Episode 18

Mendengar anaknya masuk rumah sakit, tuan dan nyonya Wijaya segera bergegas menuju rumah sakit tempat dokter Sam membawa Rana.

Lubna dan Riza yang juga mendengar secara langsung saat tuan Wijaya di hubungi oleh supirnya pun mengikuti tuan dan nyonya Wijaya dari belakang dengan menggunakan mobil Riza. Dan di dalam perjalan menuju rumah sakit Lubna tidak henti-hentinya menangis. Begitu juga dengan Riza yang terus merutuki dirinya sendiri. Riza tidak menyangka hal buruk akan menimpa Rana setelah apa yang dia bicarakan di meja makan saat sarapan tadi.

Sesampainya di rumah sakit, tuan dan nyonya Wijaya juga Riza dan Lubna langsung menuju ruangan dimana Lubna sedang di tangani. Karena sebelumnya dokter Sam juga sudah lebih dulu memberitahu tuan Wijaya tentang di ruangan mana Rana di tangani di rumah sakit itu.

Mereka berlarian di koridor rumah sakit bahkan sampai beberapa kali hampir menabrak orang orang yang berlalu lalang di rumah tersebut.

“Dokter.”

Tepat saat dokter Sam keluar dari ruangan tempat Rana berada, nyonya dan tuan Wijaya sampai diikuti Riza dan Lubna yang terus saja menangis di belakang mereka.

“Bagaimana keadaan Rana dok? Rana baik baik saja kan dok? Rana tidak apa apa kan?” Dengan sangat tidak sabaran tuan Wijaya bertanya pada dokter Sam. Pria itu benar benar takut kondisi putrinya akan semakin buruk.

“Kondisi Rana cukup memperihatinkan tuan. Ah ya, boleh saya berbicara berdua saja dengan anda?”

“Tentu saja.” Jawab cepat dokter Sam.

“Kalau begitu kita ke ruangan saya saja tuan. Dan untuk kalian, mohon jangan mengganggu Rana dulu. Biarkan Rana istirahat untuk saat ini.”

Setelah berkata seperti itu, dokter Sam mengajak tuan Wijaya menuju ruangan nya. Sementara nyonya Wijaya, dia hanya bisa menangis sambil berpelukan dengan Lubna yang juga menangisi keadaan kakaknya sekarang.

Riza yang melihat kekasih dan mamah mertuanya menangis hanya bisa diam saja. Hatinya juga sesak dan sakit sebenarnya dengan keadaan Rana sekarang. Riza juga merasa bersalah karena sudah membuat semuanya menjadi kacau.

--------

Di ruangan dokter Sam, tuan Wijaya mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan meja kerja dokter Sam. Tentunya setelah dokter Sam mempersilahkan.

“Sebelumnya saya minta maaf tuan. Tapi tadi Rana datang ke rumah saya dengan keadaan pingsan dan hidung yang mengeluarkan darah. Supir anda yang membawanya. Sebagai dokter yang menangani Rana, saya juga merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Rana. Saya juga sudah menganggap Rana seperti anak saya sendiri. Jadi boleh saya tau apa yang terjadi sebenarnya tuan?”

Tuan Wijaya menghela napas berat. Pria itu sangat yakin kondisi Rana memburuk pasti karena apa Riza katakan di meja makan tadi pagi saat sarapan. Tuan Wijaya juga sadar dirinya tidak bisa menyalahkan Riza begitu saja dengan apa yang menimpa Rana. Karena dari awal memang semua adalah salahnya. Tuan Wijaya yang mengajukan syarat pada Riza agar menikahi Rana sebelum menikahi Lubna. Jadi tidak salah memang kalau Riza menuntut untuk menikah dengan Lubna. Dan akibat dari kesalahan nya sekarang putri bungsunya lah yang menanggung sakitnya. Rana yang menjadi korban atas keegoisan tuan Wijaya sendiri.

“Semua ini salah saya dokter. Kalau saja saya tidak egois dengan menyuruh Riza menikahi Rana mungkin ini tidak akan terjadi.” Lirih tuan Wijaya.

Dokter Sam mengernyit bingung.

“Jadi maksudnya..”

“Ya dokter, Riza menikahi Rana karena saya yang menyuruh nya. Itu sebagai syarat yang saya ajukan sebelum Riza menikahi Lubna. Dan tadi pagi Riza tiba tiba mengatakan pada saya akan segera menikahi Lubna di depan Rana. Rana seperti nya merasa tersinggung dan marah. Dia berlalu pergi saja tanpa menyentuh makanan di piringnya dan...” Tuan Wijaya menggelengkan kepalanya tidak mampu melanjutkan ucapan nya. Pria itu benar benar tidak menyangka Rana akan drop karena pembicaraan di meja makan tadi pagi.

Dokter Sam menghela napas pelan. Dia tau maksud tuan Wijaya pasti baik meski memang caranya sangat salah karena justru Rana lah yang menjadi korban sekarang. Di tambah lagi cara tuan Wijaya pasti membuat perasaan putri bungsunya juga hancur.

“Saya bingung dokter. Saat itu yang saya pikirkan hanya saya ingin ada laki laki baik yang bisa membuat Rana semangat untuk sembuh. Saya hanya ingin ada laki laki yang memberikan support pada Rana dokter.” Tangis tuan Wijaya.

Dokter Sam mengangguk pelan. Dia paham dan mengerti, karena memang tidak ada orang tua yang mau kehilangan anaknya apapun alasan nya.

“Saya mengerti tuan. Saya juga sangat menyayangi Rana. Dia anak yang baik.”

“Keadaan Rana yang drop mungkin memang karena Rana yang terlalu memikirkan apa yang tadi pagi baru saja di bicarakan. Dan menurut saya untuk saat ini ada baiknya kalau kita mengikuti apa saja yang Rana inginkan. Jujur saya sendiri juga sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi tuan. Ini sangat berat, tapi saya harus mengatakan nya. Seorang yang sudah menderita leukimia stadium lanjut sangat kecil kemungkinannya untuk bisa sembuh tuan.”

Tuan Wijaya memejamkan kedua matanya. Dia juga tau itu. Hanya saja tuan Wijaya selalu berusaha untuk percaya bahwa Tuhan pasti mau memberikan kesempatan untuk putri sulungnya bisa sembuh. Tuan Wijaya selalu berusaha untuk percaya bahwa Tuhan sangat menyayangi nya juga keluarga nya. Tuhan tidak akan membiarkan keluarga nya sedih dan sakit secara bersamaan karena kehilangan Rana.

“Untuk sekarang kita hanya bisa pasrah tuan. Kita harus yakin apapun keputusan Tuhan nanti itu pasti adalah yang terbaik. Terbaik untuk kita semua dan tentunya juga yang paling terbaik untuk Rana.” Lanjut dokter Sam.

Tuan Wijaya memejamkan kedua matanya. Dengan sangat berat hati pria itu mengangguk pelan. Harapan nya memang sangat besar untuk kesembuhan putri nya. Harapan yang jika di pikir pikir memang sangat mustahil. Harapan yang juga bisa saja membuat rasa sakitnya akan semakin parah.

“Anda harus sabar dan lapang dada menerima semua ini tuan. Tuhan selalu punya alasan baik jika memberikan ujian pada setiap hambanya.” Dokter Sam kembali berkata. Pria itu berusaha memberi ketenangan pada tuan Wijaya dalam menghadapi ujian berat yang selama bertahun tahun Tuhan berikan padanya. Yaitu dengan kondisi Rana yang tidak pernah benar benar baik sejak dia kecil.

“Ya dokter... Saya paham.” Angguk tuan Wijaya membuka kedua matanya kemudian tersenyum dengan air mata yang menetes membasahi kedua pipinya.

“Ya sudah kalau begitu saya ingin melihat keadaan Rana dokter. Permisi.” Ujar tuan Wijaya sembari mengusap air mata yang membasahi pipinya.

“Ya tuan, silahkan.” Angguk dokter Sam mempersilahkan.

Tuan Wijaya bangkit dari duduknya kemudian dengan langkah berat keluar dari ruangan dokter Sam.

Terpopuler

Comments

Safitri Anisa Desi

Safitri Anisa Desi

ayoo up lagu min😍😍

2023-10-14

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!