Happy reading 😊
Jangan lupa RATE nya ya!
Di tempat lain di rumah James, ia sedang membayangkan wajah cantik Elvia yang terus terbayang di kepalanya. James juga sedang memikirkan bagaimana caranya Elvia bisa jatuh hati padanya.
"Gue harus bisa dapetin Elvia gimanapun caranya." batin James.
"Ah, gue baru inget kalo besok gue kan harus ke kantor tempat dia kerja buat tanda tangan kontrak proyek itu. Gue bisa deketin dia pelan tapi pasti." batin James sembari tersenyum membayangkan wajah Elvia dan masih memikirkan cara untuk mendekati Elvia gadis pujaan hatinya.
Di rumah Alvian, Elvia yang sudah membantu Bi Mina menyiapkan sarapan segera bergegas membersihkan dirinya dan bersiap untuk pergi ke kantor. Setelah selesai, Elvia berjalan menuju kamar Alvian yang berada di sebelah kamarnya.
Tok,, tok,, tok.
Bunyi pintu yang diketuk Elvia.
"Masuk." jawab Alvian yang sedang kesulitan memasang dasinya. Elvia masuk ke dalam kamar Alvian. Karena melihat Alvian yang kesulitan memasang dasinya, Elvia berinisiatif untuk membantu Alvian.
"Sini aku bantu pasangin dasinya." ucap Elvia langsung mengambil dasi di tangan Alvian. Elvia memsangkan dasi ke leher Alvian dan tanpa di sadari itu membuat sang empuh hanya menatap sambil menahan nafasnya. Namun, senyum di bibirnya menghiasi wajah tampannya. Dan ternyata Elvia sudah selesai memasangkan dasinya dengan rapi.
"Ternyata gini ya rasanya punya istri." ucap Alvian sambil menarik pinggang ramping Elvia dan merapatkan ke tubuhnya.
"Apaan sih." ucap Elvia malu-malu.
"Kan emang bener kalau punya istri itu enak karena ada yang nyiapin semuanya." ucap Alvian dengan sedikit melonggarkan pelukannya.
"Emang kamu pikir istri itu pembantu yang tugasnya nyiapin semuanya." ucap Elvia menahan kesal.
"Aku kan nggak bilang gitu, tapi kalau istrinya kayak kamu sih aku pasti seneng banget." ucap Alvian sembari menatap mata Elvia. Yang ditatap hanya bisa menunduk dan menyembunyikan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus.
"Udah deh jangan gombal terus, sekarang kita harus sarapan biar gak telat ke kantor. Terus ini tangannya tolong dikondisikan jangan seenaknya peluk anak gadis orang." sungut Elvia karena kesal terhadap Alvian yang memeluknya tanpa izin, padahal dalam hati Elvia berbunga-bunga tapi dia menutupi semua itu karena tidak ingin terlalu berharap pada Alvian.
Mereka pun langsung turun ke bawah untuk sarapan, karena mereka harus bergegas ke kantor.
Setelah selesai sarapan mereka langsung masuk mobil menuju kantor.
Alvian dan Elvia sampai di kantor dan berjalan menuju ruangan mereka.
Di tempat lain, mobil yang dikendarai oleh James melaju ke kantor Alvian. Sebenarnya James terlalu pagi ke kantor Alvian, tapi itu dilakukan hanya demi sang pujaan hati yang selalu terbayang di kepalanya.
James benar-benar tidak akan bisa berkonsentrasi jika dia tidak segera menemui Elvia, yang telah berhasil meruntuhkan benteng pertahanan yang dia pertahankan selama ini.
Selang beberapa saat James telah sampai di kantor Alvian, dia segera turun dari mobilnya.
"Saya ingin bertemu dengan Pak Alvian." ucap James pada Resepsionis.
"Maaf, dengan Tuan siapa?" tanya Resepsionis dengan sopan.
"James, bilang saja tuan James Geraldine ingin bertemu." ucap James tegas.
"Baik Tuan, mohon ditunggu sebentar." ucap Resepsionis.
Tut,,tut,, tut,.
Bunyi nada sambung telepon.
"Maaf Bu, disini ada Tuan James Geraldine yang ingin bertemu pak Alvian." ucap Resepsionis di telepon pada Elvia.
"Suruh naik saja Mbak" jawab Elvia sopan.
"Baik Bu." ucap Resepsionis.
"Tuan silahkan naik ke lantai 9, disana ruangan Pak Alvian." ucap Resepsionis pada James.
"Baik, terimakasih." jawab James berlalu pergi.
James masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai 9.
Di tempat Elvia, segera berjalan ke arah ruangan Alvian untuk menyampaikan jika James sudah ada di lobi.
Tok,, tok,, tok,.
Bunyi pintu diketuk.
"Masuk." jawab Alvian.
Elvia pun masuk ke dalam ruangan Alvian.
"Permisi Pak, di bawah sudah ada Tuan James Geraldine yang sekarang sedang menuju kesini." ucap Elvia sopan.
"Baiklah, tolong sekalian kamu siapkan minuman untuk tuan James dan jangan lupa kontrak yang kemarin saya minta." ucap Alvian tegas.
"Baik Pak, saya permisi dulu." ucap Elvia. Yang hanya dibalas anggukan oleh Alvian.
Elvia bergegas melakukan yang diminta oleh Alvian, dan ternyata James sudah sampai di depan ruangan Alvian.
James yang melihat Elvia pun mengembangkan senyumnya, karena melihat gadis yang di rindukannya sejak semalam dan terus terbayang wajahnya.
"Hai Elvia!" sapa James yang melihat Elvia sibuk dengan berkasnya.
"Emm,, halo juga Tuan! selamat pagi!" sapa Elvia balik dengan sedikit gugup.
"Selamat pagi El! bolehkan saya manggil kamu kamu seperti itu?" ucap James sambil tersenyum.
"Iya tidak apa-apa Tuan." ucap Elvia sambil membalas senyum James.
Belum sempat berbicara lebih lanjut, Alvian sudah berdiri di ambang pintu ruangannya dan sedang memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangan sedikit menahan rasa kesalnya.
"Ehemm." Alvian yang berdehem.
"Tuan James sudah sampai, jika seperti itu mari kita ke ruangan saya untuk membicarakan semuanya." ucap Alvian tegas.
"Dan,, Sayang tolong kamu buatkan Tuan James minum dan jangan lupa kontrak yang aku minta tadi ya." ucap Alvian yang sengaja menjeda ucapannya dan memanggil Elvia dengan sebutan "sayang".
"Ba,, baik Pak." ucap Elvia sedikit terbata.
Sedangkan James sudah menahan kesal karena sebutan Alvian pada pujaan hatinya.
"Mari Tuan James." ajak Alvian pada James yang masih terpaku di tempat. Karena dia yakin James sedang terbakar cemburu.
Dan Alvian tidak akan membiarkan siapapun mendekati gadisnya.
"Baik." jawab James tegas.
"Silahkan duduk Tuan." ucap Alvian sopan. James pun segera mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia di ruang Alvian.
Tok,, tok,, tok,.
Bunyi pintu diketuk.
"Permisi Pak, ini kontrak yang Bapak minta dan ini minumannya. Silahkan diminum Tuan." ucap Elvia.
"Terima kasih El." jawab James sambil tersenyum manis ke arah Elvia. Alvian yang melihat itupun geram, dan menyuruh Elvia keluar dari ruangannya.
"Sayang, kamu keluar dulu ya nanti kita makan siang bareng." ucap Alvian lembut dengan sengaja dia memanas-manasi James. Agar James tahu Elvia hanya miliknya.
"Iya Pak." jawab Elvia.
"Sayang kamu lupa kalau kita berdua kamu harus manggil aku Mas." ucap Alvian dengan sengaja. Elvia merasa bingung dengan bosnya ini sejak kapan dia dipanggil "sayang" dan dia harus memanggil Alvian dengan sebutan "mas". Tapi biarlah toh dia bosnya.
"Tapi sekarang kita sedang di kantor dan kita tidak berdua
Pak." ucap Elvia.
"Oh iya maaf ya Sayang, Mas lupa. Ehmm, kamu boleh keluar sekarang." ucap Alvian dengan nada yang berubah menjadi tegas.
"Baik Pak, saya permisi." ucap Elvia. Yang hanya di angguki oleh Alvian. James sangat merasa kesal karena sedari tadi kehadirannya seperti tidak di anggap.
"Maaf Tuan, saya masih belum terbiasa karena jika hanya berdua maka kami tidak akan berbicara formal." ucap Alvian dengan senyum kemenangan karena telah membuat James menahan kesal.
"Iya tidak apa-apa Tuan." ucap James dengan senyum paksa yang berusaha menahan amarah karena kelakuan Alvian yang memamerkan kesmesraannya di depannya.
"Kalau begitu kita mulai langsung pembicaraannya, tapi lebih baik silahkan di minum Tuan." ucap Alvian.
"Terima kasih Tuan." ucap James.
"Hahaha,, gue puas liat tampang dia pias kayak tadi." batin Alvian yang dengan santainya meminum teh yang dibuat Elvia.
"Sialan,, ini orang sengaja banget buat gue cemburu. Lihat aja gue gak akan berhenti buat milikin Elvia." umpat James hati.
Diluar ruangan Alvian, Elvia masih berkutat dengan pekerjaannya agar selesai tepat waktu.
Di dalam ruangan Alvian, kedua orang yang sedari tadi mengeluarkan aura dingin mereka pun sudah selesai membahas dan menandatangi kontrak.
Alvian mengantarkan James keluar dari ruangannya, karena dia tidak mau James mengambil kesempatan untuk mendekati Elvia. Alvian mendekati meja Elvia dan sengaja mengelus rambut panjang Elvia. Elvia sedikit tersentak karena terkejut.
"Sayang udah selesai belum?" tanya Alvian sembari tersenyum dan dengan sengaja menunjukkan kemesraannya di depan James yang masih terpaku di depan ruangan Alvian.
"U..udah kok Mas." ucap Elvia terbata karena mendapat kode dari Alvian untuk memanggilnya dengan sebutan "mas".
"Ya udah kita makan siang yuk, aku gak mau kamu sakit." ucap Alvian sambil menggenggam tangan Elvia dan berlalu melewati James.
"Kami permisi untuk makan siang dulu Tuan." ucap Alvian dengan masih menggenggam jemari Elvia yang ditautkan di jarinya.
"Iya silahkan." ucap James singkat karena dia mencoba menahan rasa kesalnya.
Bersambung
Jangan lupa like, coment dan vote ya 😊🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
kopi pahit
lanjut kak, maaf bru smpet mmpir lg,
2020-10-25
0
F I T R I A
like
2020-10-16
0
Erlina Khopiani
semangat up
2020-10-09
1