Episode 8

Untuk menebus rasa bersalahnya, Riza pun berencana mengajak Lubna untuk makan malam. Namun sebelum itu Riza memberitahu Rana lebih dulu. Dan Rana tentu saja sangat mendukung apa yang ingin Riza lakukan. Bahkan dengan penuh semangat Rana memilihkan baju yang pas untuk Riza. Rana juga mengajak Riza untuk membeli hadiah berupa cincin berbatu biru yang sangat cantik dan pas di sematkan di jari Lubna menurut Rana.

“Kalau begitu aku pergi yah.. Thank's sudah bantuin aku memilih hadiah untuk Lubna. Aku janji tidak akan pulang terlalu malam.” Senyum Riza menatap Rana.

Rana yang mendengar itu tertawa geli mendengarnya. Lucu sekali rasanya mendengar Riza yang seperti sedang meminta izin padanya.

“Apaan sih, kaya sama siapa aja. Aku itu mendukung seratus persen hubungan kamu dan Lubna. Aku yakin kamu adalah laki laki yang baik. Kamu pasti bisa membuat adik aku bahagia.” Senyum Rana.

Sesaat Riza terdiam. Senyuman Rana membuat wajah cantik alami yang hampir tidak pernah di polesi make up itu semakin terlihat cantik. Sangat jauh berbeda dengan Lubna yang hampir setiap hari tidak pernah lupa merias wajahnya dengan make up yang selalu membuat semua orang memujanya dengan wajah bak bonekanya.

Sedetik kemudian Riza langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya, tidak seharusnya dia membandingkan Rana dan Lubna. Apa lagi Lubna yang adalah kekasihnya sendiri.

Rana yang merasa aneh dengan perubahan Riza pun mengeryit penasaran.

“Kenapa?” Tanya Rana menatap heran pada Riza.

“Ah enggak, nggak papa kok. Ya sudah aku pergi.”

“Oke, hati hati.” Angguk Rana tersenyum manis.

Riza memutar tubuhnya kemudian melangkah menjauh keluar dari kamarnya dan Rana. Riza berdecak pelan karena merasa keterlaluan sendiri sudah membandingkan Rana dan Lubna. Meski itu hanya terlintas di benak Riza, namun tetap saja pemikiran itu sangatlah salah dan tidak akan di benarkan sampai kapanpun. Apa lagi mengingat keduanya adalah kakak beradik yang saling menyayangi.

Di lantai satu tepatnya di ruang tamu kediaman Wijaya, Lubna sudah menunggu Riza. Gadis itu mengenakan dress simpel selutut tanpa lengan warna orange yang membuat semakin terlihat manis. Lubna sedang menunggu Riza turun dari lantai dua agar mereka berdua lekas pergi.

Senyuman Lubna terukir begitu manis saat mendapati Riza yang sedang melangkah menghampiri nya. Sejak Riza menikah dengan Rana ini memang adalah kali pertama mereka akan jalan berdua. Itupun karena Riza yang berinisiatif mengajak sebagai tanda maaf atas sikap nya yang sudah keterlaluan pada Lubna.

“Sudah siap?” Tanya Riza begitu sampai tepat di depan Lubna yang sedang menunggu nya.

“Eum.. Iya..” Angguk Lubna tersenyum menjawab pertanyaan Riza.

“Ya sudah kalau begitu kita pergi sekarang keburu kemalaman nanti.” Ujar Riza yang kembali mendapat anggukan kepala dari Lubna.

“Kalian berdua mau kemana?”

Baru saja Riza dan Lubna hendak melangkah keluar rumah suara nyonya Wijaya yang bertanya dengan nada yang cukup lantang mengurungkan niat mereka berdua. Keduanya memutar kembali tubuhnya dan tersenyum menatap nyonya Wijaya yang melangkah mendekat.

“Riza, Lubna.. Mana Rana? Kenapa sepertinya kalian berdua mau pergi berdua?”

Lubna mengernyit. Nada pertanyaan sang mamah seperti sedang menuduhnya. Padahal jelas jelas mamahnya sendiri tau bahwa Riza adalah miliknya terlepas dari pernikahan yang Riza lakukan dengan Rana.

“Aku sama Riza mau pergi sebentar mah. Kak Rana ada di atas.” Jawab Lubna pelan.

Sementara Riza, pria itu bingung. Riza seperti orang yang ketahuan selingkuh di belakang istrinya.

“Oh begitu. Ya sudah hati hati.” Nyonya Wijaya yang melihat ekspresi putri bungsunya langsung tersadar. Hampir saja dia lupa tentang hubungan Lubna dan Riza. Hampir juga nyonya Wijaya marah karen melihat Riza dan Lubna yang begitu akrab dan mesra.

“Iya mah.. Kami pergi dulu.” Angguk Lubna tersenyum. Lubna melingkarkan tangannya di lengan Riza. Sedikitpun Lubna tidak merasa canggung meski harus menggandeng Riza di depan sang mamah. Berbeda dengan Riza yang merasa sangat tidak enak hati karena tertangkap berdua dengan Lubna yang berstatus sebagai adik iparnya.

Lubna mengajak Riza berlalu dari hadapan sang mamah setelah berpamitan. Gadis itu merasa sangat lega karena ternyata sang mamah tidak marah padanya. Meskipun memang saat di tanya Lubna merasa seperti sedang di tuduh, namun ternyata pemikiran nya tentang pertanyaan menuduh mamahnya itu salah.

Riza dan Lubna masuk ke dalam mobil dengan kompak. Riza menghela napas berat setelah mereka sama sama duduk di dalam mobil.

“Kenapa?” Tanya Lubna menatap pada Riza yang tampak tidak se-sumringah sebelumnya.

Riza menelan ludah kemudian menoleh pada Lubna yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.

“Apa nggak papa kalau kita begini?” Tanya Riza.

“Maksud kamu?” Tanya balik Lubna bingung.

“Ya kan bagaimanapun juga aku ini status nya adalah suami dari kakak kamu sayang.. Aku kakak ipar kamu. Memangnya nggak papa kalau kita jalan berdua secara terang terangan begini? Apa mamah sama papah nggak marah?”

Lubna berdecak. Status itu memang terkadang membuatnya merasa di lema. Namun kembali lagi di awal kesepakatan bahwa Riza tetaplah kekasihnya meski dia sudah menjadi suami dari kakaknya. Dan Rana pun tidak pernah merasa keberatan sedikitpun dengan fakta itu.

“Jadi menurut kamu baiknya gimana?” Tanya Lubna yang kemudian meluruskan pandangan nya ke depan.

Riza terdiam. Semuanya tidak lagi sama seperti dulu. Dan tentu saja semuanya juga sudah berbeda. Dirinya dan Lubna tidak bisa sebebas dulu jalan di depan kedua orang tua Lubna dan Rana.

“Sudahlah kita pikirkan nanti saja. Malam ini kita harus bersama. Ah ya sayang, aku punya sesuatu loh buat kamu.”

Ekspresi Lubna yang semula sendu langsung berubah. Dia tersenyum merasa sangat senang dengan Riza yang mengatakan mempunyai hadiah untuk nya.

“Oh ya? Apa itu?” Tanya Lubna dengan sangat antusias.

“Tutup mata dulu dong.”

Lubna tertawa merasa geli dengan apa yang Riza katakan. Namun dia tetap menuruti apa yang Riza katakan yaitu memejamkan kedua matanya.

Riza merogoh saku dalam jasnya mengeluarkan kotak kecil yang berkilauan saat terkena cahaya lampu dari luar mobil. Pria itu membuka kotak kecil tersebut dimana di dalamnya ada sebuah cincin berbatu biru pilihan Rana untuk Lubna. Riza berharap Lubna menyukai hadiahnya kali ini.

“Oke, kamu boleh buka mata.” Katanya.

Lubna perlahan membuka kedua matanya. Begitu melihat cincin yang di sodorkan oleh Riza padanya, Lubna menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut. Lubna tidak menyangka Riza akan memberinya sebuah cincin.

“Aku harap kamu suka dengan hadiah kecil ini.” Senyum Riza tulus.

Lubna merasa sangat terharu dengan hadiah tersebut. Apa lagi saat Riza meraih tangan kirinya dan menyematkan cincin berbatu biru itu di jari manisnya.

Dari ambang pintu yang terbuka nyonya Wijaya melihat semua itu. Dia melihat putrinya yang sangat bahagia karena Riza. Helaan napas berat keluar dari mulut nyonya Wijaya. Wanita itu tidak menyangka semuanya akan terasa begitu sangat rumit.

Riza adalah suami dari Rana, putri sulungnya yang menurut nya sangat tidak pantas jika harus pergi berdua dengan Riza.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!