Lubna. Dan Lubna paham dan mengerti dengan maksud nya.
“Kalau Lubna marah atau cemburu dia tidak mungkin begitu semangat mendandani kamu kan? Dia bahkan tersenyum manis dan melambaikan tangan nya saat kita pergi tadi.” Kata Riza.
“Ayolah Rana.. Setidaknya berikan aku kesempatan untuk menjadi suami yang baik. Lubna juga paham dengan posisi kita. Dia tidak akan salah mengartikan kedekatan kita.” Lanjut Riza tidak mengerti dengan jalan pikiran Rana.
Rana melengos. Riza sama sekali tidak peka menurut nya. Riza hanya menganggap apa yang dia lakukan itu benar tanpa mau mengerti bagaimana perasaan Lubna sekarang.
“Terserah kamu saja.” Ketus Rana tidak perduli dengan apapun alasan Riza.
Riza menghela napas. Selama menikah dengan Rana, ini kali pertama Rana marah padanya. Dan itu karena Riza mengajak nya jalan hanya berdua tanpa Lubna di antara mereka berdua. Lagi pula pasti akan sangat aneh di lihat jika Lubna juga ikut mereka berdua jalan. Apa kata orang yang melihat nanti. Pasti akan muncul rumor yang tidak mengenakkan mengingat Lubna adalah publik figur yang tentu banyak di kenal oleh orang di luar sana.
Setelah perdebatan itu suasana hening pun menyelimuti keduanya sampai akhirnya mereka berdua tiba di tempat tujuan. Riza yang hendak membukakan pintu mobil untuk Rana harus menelan kecewa karena Rana lebih dulu keluar dari mobil. Itu menandakan Rana tidak ingin Riza membantunya membuka pintu.
Tempat yang di tuju oleh Riza adalah mall besar yang ada di pusat kota. Riza berpikir Rana akan senang jika di ajak kesana karena Rana akan bisa bebas memilih kebutuhan apa saja yang dia perlukan. Seperti peralatan make up, sepatu, baju, dan aksesoris lain nya. Tapi nyatanya tidak, Rana justru terus saja melangkah tanpa tujuan. Dia bahkan terus saja mendiamkan Riza.
“Kamu tidak ada yang mau di beli Rana?” Tanya Riza yang berhasil membuat langkah Rana terhenti.
“Nggak.” Jawab Rana ketus.
Riza menghela napas pelan. Ternyata ngambeknya Lubna belum ada apa apanya jika di banding dengan ngambeknya Rana.
“Beneran?” Tanya Riza memastikan.
Rana memutar tubuhnya menghadap pada Riza. Dia menyipitkan kedua matanya menatap Riza yang terus menatap nya dengan wajah yang menurut Rana seperti tidak merasa bersalah.
“Eh Riza, kamu pikir aku seperti perempuan pada umumnya apa? Kalaupun aku mau belanja aku bisa belanja sendiri. Pake uang aku sendiri. Ngerti?!” Marah Rana yang kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Riza yang langsung merasa serba salah.
“Ya ampun.. Niat nyenengin hati istri malah yang terjadi sebaliknya. Perempuan memang sulit di mengerti.” Gumam Riza menggelengkan kepalanya.
Tidak tau harus berbuat apa, Riza mengikuti saja langkah Rana. Sesekali Riza menggeleng karena Rana sama sekali tidak tertarik dengan apapun yang ada di sekitarnya. Rana memang berbeda dan tidak seperti wanita kebanyakan yang pasti akan sangat senang dan antusias jika di ajak ke pusat perbelanjaan. Lubna saja jika sedang ngambek di ajak ke mall langsung sumringah kembali. Tapi tidak dengan Rana yang ngambeknya bahkan semakin menjadi.
Keduanya sampai di parkiran dengan Rana yang mendahului. Tidak ada satupun barang yang mereka berdua bawa karena memang Rana sama sekali tidak membeli apapun.
Riza yang mengerti Rana sedang menunggu dirinya membuka kunci mobil segera membuka nya. Dan begitu kunci mobil di buka Rana langsung masuk begitu saja. Namun Rana tidak menempatkan dirinya di samping Riza seperti pada saat mereka berangkat tadi. Rana duduk di kursi belakang sengaja menghindar dari Riza.
Dan lagi lagi Riza hanya bisa menghela napas. Riza tau jika dirinya memaksa Rana untuk duduk di samping nya pasti ngambeknya Rana akan semakin brutal. Jadi Riza memutuskan untuk diam saja. Namun sebagai pria dewasa, diamnya Riza bukan berarti diam tidak perduli. Riza berinisiatif mengajak Rana ke tempat lain dan berharap Rana akan berhenti merajuk padanya.
Tempat yang Riza tuju adalah taman yang berada di pusat kota. Taman yang memang tidak terlalu ramai orang namun cukup ramai pedagang kaki lima disana.
“Aku mau pulang.” Kata Rana masih dengan nada ketus nya.
Riza menarik napas kemudian menghelanya pelan. Pria itu berusaha untuk melapangkan dadanya menghadapi Rana yang sedang merajuk padanya. Karena Riza juga paham merajuknya Rana karena rasa sayang nya yang begitu besar pada Lubna, adiknya yang juga adalah kekasih Riza sendiri.
“Sebentar aja kita duduk disini.” Senyum Riza tidak mau ambil pusing dengan sikap ketus Rana.
Rana berdecak namun tetap menduduki kursi yang ada di belakang nya dan Riza. Wajah cantiknya dia palingkan tidak mau menatap pada Riza yang duduk di samping nya. Kedua tangan nya dia lipat di bawah dada sebagai tanda dia masih sangat marah karena ketidak pekaan Riza pada Lubna, adiknya.
Sementara Riza, dia mengedarkan pandanganya hingga kedua matanya berpusat pada seorang penjual balon bentuk hati yang berada tidak jauh darinya. Riza tersenyum dan melirik pada Rana yang tetap saja membuang muka. Riza kemudian bangkit dari duduknya dan berlari menghampiri si penjual balon tersebut. Riza memborong semua balon balon itu dan membawanya mendekat pada Rana.
“Rana...” Panggilnya.
“Ck, apa sih..?” Geram Rana menoleh. Rana terkejut melihat Riza yang membawa banyak balon di tangan nya.
Riza meraih tangan Rana dan menarik nya dengan lembut agar Rana bangkit dari duduknya. Setelah Rana berdiri di depan nya, Riza memberikan benang balon yang di genggamnya pada Rana.
“Jangan marah marah terus, nanti cantiknya ilang. Mending sekarang kamu lepasin beban di hati dan pikiran kamu. Genggam benang balon ini erat erat, pejamkan mata kamu dan katakan harapan terbesar kamu setelah itu lepaskan balon balon ini. Biarkan dia terbang tinggi membawa harapan kamu.” Ujar Riza pelan dan lembut. Riza juga tersenyum menatap penuh kasih pada Rana yang hanya diam saja.
“Ayoo...” Titah Riza lembut.
Rana menarik napas dalam dalam kemudian menghembuskan nya perlahan. Dia mengikuti apa kata Riza dengan menggenggam erat benang balon dan memejamkan kedua matanya.
“Tuhan... Izinkan hamba memanfaatkan sisa umur hamba ini untuk membuat orang orang yang hamba sayangi bahagia.” Batin Rana.
Riza menatap Rana yang memejamkan kedua matanya. Dia juga ikut membatin dengan mengharap kan kesembuhan total Rana.
Perlahan Rana membuka kembali kedua matanya. Dia mendongak menatap balon balon tersebut lalu melepaskan benang yang di genggamnya sehingga perlahan balon balon itu terbang tinggi menjauh darinya dan Riza.
Benar saja, setelah melepaskan balon balon itu rasanya beban di hati dan pundak Rana terangkat. Bahkan rasa kesalnya pada Riza juga ikut hilang.
Tidak berbeda dengan Rana, Riza juga mendongak menatap balon balon tersebut dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Riza sangat berharap apapun yang Rana minta bisa terwujud.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments