Perbedaan pendapat membuat mereka berselisih saling mempertahankan pendapat pribadi. Karena tidak satupun mau mengalah, Genta dan Tera memutuskan untuk memilih jalan yang berbeda kali ini. Walaupun sebenarnya di lubuk hati mereka yang terdalam masih berbisik untuk tetap memilih jalan yang sama, rasa gengsi yang lebih besar menjadikan mereka keras kepala pada pilihan masing-masing.
“Gue tetep sama pilihan gue ya!” tegas Genta dengan tatapan sinis yang sengaja ia lemparkan untuk Tera.
“Oke, siapa takut,” balas Tera tak mau kalah.
“Pokoknya kalau salah satu dari kita berhasil nemuin penawar rahasia itu, janji ya untuk harus tetap berbagi,” lontar Genta menjabarkan kesepakatan antara dirinya dengan Tera.
“Kalau sama-sama gak dapet, kita juga bakal menyemangati satu sama lain, kan!”
“SEPAKAT!”
Dengan degupan jantung yang tiga kali jauh lebih cepat, keduanya pun menyerahkan diri mereka untuk meluncur di perosotan yang tidak hanya tujuannya saja yang tidak diketahui, tapi begitu juga dengan kedalaman serta keamanannya. Tidak ada yang bisa mereka lihat di dalam lorong perosotan itu selain kegelapan.
...***...
Seorang gadis yang duduk di dalam mobil dengan jendela kaca yang terbuka lebar sudah kehilangan semangatnya untuk menunggu kedatangan dua pemuda yang telah ia nobatkan sebagai temannya dua hari yang lalu. Meski sudah belasan kali berpindah posisi, gadis berambut pendek sebahu itu masih saja dilanda keresahan.
“Apa mereka akan kembali dengan keadaan baik-baik saja?” gumam gadis itu khawatir. “Aah, lupakanlah. Mereka tidak apa-apa di dalam sana Rui, mereka sedang berusaha dan akan kembali selamat. Berhentilah memikirkan hal yang tidak-tidak!” Sadar dengan pikiran negatif yang mendatanginya, gadis itu pun langsung membuang jauh-jauh kekhawatirannya yang mengganggu.
“Sebentar lagi, Rui. Sebentar lagi mereka akan datang,” ucapnya dalam hati berusaha mengafirmasi diri sendiri.
...***...
“AAARRRGGGHHH”
Bruuk…
Bantalan empuk berwarna kuning berhasil melindungi bokong kedua pemuda itu dari benturan langsung yang cukup keras ke permukaan ubin. Genta dan Tera berdiri dari duduknya, keduanya sama-sama sampai dengan selamat di sebuah ruangan kosong yang lebih kecil daripada ruangan-ruangan yang ada sebelumnya Namun, di tengah ruangan itu terdapat sebuah kaca besar yang memisahkan mereka berdua. Ruangan itu masing-masing memiliki sebuah pintu yang dapat mereka gunakan untuk keluar. Setelah mengatur napas untuk menenangkan diri, mereka pun keluar melalui pintu tersebut.
Alangkah terkejutnya mereka, ketika mengetahui bahwa pintu yang mereka buka mempertemukan keduanya kembali di sebuah lorong panjang.
“Ujung-ujungnya kita ketemu lagi, Gen!” ledek Tera.
Genta terkekeh, “Terus sekarang apa lagi? Menelusuri lorong?” tanyanya setelah melihat setapak jalan kecil yang panjang yang mengurungnya.
“Mau gimana lagi, orang itu satu-satunya jalan, Gen.”
Setelah menempuh perjalan yang cukup panjang di lorong yang hampa, mereka akhirnya tiba di sebuah ruangan lagi. Museum Stone benar-benar dipenuhi oleh ruangan-ruangan tersembunyi yang membingungkan. Seorang pria dengan pakaian nyentrik yang tadi menghilang selagi mengantarkan mereka berdua ke pintu pertama tiba-tiba muncul entah dari mana.
“Bagaimana perasaan kalian telah sampai di ruangan ini?” tanya pria itu sambil menghampiri kedua pemuda yang sudah dibanjiri oleh butiran-butiran air yang keluar dari tubuh mereka.
“Kok bisa kamu di sini?” ujar Genta yang masih terengah-engah.
“Haha, itu mah ga perlu ditanya, aku kan petugas di museum ini,” jawab pria itu sedikit terkekeh dengan sombong.
“Sebelumnya, aku akan mengucapkan selamat atas kalian berdua yang tidak memilih putar arah dan terus melangkah maju menghadapi pintu-pintu ini. Sejujurnya, tak ada apapun yang berbahaya di sini dan tidak akan terjadi apa-apa jika kalian memilih untuk tidak menyelesaikan tugas dalam pintu-pintu yang sudah kalian lewati. Semua itu dibuat hanya untuk mengetes seberapa serius orang-orang yang ingin mendapatkan penawar rahasia itu. Sebagai imbalan dari usaha kalian, aku sebagai salah satu petugas di museum ini, akan memberikan apa yang kalian cari-cari.”
Lelah yang dirasakan kedua pemuda itu seketika menghilang, ketika petugas misterius bergaya nyentrik itu menjanjikan akan memberikan penawar rahasia itu kepada mereka. Tera yang sudah tidak sabar tanpa sadar sampai berjingkat kecil, kegirangan.
“Tapi sebelum itu, aku akan menghapus ingatan kalian berdua dulu sejak masuk di pintu pertama,” kata pria itu lagi.
“Lho, memangnya kenapa?” tanya Tera yang seketika berubah moodnya.
“Semua orang boleh mengetahui jika distrik Bloom memiliki satu museum yang didalamnya menyimpan sebuah penawar rahasia yang bisa membantu mewujudkan impian, akan tetapi tidak semua orang boleh tahu tentang bagaimana proses mendapatkan penawar rahasia tersebut,” terangnya.
Kemudian, dengan kain merah yang pria itu tiupkan di hadapan Genta dan Tera, ia mampu menghapuskan ingatan kedua pemuda itu dalam waktu sesingkat satu kedipan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments