Dokter Mada mengajak kunjungan Visit pasien pertama Hannah. Begitu pun sebaliknya Zein sedang Visit bersama Sivanya. Siva adalah mahasiswi kedokteran yang sedang magang di sana.
Saat berada di bangsal umum seperti biasanya Zein mengulas sedikit senyum untuk petugas yang berjaga dan keluarga yang ikut mendampingi.
" Bagaimana kabarnya pagi ini? Masih sangat sakit luka jahitnya?" tanya Zein sambil meminta Siva memeriksanya. Siva menulis apapun infoemasi kemedisan sang pasien serta perkembangannya bahkan menuliskan resep kembali.
" Masih sakit dokter," lirihnya membuat Zein mengulas senyum.
"Benarkah? Wah, berarti obat dokter Zein sudah tidak mujarab ini ya!" ujar Zein sambip menyuntikkan obat melalui infus pasiennya.
" Dokter ... Dulu kelahiran pertamaku di bantu oleh dokter Hannah. Sebenarnya kelahiran kali ini aku berharap bisa bertemu dengannya kembali," jawabnya membuat Zein menatap pasiennya.
" Kenapa? Apakah dia membuatmu tidak nyaman atau berhutang?" tanya Zein dengan mengernyitkan alis. Sang pasien tersenyum ingin tertawa masih sakit.
" Bukan dokter ... Anda ini lucu sekali. Dia meskipun dulu dokter magang tapi tanggapnya terhadap pasien luar biasa. Telatennya sungguh membuat kami tidak takut," jawabnya dengan antusias. Sivanya yang mendengar jadi manyun. Dirinya memang belum ahli wajar jika pasien tak percaya padanya saat ini.
" Berilah aku hadiah ya! Jika bisa membawa dia kemari," goda Zein untuk mencairkan suasana.
" Tentu dokter! Selamat bertugas kembali," ucapnya. Karena zein harus kembali visit ke ruangan lainnya.
Sivanya mengekor di belakang Zein seperti asisten saja. Sebab dia memang yang memilih rumah sakit ini. Agar bisa dekat dengan kakak iparnya itu.
Zein kemudian memasuki kamar berikutnya dan melakukan hal yang sama. Waktu bergulir begitu cepat sekali jam sudah menunjukkan pukul 10.00, zein meminta Siva istirahat dulu.
" Kak ... Bolehkah aku ke ruanganmu?" tanya Siva pada Zein.
" Tidak ... Pergilah ke ruanganmu! Aku tidak mau ada pilih kasih dalam magang ini. Mengertilah Siva," jawabnya kemudian meninggalkan Siva sendiri yang gemas sama kakak iparnya itu.
Zein yang terlalu mengambil langkah panjang tanpa sengaja melihat Hannah sedang tertawa bersama mada. Zein yang melihatnya hanya menggeleng malas.
Cantik. Tapi kenapa tertawa bersama Mada! Hmmm harusnya dia lebih memahami posisinya di sini siapa? Hannah ... Hannah ...
Sesampainya di ruangannya ...
" Ummi! Kapan datang?" tanya Zein pada ibunya. Sang Ummi nampak tersenyum.
" Kenapa menikah tidak bilang pada Ummi? Apakah takut Ummi tak merestui kembali?" tanya Umminya menyelidik.
" Ummi ... Pernikahan ini bukan karena saling mencintai. Zein membutuhkannya," jawab Zein pada Umminya.
" Lalu?" tanya Umminya.
" Lalu? Tidak ada lalu Ummi sayang," peluk Zein pada sang ibu.
" Apakah dia membutuhkanmu?" tanya Ummi membuat Zein berhenti tersenyum.
" Ummi ... " Lirih Zein dengan manja.
" Tidak bukan? Jangan permainkan wanita itu nak. Ummi tidak suka ... Ummi juga seorang perempuan bagaimana jika Abimu seperti itu," protes Umminya.
" Ummi ... Abi orang baik," jawab Zein.
" Dan ... Kau putranya! Berarti kau lebih baik darinya bukan?? Panggil dia kemari Ummi ingin bertemu. Jangan katakan bahwa Ummi adalah ibumu," permintaan Ummi membuat zein tak dapat menolaknya.
Zein nampak menelpon Hannah. Dia mengatakan bahwa agar segera ke ruangannya. Hannah tak menolaknya. Namun ucapan pamitannya pada Mada membiat Zein menutup ponselnya tanpa salam.
" Mada ... Aku harus pergi! Ini sangat penting permisi," pamitnya kemudian bergegas pergi dari sana.
" Baiklah han ... " jawab Mada.
...----------------...
Di ruangan Zein ...
" iya dokter! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Hannah dalam keadaan Formal. Zein mwlirik Umminya yang mulai tersenyum.
" Periksalah Ummi!" seru Zein tanpa rasa canggung. Hannah bingung saat Ummi tersenyum. Nama pasiennya Ummi dia ingin di periksa olehmu! Jadi lakukan tugasmu dengan baik," seru Zein kemudian.
Loh kok jadi aku sih dokter? Saya dokter kandungan kenapa memeriksa ibu-ibu berumur setengah abad. Ini dokter Zein bercanda kali.
" Cepatlah sedikit! Aku banyak pekerjaan Han," ujarnya kembali. Hannah tersenyum dan meminta sang ibu agar tiduran.
" Dok ... Ini benaran saya yang periksa?" tanya Hannah tidak enak.
" Hmmm ... Cepat kerjakan!" jawab Zein yang fokus pada laptop dan itu hanya pura-pura.
Ummi sungguh membuat Zein mati kutu. Bagaimana bisa dia membuat tipuan murahan seperti ini. Menjengkelkan sekali.
" Bu ... Maafkan saya! Permisi saya periksa dulu," pamit Hannah pada sang mertua.
" Cantik! Udah nikah dok? Kalau belum mau tidak menikah putraku yang tampan," pertanyaan menjebak dari sang mertua.
" Maafkan saya bu. Saya sudah menikah," jawabnya tidak enak.
" Sayang sekali nak. Putra ibu tampan, pemilik rumah sakit serta insyaallah sholih," keluh samg mertua. Hannah tersenyum manis.
" Semoga di jodohkan dengan gadis yang sholihah ibu. Maafkan kami ya ibu," jawabnya lagi. Namun tidak sampai di situ saja mertuanya sungguh menjengkelkan sekali.
" Apakah suami nak dokter itu tampan?" tanya sang ibu mencebik. Hannah jadi terkekeh di buatnya.
" Tampan itu relatif bu. Tapi bagi Hannah suami Hannah tampan. Oke ibu sudah ... Semuanya normal dan bagus," Hannah memberikan jempol pada sang ibu mertua.
" Terima kasih nak. Semoga bahagia," jawabnua lagi dan Hannah mengamininya.
Zein yang mendengar jadi tak percaya dengan ucapan Hannah. Dia memujinya di hadapan orang lain yang baru dia kenal.
Hannah. Kau ini mudah sekali di goda orang-orang sekitarmu. Ummi juga jahil sekali pada menantu barunya
...Spesial just kak Mika. Likeeee ya maksihhh semuanya yang sudah mampir....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Uswatul Khasana
lanjut
2023-10-15
0
Mika Saja
oh....jd dl nikah SM Zoya Zein tdk dpt restu to,,,,,kynya ummi cocok nih SM Hannah,,,ayo Zein bljr terima Hannah,apa Krn gengsi ya pdhlnya SDH ada rasa kagum SM Hannah
2023-10-14
1
Mika Saja
trimakasih mba Anna,,,,😍😍😍😍😍
2023-10-14
1