" Dokter ini sudah selesai!" serunya membuat Zein menoleh.
" Terima kasih! Kau boleh ke ruanganmu kembali," jawab Zein. Hannah mengangguk mengiyakan dan tersenyum pada sang ibu yang dia periksa.
" Baik dok. Saya permisi! Ibu mari ... " pamitnya sopan dan kemudian keluar ruangan.
Kini tatapan Ummi pada Zein kini nampak sangat tajam sekali. Zein menanyakan ada apa dengan tatapan Umminya itu. Suasana ruang praktek Zein sungguh mencekam tidak seperti biasanya.
" Kenapa seperti itu Zein?" tanya Ummi pada putranya itu. Zein mengernyitkan alisnya hingga bersatu padu.
" Apa? Kenapa memangnya Zein?" tanya Zein balik pada Umminya.
" Dia sangat mirip sekali dengan Zoya. Apakah kamu memang sengaja menghukum Ummi? Kenapa harus yang mirip dengan Zoya. Ummi hanya merasa bersalah pada istrimu Zoya," lirih Umminya. Zein mendekat dan memeluk Umminya dengan erat.
Zoya adalah menantunya. Namun Ummi waktu itu sudah melarang pernikahan mereka. Sebab hasil istikharah Ummi tidak baik. Bukan karena Ummi Zein tak menyukai Zoya. Tapi hasil istikharahnya itu membuatnya ragu menikahkan Zoya. Ummi dan Zein kala itu berdebat sampai akhirnya Zein memutuskan tetap menikah dengan Zoya. Waktu itu Ummi pun dengan legowo menerima pernikahan mereka. Ummi setiap hari mendoakan putranya khawatir hal buruk menimpanya. Hingga pada akhirnya Ummi pun mau tidak mau menerima kehadiran Zoya sebagai menantunya.
" Ummi ... Zein menikahinya karena El. Cucu Ummi sangat bahagia. Bagaimana mungkin aku mengabaikannya. Zein apapun bisa memenuhinya. Untuk pernikahan ini zeij membutuhkan waktu untuk melakukannya Ummi," jawab Putranya dengan nada lirih dan seperti menghela nafas berat.
" Ummi kira setelah kejadian kamu memecatnya waktu itu. Kalian tidak akan saling bertemu lagi. Hannah belum pernah melihat Ummi secara jelas. Waktu itu Ummi memang menitipkan El padanya itu pun Ummi sedang memakai cadar Zein. Ummi khawatir," jawab sang Ummi. Zein menggenggam tangan sang ibu.
" Ummi ... Apakah dia nampak seperti perempuan tidak baik?" tanya Zein blak - blakkan. Ummi langsung membungkam mulut Zein dengan telapak tangannya.
" Zein kau ini! ( ummi memukul ringan lengan putranya itu) Dia baik sama baiknya dengan Zoya. Sudahlah jangan membuat Ummi berspekulasi yang tidak-tidak," jawab sang Ummi. Zein jadi terkekeh dan memeluk ibunya penuh dengan kasih sayang.
" Tapi bukankah dia seperti kriteria menantu idaman Ummi bukan?" tanya Zein menatap Ummi dengan tatapan mendominasi.
" Iya Hannah adalah tipikal seorang perempuan keibuan. Dia sabar namun orang sabar tidak serta merta kalem selamanya. Ada kalanya dia berada di puncak kekesalan dan meluapkan semuanya. Jadi, jagalah emosinya Zein. Jangan hanya jadikan dia pajangan atau pengganti Zoya meskipun pada dasarnya seperti itu. Berilah kesempatan padanya untuk menjadi istri yang baik bagimu dan ibu yang baik bagi putramu El. Paham Zein?" ujar Ummi panjang lebar sekali. Zein mengiyakan semuanya.
" Akan Zein coba meskipun itu butuh waktu yang panjang Ummi," jawabnya dapat persetujuan dari sang Ummi. Hatinya sudah tidak karuan saat ini. Belum lagi mama Zoya yang memintanya untuk menikahi siva dan kekecewaannya yang memilih menikahi Hannah.
...----------------...
Di rumah ...
Hannah nampak memijat betisnya yang nampak kebas. Rasanya lelah sekali. Lama tidak memakai heels dan keliling rumah sakit sebesar itu. Beberapa waktu lalu Hannah hanya bekerja di sebuah puskesmas di dekat rumahnya. Atensi Zein memindai kegiatan tangan Hannah itu. Dia mendekati Hannah setelah mengeringkan rambutnya yang basah. Dia meraih betis Hannah.
" Aku bantu!" seru Zein. Hannah jadi mengatakan Hal Formal lagi.
" Dokter tidak usah ... Terima kasih!" jawabnya dengan tidak enak saat Zein membantu memijat betisnya yang terbungkus long dress.
" Lain kali gunakan sepatu tanpa heels. Kau tahu rumah sakit milikku itu sangatlah luas jangan menyusahkan kakimu sendiri!" Zein malah menjawab lainnya. Hannah menganggukkan kepalanya menandakan persetujuan. " Satu lagi! Jangan memanggilku dokter saat di rumah. Bukankah aku sudah menikahimu maka panggillah aku dengan benar saat di rumah," protes Zein. Kedengarannya memang demikian. Lagi-lagi Hannah manggut-manggut.
" Iya mas," jawabnya dengan lirih.
" Kita turun sekarang! El pasti sudah menunggu," ajak Zein kemudian berjalan lebih dulu.
Aku harus memulainya dulu Han. Meskipun aku sendiri belum memiliki perasaan apapun padamu, aku harus menghargai keberadaanmu sebagai seorang istri dan menghargai pilihan El padamu. Zoy ... Aku masih mencintaimu. Semoga ini bukanlah bentuk sebuah pengkhianatan sayang. Maafkan aku ...
...Likeeeeee...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
my name
yg tlah pergi tl akan pernah kembali zein ini bukan penghianatan tp takdir sudah tertulis sebelum kau dilahirkan
2023-12-11
1
Iqlima Al Jazira
crazy up donk thor
2023-10-15
1
Mika Saja
Zein awalbyg baik dlm pemikiranmu skrng,lanjutkan usahamu,Zoya Dian jg pasti bahagia klo anaknya bahagia ada yg mengurusnya dengan kasih sayang,kak Anna 👍🥰
2023-10-15
1