Sah!!!!
Alhamdulillah barokallahu lakuma.
Suara itu benar - benar menggema di masjid pesantren. Hannah hanya berbalut gamis putih dan riasan sederhana. Hannah langsung di nikahkan oleh sang Abi. Ketika suara sah itu menggema Hannah memeluk Ummanya. Dia berharap bisa menjalani hubungan ini. Dia tahu bahwa Zein hanya butuh senyuman di wajah sang putra itu.
" Nak ... Jagalah putra Zein dengan baik. Meskipun dia bukan putra kandungmu nampaknya dia mrmbutuhkanmu nak," Nasehat Umma.
" Iya Umma," jawabnya singkat.
Semua memberikan selamat pada Zein dan keluarga. Abi meminta Zein untuk ke kamar Hannah. Zein pun mengangguk paham dan mengikuti kakak iparnya yang tak lain adalah Hagla.
" Jangan berani - berani kamu menyakiti Hannah. Akan aku tebas lehermu jika sampai hidup adikku bermasalah," ancam Hagla. Zein hanya mengangguk paham. Dia tak bergairah untuk berdebat dengan Hagla saat ini.
Hagla pun mengantar Adik iparnya itu ke kamar Hannah. Dia sengaja tak mempersulit Zein. Sebab jika dia lakukan itu maka itu akan membuat dirinya di marahi abi dan Umma.
Tok. Tok. Tok.
" Dek ... Suamimu akan masuk!" seru Hagla. Hagla pun membuka pintunya dan melirik Zein yang nampak sangat dingin.
" Masuklah!" serunya dengan suara agak tak bersahabat. Lagi-lagi Zein hanya mengangguk tanpa merespon dengan jawaban. Hagla pun tak begitu mempedulikannya.
Saat berada di dalam kamar pengantin Zein hanya mematung ketika mendapati Hannah bersiap memasukkan baju ke koper. Zein belum mengatakan apapun pada Hannah. Namun suara bariton Hannah menyeruak dalam kamar itu.
" Kita pergi malam ini! Aku tidak akan membiarkanmy mengganggu ketenangan rumahku!" sarkasnya dengan kasar.
" Baiklah," jawabnya singkat.
Saat Zein akan keluar dia bersitatap dengan Umma. Umma menatap ke arah mereka berdua. Zein hanya terswnyum tanpa berkata. Umma pun menepuk pundak Zein pelan.
" Apakah kalian akan pergi sekarang?!" tanya Umma pada dua orang di sana. Karena Hannah tak kunjung menjawabnya pada akhirnya Zein kembali membuka mulutnya yang sebenarnya sudah tak ingin mengutarakan apapun.
" Umma ... Zein harus segera pergi! Jika Hannah berada di sini dulu tidak masalah karena mungkin hal ini sangat mendadak," jawabnya dengan tersenyum meyakinkan. Ummah menyentuh pipi menantunya itu.
" Tidak ... Hannah harus ikut nak. Meskipun kami menyayanginya dia harus tetap ikut bersamamu. Kamu adalah suaminya," jawab Umma. " Jika sudah kalian ke ruang tamulah untuk berpamitan," ujar Umma.
Saat Umma akan berbalik Zein memanggil ibu mertuanya itu dengan perasaan yang agak tidak enak. Tapi bukan Zein jika tak bisa menenangkan hati seorang ibu.
" Umma! Ini kartu nama Zein. Setiap jam bahkan setiap detik Umma boleh menanyakan keadaan Hannah. Umma datang berkunjung pun boleh. Rumah Zein terbuka lebar bagi keluarga Hannah. Zein pasti akan menjaga putri Umma dengan baik," ujar Zein mengatakan hal itu agar sendu di wajah Umma menghilang. Dia tahu ini adalah hal mendadak bagi ibu Hannah. Tapi setidaknya karena Umma Hannah dia bisa membuat wanita itu ikut dengannya.
" Terima kasih Nak Zein ... Umma percayakan Hannah padamu. Didiklah dia agar menjadi istri yang baik," pinta Umma.
Zein kemudian hanya mengangguk tanpa menanggapi apapun lagi. Cukup dia berkata tadi. Hannah nampak berkemas dengan perasaan dongkol. Dia sedari tadi tak menjawab apapun dari perkataan Umma.
Seusai bersiap mereka pun segera ke ruang tamu. Nampak di sana ada Hafla dan Sèena, Hagla dengan sang istri dan kedua orang tuanya. Hannah menghela nafas panjang. Kedua kakak Hannah memepuk adiknya sambil mengutarakan isi hatinya masing - masing. Bahkan abi dan Umma nampak sedih namun mereka menutupinya.
" Hati - hati di jalan nak! Kabari jika sudah sampai," jawabnya dengan lirih.
" Baik Umma," jawab Zein. Hafla menjabat tangan adik iparnya itu. Zein menghargai sikap baik kakak iparnya yang satunya itu.
" Jagalah adik perempuan kami satu-satunya itu! Jika ada apa - apa telponlah kàmi," ujarnya. Zein hanya mengangguk paham akan apa yang di sampaikan.
Mereka pun pergi setelahnya. Hannah masih setia bungkam seribu bahasa. Dia tak berniat untuk berbicara satu kata pun. Saat di mobil dia pun memejamkan mata. Rasanya matanya sudah kantuk dan kepala agak nyut-nyutan.
...----------------...
Pagi hari ini sudah berada di ranjang besar dan kamar mewah entah milik siapa. Hannah mengedarkan pandangannya tak menemukan siapapun. Namun bidik matanya menangkap foto pernikahan dan wajah itu mirip dirinya.
Deg.
Siapa? Siapa perempuan itu? Ini kamar siapa? Bukankah semalam aku tidur di dalam mobil?
" Ma ...... El kangen ca.. Ma .. Mama!" teriak seorang anak kecil menghampiri Hannah yang sok itu.
Hannah memeluk dia yang sudah menghambur ke arahnya. Hannah mengelus punggungnya dengan bingung.
" Nona ... Beliau mama tuan Muda El," jawab Maid yang membawa sup yang akan di makan oleh El.
Rasanya hati Hannah ingin berhenti seketika. Apakah ini alasan Zein menikahinya untuk senyum putranya itu. Jahat sekali. Kenapa tidak di jelaskan aaja keberadaan mamanya.
Kenapa harus aku dokter??? Kau merusak kehidupanku sekali lagi.
...Jangan lupa likeee dan mampir yuk!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Uswatul Khasana
lanjut
2023-10-09
0