Yudha menatap nisan bertulis kan Ryan Wijaya. Pria tampan itu melepaskan kaca mata hitam yang sedari tadi bertengger di hidung mancung nya.
Semilir angin membuat pria itu memejamkan matanya. Rasa sejuk menjalar di wajah tampanya. Rambut coklat nya sedikit bergoyang karna tiupan angin siang itu.
Perlahan yudha meluruhkan tubuhnya hingga berjongkok tepat di samping nisan tersebut.
Seulas terukir di bibir pria itu.
Namun bukan senyum kebahagiaan yang tercetak di sana. Senyum itu menggambarkan kesedihan mendalam yang di rasakan pria itu.
"Yudha dateng yah." lirih yudha menyentuh nisan di depanya.
Pria itu menghela nafas berat.
Sudah sangat lama ia tidak datang mengunjungi makam sang ayah. Kesibukanya menyita seluruh waktunya.
Di tatap nya gundukan tanah berselimutkan rerumputan hijau di depan nya. itulah perustirahatan terakhir sang ayah.
"Maaf, yudha terlalu sibuk sampai tidak punya waktu mengunjugi ayah. Maaf yudha membiarkan ibu sendiri." lanjut yudha dengan suara bergetar.
Pria itu meneteskan air mata kesedihanya.
Ia menangis di depan makam ayah nya. sosok nya yang selalu terlihat tangguh kini menjelma menjadi sosok yang sangat rapuh. kedua mata elang nya yang selalu menyiratkan ketegasan nya gini bercucuran air mata. Hidung mancung nya yang selalu terlihat putih menawan kini berubah warna menjadi kemerah merahan.
Yudha benar benar menumpahkan rasa sedih nya sekarang.
Yudha mengelus nama sang ayah yang tertulis di nisan itu, pria paling hebat dalam kehidupan yudha sudah tidak lagi bisa ia sentuh.
Ingatan pria tampan itu kembali pada masa lalunya, dimana ia selalu menghabiskan waktu nya bersama sang ayah.
Ryan wijaya, adalah pria yang sangat penyayang, penuh kelembutan juga bijaksana. tidak ada kata lelah bagi Ryan. bahkan saat pulang kerja pun Ryan selalu menyempatkan diri menemani yudha kecil bermain saat itu. Ryan juga tidak pernah malu ataupun gengsi membantu pekerjaan rumah amara jika waktunya senggang.
Mungkin itulah yang membuat amara mampu bertahan sendiri semenjak kepergian suaminya.
Yudha sangat yakin ibunya benar benar sangat mencintai ayah nya.
***
Amara menghentikan aktivitas membaca nya ketika ponsel milik nya berdering. Wanita itu meraih benda pipih tersebut kemudian menjawab panggilan masuk itu.
"Ya halo."
"Selamat siang nyonya. Tuan muda disini." ujar si penelepon yang tidak lain adalah pekerja di rumah Amara.
Amara mengangkat sebelah alis nya bingung. Kedatangan yudha terkesan sangat mendadak. Dan amara tau jika sudah seperti ini.
"Dimana dia sekarang?" Tanya amara tegas.
"Tuan muda keluar beberapa menit yang lalu nyonya." jawab si pekerja itu.
"Baik. Saya akan segera pulang."
Amara memutuskan sambungan telfon nya. Wanita itu menutup berkas yang tadi di bacanya. Tanganya bergerak meraih tas kerja juga jas nya. setelah di rasa tidak ada yang tertinggal Amara melangkah keluar dari ruang kerjanya.
Dalam perjalanan menuju kediamanya Amara tidak berhenti memikirkan putra kesayanganya itu. Amara yakin ada sesuatu yang membuat yudha tiba tiba datang secara mendadak.
Amara membelokan mobil mewah nya saat dampai di pertigaan jalan yang cukup sepi. Wanita itu menghela nafas. ia berharap tidak ada sesuatu yang buruk.
___
Baru saja yudha akan membaringkan tubuh nya di ranjang namun pintu kamar nya terbuka. pria itu menoleh ke arah pintu dan tersenyum melihat sosok cantik ibunya.
"ibu" senyum yudha.
Yudha melangkah menghampiri sang ibu.
ia menyalimi tangan ibunya kemudian memeluk sosok cantik di depanya.
Yudha kembali mengulas senyum manis di bibir nya. ia sungguh sangat merindukan ibunya.
"Dimana yua??"
Pertanyaan amara berhasil membuat yudha melepaskan pelukanya. pria menatap wajah wanita yang melahirkanya kemudian menghela nafas.
"Yudha tidak mengajaknya bu." jujur yudha.
"Kenapa?" tanya amara melipat kedua tanganya di depan dada.
Yudha tidak menjawab.
pria itu tidak ingin membohongi ibunya. Tapi ia juga belum siap untuk jujur tentang hubunganya dengan yua.
"Bagaimana kabar ibu?" Tanya yudha mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Dengan lembut yudha menuntun ibunya menuju ranjang. mereka duduk bersebelahan di ranjang besar milik yudha.
Yudha menghela nafas.
ia melepas kan genggaman tangan nya. Kedua mata elangnya menatap seluruh sudut kamar nya.
Tidak ada yang berubah.
Kamar bercat putih dengan tema Amrican klasik kesukaanya.
"jangan mengalihkan pembicaraan yudha. jawab pertanyaan ibu." Ujar Amara lembut.
Yudha menundukan kepalanya.
ia tidak tau harus menjawab nya apa. Ia sungguh tidak ingin membohongi ibunya.
Amara menatap putranya yang menunduk. Wanita itu menggerakkan tanganya kemudian mendarat dengan lembut di punggung lebar anak nya.
Dengan penuh kasih sayang amara mengelus punggung yudha, mencoba memberitahu lewat sentuhanya bahwa putranya tidak sendiri.
"Istirahatlah. ibu tidak memaksamu." kata Amara tersenyum penuh sayang.
Yudha mengangkat kepalanya.
pria itu menoleh, ia menganggukan kepalanya di sertai senyuman membalas tatapan sang ibu.
Yudha memejamkan matanya ketika merasakan kecupan lembut di kening nya. Hatinya terasa sangat hangat dan damai mendapat perlakuan lembut juga penuh kasih sayang dari ibunya.
Amara bangkit dari duduk nya.
perlahan ia melangkah menjauhi yudha menuju pintu kamar putranya. ia kembali menoleh dan tersenyum sebelum menutup pintu kamar anak semata wayang nya.
***
Dua hari sudah berlalu semenjak kepergian yudha. Yua menghela nafas, ia masih tidak habis pikir dengan sikap yudha kepadanya. ia sungguh tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Tapi sikap yudha kepadanya seolah sedang menghukum yua dari sebuah kesalahan yang di lakukan gadis itu.
Yua menatap ponselnya yang berada di nakas. Yudha belum kunjung menghubunginya. Bahkan yua pun sama sekali tidak pernah bisa menghubungi suaminya itu.
Yua bangkit dari berbaring nya.
Gadis itu merenggangkan otot nya yang terasa kaku. Hari sudah siang namun gadis itu masih betah berdiam diri di kamar nya.
Yua menatap jam dinding di seberang nya, ia tersenyum kecut. Biasanya jika ada yudha ia sedang sibuk memasak makan siang untuk pria itu. Hampir setiap hari yudha menunggu kedatanganya di kantor untuk sekedar mengantarkan makan siang pria itu.
Tapi dua hari ini tidak banyak yang yua lakukan. Semuanya terasa kosong tanpa yudha di samping nya.
Sekali lagi yua menghela nafas.
perlahan gadis itu bangkit dan turun dari ranjang. ia menyambar handuk putih yang tergantung di samping meja rias nya kemudian melangkah memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah penampilanya rapi, yua melangkah menuju dapur untuk membuat makanan untuk nya. Dua hari tanpa yudha gadis itu sampai lupa untuk selalu menjaga kesehatanya.
Rasa sakit di kepalanya membuat yua meringis. gadis itu berhenti mengaduk sup yang sedang di buat nya. ia mematikan kompor kemudian melangkah menuju kursi dan mendudukan dirinya disana.
yua *** bahkan sedikit menjambak rambut nya berharap bisa meredam sedikit rasa sakit yang di rasakanya.
Ketidak hadiran yudha sungguh sangat berpengaruh untuk nya.
Yua meneteskan air matanya.
Ia kembali menangis entah untuk yang keberapa kalinya. ia sungguh sangat merasa hampa tanpa sosok yudha. ia merasa sesak juga sakit secara bersamaan tanpa senyuman pria itu.
Tanpa gadis itu sadari kehadiran yudha di samping sudah sangat berarti baginya.
Yua terisak pilu dalam kesendirianya.
Keheningan di tempat itu seakan menjadi saksi betapa rapuh nya yua sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 454 Episodes
Comments
Iyan Yan
ap arrti tangisanmu yua... justru yudhsnkorban dari keegoisan kalian... jgnndtangisi
2020-07-16
4
Noni Kartika Wati
kapok
2020-06-19
4
Dwi Lina Ningsih
Yudha buat aku aja 😁
2020-05-29
2