Hari sudah berganti, selama seharian penuh Genta dan Tera tidak tidur untuk bisa menyelesaikan tantangan-tantangan yang ada di sisi rahasia Museum Stone. Namun, hal itu tidaklah menjadi masalah yang besar bagi mereka berdua, karena dengan begitu mereka berhasil membawa pulang botol kaca kecil berisi tiga pil penawar rahasia.
“Ruii…Ruiii, kita berhasil!” sorak keduanya dengan kompak sambil berlari ke arah Rui yang sudah pulas tertidur di mobil karena tenaganya yang terkuras semalaman untuk menunggu mereka berdua kembali.
“Rui...Buka Rui,” pinta Tera tak sabar mengetuk kaca jendela yang setengah terbuka dengan penuh semangat.
Rui dengan susah payah membuka kedua matanya yang begitu lengket karena menahan kantuk. Lalu, gadis yang tatanan rambutnya sudah tak terbentuk itu membukakan kunci pintu mobil dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. Genta dengan cekatan menyalakan mesin mobilnya dan menancapkan gas dengan kecepatan tinggi menuju penginapan milik ayah Rui.
“Gimana?” tanya Rui yang baru sadar duduk di bangku penumpang.
“Aah, akhirnya kau bangun juga Rui,” ujar Genta tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan gadis itu.
“Kita berhasil Rui, kita berhasil,” lontar Tera yang masih kegirangan.
“Serius, Ter?” tanya Rui dengan mata yang terbelalak lebar dengan mulut yang sedikit terbuka.
Mendengar pernyataan dari Tera, mata Rui yang awalnya lengket seketika menjadi segar. Tidak hanya sepasang mata yang mendadak segar, perasaannya pun juga turut bergembira. Dengan perjalanan yang singkat mereka pun tiba di penginapan tersebut.
“Huuft, akhirnya sampai juga,” hembus Genta sambil memarkirkan mobil hitam miliknya.
Ketiganya lalu keluar dari mobil dan masuk ke penginapan sederhana yang mereka sewa. Saat kunci baru dibuka, Tera dengan gesit berlari ke dalam ruangan dan menguasai tempat di sofa yang panjang di ruang tamu untuk melenyapkan lelahnya. Genta dan Rui yang masih berdiri dibalik pintu hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan satu temannya itu.
“Hmm, si Tera. Yaudah deh, Gen, kalau gitu aku pulang dulu ya,” pamit Rui. “Oh iya, sekali lagi, selamat ya!” tambah gadis itu sebelum benar-benar pergi meninggalkan penginapan milik ayahnya yang di isi oleh kedua pemuda itu.
Setelah Rui pulang, Genta membangunkan Tera perlahan untuk pindah dari sofa dan mengajaknya beristirahat dengan benar di kamar mereka masing-masing. Tera yang belum sepenuhnya sadar, mengiyakan ajakan temannya itu, lalu ia berjalan menuju kamarnya dengan mata yang menyipit. Keduanya pun tertidur dengan pulas, sampai-sampai tak sadar jika matahari dengan cepat sudah terbenam, tergantikan oleh bulan terang yang menyinari malam.
Tera terbangun dari tidurnya karena jatuh dari ranjang yang ukurannya memang tidak terlalu besar seperti ranjang tidur yang berada di rumahnya. Ia mengucek kedua matanya untuk menjernihkan penglihatan yang buram. Kamarnya yang gelap karena tidak ada satupun cahaya di dalam ruangan yang menyala membuat Tera tersadar bahwa hari sudah malam.
Dengan gesit ia menyalakan semua lampu yang ada rumah tersebut dan tidak lupa mengunjungi kamar Genta untuk sekedar membangunkanya.
“Gen, bangun Gen dah malem nih, bukan siang lagi!” teriak Tera sambil menggedor pintu kamar Genta.
"Iya, iyaa," balas Genta dengan suara yang tak kalah lantang dari dalam kamarnya.
Setelah Genta bangun, keduanya berkumpul di ruang tamu untuk berdiskusi. Mereka berdua dengan serius membicarakan rencana mereka setelah mendapatkan penawar rahasia dari Museum Stone. Dengan berhasil mendapatkan penawar rahasia yang awalnya tak mereka percayai itu terwujud, , bukan berarti tugas mereka berakhir begitu saja, terlebih pada janji yang telah mereka telah sepakati bersama dengan paman Tomi untuk tidak meminum penawar itu sebelum pamannya Tera meneliti kandungan yang ada di dalamnya.
"Jadi, kapan kita akan pulang?" tanya Tera singkat.
"Besok?" balas Genta dengan kata yang lebih singkat lagi.
"Oke. Berarti malam ini kita kemas semua barang-barang, biar besok pagi gak buru-buru," ujar Tera.
"Oh iya, satu lagi, Ter," ingat Genta.
"Apa?" tanya Tera sambil mengingat-ingat apa yang belum ia sampaikan.
"Jangan lupa pamit sama Rui," sambung Genta
"Itu mah udah pasti, Gen"
"Hehe," Genta terkekeh
...***...
Anantari yang sudah pulih dari sakitnya, kembali mengurus urusan-urusan perusahaan yang sedikit terbengkalai. Suaminya yang ikut turun tangan dalam mem-backup pekerjaannya ketika ia tidak masuk kemarin ternyata tidak cukup untuk membantu menuntaskan masalah-masalah yang ada. Anantari masuk ke ruangan kerjanya yang dingin dan luas. Lalu, tubuhnya yang ramping ia dudukan di sebuah bangku empuk yang berhadapan langsung dengan laptop dan meja berbahan jati yang sudah dilapisi dengan cat berwarna putih.
Baru saja ia menyalakan laptop, tak sengaja yang ia putar adalah salah satu rekaman CCTV sepuluh tahun yang lalu yang tersimpan dengan baik. Dengan tenang, wanita itu menyaksikan kembali rekaan video yang menunjukkan bukti bahwa adiknya adalah pelaku yang tersangka atas pembunuhan ayahnya itu. Namun, belum sampai video itu disaksikan sampai habis, Anantari menemukan sesuatu yang janggal di sana, seperti ada bagian video yang hilang atau terhapus dan tersambung kembali dengan video yang agak berbeda kualitasnya. Wajahnya yang semula santai menjadi mengernyit heran. Wanita itu pun dengan cekatan menghubungi kenalannya yang merupakan seorang ahli forensik digital.
Setelah melakukan proses yang panjang, ahli forensik digital itu menyatakan pada Anantari bahwasanya rekaman CCTV yang ia tunjukan kepadanya adalah hasil editan orang yang tidak bertanggung jawab jika dilihat dari beberapa aspek. Anantari terkejut, selama ini tuduhan yang ia jatuhkan kepada adik kandung satu-satunya adalah sebuah kesalahpahaman. Kesalahpahaman yang ia percaya kalau itu dibuat oleh orang dekat yang ingin merusak hubungan keluarga mereka tanpa alasan yang jelas.
Tubuhnya seketika lemas dan otaknya bekerja begitu cepat, ia memikirkan banyak cara tentang bagaimana memulai kembali hubungan keluarga mereka yang sudah rusak selama 10 tahun ini.
“Maafkan aku, Indira,” lirih wanita itu sambil meremas rambutnya dengan kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments