Rana menemui nyonya Wijaya. Dia mengatakan rasa keberatan nya atas sikap sang papah di meja makan tadi. Dan nyonya Wijaya mengerti dengan rasa keberatan putrinya. Semua itu karena Rana yang memang sangat menyayangi adiknya.
Rana juga meminta pada mamahnya agar mengatakan pada papahnya bahwa Rana menolak tiket ke Paris untuk bulan madunya dengan Riza.
Nyonya Wijaya yang mengerti dengan perasaan putri sulungnya mengikuti saja kemauan nya. Wanita itu tidak ingin jika sampai Rana merasa tertekan yang pasti akan berakibat fatal pada kondisinya.
--------------
Tidak terasa seminggu berlalu. Rana dan Riza yang sudah merasa jenuh dan tidak betah di rumah memutuskan untuk mengakhiri masa cuti setelah menikah nya. Mereka berdua kembali beraktivitas seperti biasanya mulai pagi ini.
“Lubna.” Panggil Rana saat Lubna hendak masuk ke dalam mobilnya. Ya, Lubna juga sudah akan berangkat bekerja seperti biasanya.
“Ya kak...” Sahut Lubna setelah menoleh menatap kakaknya.
Rana tersenyum kemudian melangkah mendekat pada Lubna menjauh dari Riza yang mengajak nya untuk sama sama berangkat bekerja pagi ini.
“Kamu mau berangkat kerja juga kan? Bagaimana kalau kita berangkat sama sama? Pake mobil kakak saja.” Senyum Rana menawarkan.
Lubna terdiam dan menatap sebentar pada Riza. Seminggu ini hubungan mereka memang sangat renggang. Riza bersikap tidak seperti biasanya. Memang Riza tetap menyapa dan perhatian padanya, tapi Lubna merasa Riza sangat berbeda. Riza tidak mesra padanya.
“Eum.. Tapi..”
“Udah ayo...” Rana tidak menerima penolakan. Dia menggandeng tangan Lubna dan mengajaknya melangkah mendekat pada Riza yang sudah berdiri di samping mobilnya.
“Masuklah..” Rana bahkan membukakan pintu mobil untuk Lubna. Dan dengan sengaja Rana memberi tempat di depan di samping kursi kemudi agar Lubna bisa dekat dengan Riza. Sedangkan dirinya, tentu saja Rana akan memposisikan dirinya sebagaimana seharusnya.
Lubna menurut saja. Sedangkan Riza, pria itu hanya bisa menghela napas pelan. Sungguh dirinya tidak berniat mempermainkan pernikahan nya dengan Rana. Tapi Riza juga tidak bisa mengingkari perasaan nya sendiri bahwa cinta yang dia punya hanya ada untuk Lubna, bukan Rana istrinya.
“Ayo Riza..” Ajak Rana yang kemudian masuk ke dalam mobil. Tentunya setelah menutup pintu mobil untuk Lubna yang sudah duduk dengan tenang di samping kursi kemudi.
Riza mengangguk pelan. Dia segera masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang di kursi kemudi.
“Aku ada meeting pagi ini. Tolong antar aku dulu ya Riza.” Kata Rana. Rana berbohong sebenarnya. Karena apa yang Rana lontarkan semata mata hanya agar Lubna dan Riza bisa kembali berdua. Rana sendiri tau di rumah mereka tidak bisa berduaan karena ada kedua orang tuanya. Oleh sebab itu sebagai kakak yang baik, Rana berniat membantu adiknya agar bisa berdua bersama kekasihnya.
“Oke..” Angguk Riza setuju saja.
Sedangkan Lubna, dia benar benar mati kutu sekarang. Lubna tidak tau harus bersikap bagaimana. Riza adalah pria yang sangat dia cintai. Tapi Rana juga adalah kakak yang sangat dia sayangi.
Perlahan Riza mulai melajukan mobil Rana dengan kecepatan sedang. Dalam perjalanan menuju perusahaan tempat Rana bekerja, tidak ada obrolan apapun. Rana yang lebih memilih fokus dengan ponselnya, sedangkan Lubna sibuk sendiri dengan segala pemikiran di dalam benaknya. Untuk Riza, pria itu tidak menyangka posisi nya akan terasa begitu sangat sulit seperti sekarang. Padahal Riza pikir dia akan bisa menjalani semuanya tanpa harus menyakiti salah satu dari keduanya. Tapi nyatanya, bahkan seminggu ini Riza berusaha menutup mata dengan pura pura tidak perduli pada Lubna.
Setelah mengantar Rana, Riza pun lantas mengantar Lubna ke tempat Lubna akan menjalani shooting hari ini.
“Kenapa tadi nggak sarapan?” Tanya Riza pada Lubna.
Lubna menatap sebentar pada Riza kemudian menghela napas. Sejujurnya Lubna bingung harus bagaimana sekarang. Lubna merasa di lema dengan hubungan nya dengan Riza yang mulai tak tentu arah menurut nya.
“Memangnya kamu masih perduli sama aku?”
Riza mengernyit. Pria itu langsung menepikan mobil Rana yang di kemudikan nya setelah mendengar pertanyaan Lubna yang sangat aneh itu.
“Una.. Kenapa kamu ngomong begitu?” Tanya Riza tidak menyangka.
Lubna tersenyum miris. Sekalipun Lubna tidak pernah menduga hubungan nya dengan Riza akan menjadi seperti sekarang. Riza menjadi suami dari kakaknya. Riza adalah kakak iparnya sekarang.
“Aku juga sekarang mulai tidak yakin dengan hubungan kita.”
Riza menggelengkan kepalanya. Padahal di awal mereka sudah sepakat. Bahkan Lubna sendiri yang akhirnya mendukung pernikahan nya dengan Rana.
“Apa maksud kamu Una? Jangan bercanda. Hubungan kita akan baik baik saja.”
“Dengan status kamu yang sebagai kakak iparku begitu?”
Riza menelan ludah tidak menyangka Lubna akan berkata demikian.
“Riza, aku tidak pernah sedikitpun menduga semua ini akan terjadi. Seharusnya yang ada di samping kamu saat kamu mengucapkan ijab kobul itu adalah aku. Seharusnya yang berada di samping kamu dan menerima ucapan selamat dari tamu undangan itu adalah aku. Bukan kak Rana..” Lubna mulai menitikkan air matanya tanda kesakitan nya yang teramat sangat menyayat hati. Gadis itu tidak menginginkan sedikitpun hubungan nya dan Riza akan berubah menjadi adik dan kakak ipar.
“Tapi aku juga sangat menyayangi kak Rana. Itu sebabnya aku rela menahan rasa sakit demi kak Rana. Tapi sekarang apa? Kamu justru abai sama aku. Kamu seperti tidak perduli sama aku. Kamu bersikap seolah kita tidak memiliki hubungan apapun.”
Lubna mulai terisak. Gadis itu merasa sendiri menahan beban di hati dan pikiran nya. Meski Lubna sendiri selalu mencoba berpikir positif dan percaya pada kakaknya. Buktinya pagi ini kakaknya dengan sengaja membiarkan nya bersama dengan Riza. Kentara sekali jika Rana sengaja membuat mereka agar bisa berdua.
Riza menghela napas berat. Tidak tega melihat gadis yang sangat di cintai nya menangis, Riza pun meraih tubuh bergetar Lubna dan memeluknya dengan sangat lembut. Riza juga beberapa kali mengecup puncak kepala Lubna. Usapan lembut penuh cinta Riza berikan di punggung Lubna agar gadis itu bisa tenang. Riza akui caranya memang salah. Riza pura pura tidak perduli pada Lubna saat berada di rumah.
“Maaf.. Maafin aku sayang.. Aku sadar aku salah. Aku benar benar minta maaf..” Lirih Riza penuh rasa sesal.
Lubna yang mendengar permintaan maaf dari Riza semakin merasa teriris hatinya. Lubna sendiri juga menyadari semua yang mereka lakukan adalah untuk membuat kakaknya Rana merasa bahagia di sisa hidupnya yang hanya tinggal sebentar lagi. Walaupun memang rasanya Lubna juga tidak akan sanggup jika harus kehilangan kakak satu satunya itu. Kakak yang sangat Lubna sayangi meskipun memang rasa sayang itu tidak pernah Lubna perlihatkan secara terang terangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments