Jass sangat puas bermain dengan Clara dan Nisa hari ini bahkan mereka mampu berjam-jam main masak-masakan di kamar Clara. Walaupun yang semangat cuma Jass, maklum sekali masih bocil.
"Pulang gihhh," ucap Clara menyuruh Jasa pulang.
"Aku masih mau main tau," sahut Jass.
"Ini sudah sore Jass," tambah Nisa lagi.
"Nanti dimarahin loh sama Bunda," cicit Clara lagi.
"Ishh kalian nihh Bunda gak pernah kayak gitu tau," sahut Jass.
Yasmin tau jika Clara dan Nisa kompak menyuruh Jass pulang karena ingin main game tanpa di ada Jass yang masih seperti bocah.
"Jass, Tante antar yahh pulangnya nihh Bunda kamu chat Tante."
"Ouhh gitu ya Tan, ya sudah kalau gitu Jass pulang."
"Dari tadi sudah kita kasih tau," ucap Clara.
"Iya nihhh," sambung Nisa.
"Wleee ..." ledek Jass.
"Ishhh nih bocahh," gerutu Clara.
"Ayo Jass," ucap Yasmin.
"Iya Tante," sahut Jass.
Setelah Jass pulang, Nisa dan Clara langsung kompak.
"Akhirnya dia pulang Nis, tos dulu kita."
"Iya, yang bener aja kita 3 jam main beginian."
"Bukan kita yang main, dia doang."
"Hahahaha bocah bener."
Yasmin sudah sampai depan rumah Lyn. "Tante antar sampai sini aja yahhh."
"Iya Tante gak papa kok makasih udah anter Jass."
"Sama-sama, Tante pulang dulu kamu cepat mandi gihhh."
"Siap Tante."
Setelah Yasmin pergi, tiba-tiba raut muka Jass berubah menjadi datar, tidak lagi ceria seperti tadi dan langsung masuk ke dalam rumah.
Karena gerah, Jass memutuskan untuk mandi sekarang.
Selesai mandi, Jass memakai celana kulot jeans dan kaos oblong warna hitam.
"Aku harus cek mafia pria sialan itu apa keamanan IT dia masih lemah atau sudah di perkuat," gumam Jass yang berpura-pura seperti bocah tapi sebenarnya jenius.
Lagi pula Jass juga berhasil mengambil uang yang dia peras di perusahaan Jayden.
Jass memasukkan semua kode-kode yang akan mengintip data pribadi milik Jayden.
"Ouhhh jadi udah mulai di perkuat yahh, bagus juga makin tertantang nihh."
Sedangkan Jayden dan Jatmiko langsung terkejut karena ada yang mengintip data pribadi.
"Sial, siapa orang itu berani sekali mengintip data pribadiku."
"Ayo kita cari Jay, aku takutnya adalah orang yang sama memerasku kemarin."
Perang cyber sore itu sangat sengit sampai-sampai Jass kewalahan tapi masih bisa dia atasi.
"Bagaimana bisa dia melawan kita berdua," ucap Jay frustasi.
"Aku tadi hampir bisa membuka siapa penyerang itu tapi dengan cepat dia mengunci semuanya, benar-benar jenius."
"Arkhhh sial, pokoknya dia harus di temukan karena aku ingin masuk di organisasi kita!"
"Ide yang bagus Jay."
Jari jemari Jass dengan cepat memblokade semua jaringan Jay dan Jatmiko agar tidak bisa membuka datanya.
"Kali ini aku kirim kalian virus baru, hahaha selamat menikmati Papa sayang huuu ..."
Jatmiko sangat frustasi karena begitu banyak virus yang masuk.
"Hentikan Jatmiko!" teriak Jayden.
Semua sistem yang ada di perusahaan rusak bahkan produk yang segera di kirim melewati email hampir gagal.
Dengan cepat Jay mengunci dengan kode yang lebih kuat meskinya banyak keringat di dahi.
"Sial, siapa peneror itu?" gumam Jay mengepalkan tangannya.
Jass tertawa senang melihat Jay dan Jatmiko kelimpungan melawan virus itu dengan cepat Jass menghapus semua jejak di laptopnya.
"Akhh senangnya buat mereka kewalahan, Miss J di lawan."
Tapi Jass tidak tahu jika dia akan jatuh sakit kalau terus memikirkan hal yang berat.
"Emhh sebaiknya aku makan tapi makan apa, Bunda juga belum pulang."
Tidak lama kemudian pintu depan diketuk seseorang.
"Siapa yang datang," gumam Jass lalu pergi ke depan dan membuka pintunya.
"Hallo cucu Nenek," sapa Nyonya Melati.
"Nenek," sahut Jass.
"Ke rumah Nenek kita makan sama-sama."
"Wahh Jass udah lapar Nek."
Nyonya Melati langsung merangkul cucunya itu untuk makan.
***
Kana dan Yuri langsung mendekati Lyn di meja kerjanya.
"Lyn," panggil Kana.
"Ada apa Kan?" tanya Kana yang masih fokus dengan layar komputernya.
"Malam ini kamu ada acara tidak?" tanya Kana balik.
"Tidak ada sihh," sahut Lyn.
Yuri langsung mendekati Lyn lagi disebelah kiri. "Nahh pas tuhh kita jalan yuk."
"Kemana?" tanya Lyn.
"Club dong," sahut Yuri.
Lyn hanya tersenyum dan menolak ajakan mereka dengan halus.
"Maaf ya Ri, Kana, bukannya aku tidak mau ikut tapi dirumah ada anakku dia tidak bisa ditinggal sendiri."
"Masalah itu mah gampang, anak kamu di titipin aja."
"Kayaknya tidak mungkin, aku tidak mau melewatkan tumbuh kembang anakku."
"Lahh emang anak kamu belum dewasa banget yahh?" tanya Kana.
"Mau menuju dewasa," sahut Lyn.
"Sudah haid belum?" tanya Yuri.
"Dia belum haid," sahut Lyn.
"Hahhhh, eh kampret kamu Lyn anak kamu itu sudah umur 15 tau kok belum haid aja," ucap Yuri.
"Jangan-jangan anak kamu kelainan Lyn," sambung Kana.
"Husss kalian ini enak aja, perempuan itu pertama kali haid dari umur 10-15."
"Ouhh gitu ya Lyn," ucap Yuri.
"Pantesan anak kamu kayak bocah orang belum haid," sahut Kana.
"Hihihi kamu benar Kan," seru Yuri.
"Sebaiknya kalian lanjut kerja," ucap Tuan Frans.
Kana dan Yuri langsung kicep dan mematung lalu menoleh ke belakang.
"Ehh Tuan Ceo," ucap Kana dengan senyum sulit lalu perlahan kembali ke meja.
Begitu juga dengan Yuri dia dengan pelan kembali ke mejanya.
Lyn hanya diam melanjutkan kerjanya tanpa menoleh sama sekali.
"Lyn," panggil Tuan Frans.
"Iya Tuan," sahut Lyn menoleh.
"Ikut saya ke ruangan yahh."
"Baik Tuan."
Yuri dan Kana langsung terkejut mendengar Lyn di suruh ke ruangan.
"Itu Lyn kenapa di suruh ke ruangan Kan, aku takut dehhh."
"Bukan kamu aja yang takut aku juga, jangan sampai Lyn kena masalah karena kita."
Lyn kemudian duduk di depan Frans dengan tenang.
"Maaf kalau saya menyuruh kamu datang ke ruangan saya tapi ini bukan masalah pekerjaan."
"Masalah apa Tuan?"
"Ini masalah keluarga."
"Keluarga?"
"Iya!"
"Maksudnya Tuan?"
Frans mengambil sebuah kalung dengan lambang hati.
"Kalung itu ..." ucap Lyn terhenti.
"Apa kamu juga punya kalung ini?" tanya Frans dan Lyn mengangguk.
"Ada dimana kalung itu?" tanya Frans.
"Di rumah Tuan," sahut Lyn.
"Saya mau kamu memakainya besok, sama seperti saya."
"Kenapa Tuan punya kalung itu?" tanya Lyn.
"Tentu saja aku punya karena ini milik orang tuaku, Bunda Azana yang memberikannya."
Lyn sangat terkejut mendengar nama Bundanya disebut.
"Maksud Tuan apa, itu nama Bunda saya!"
Frans tersenyum dan mendekati wajah Lyn.
"Karena saya anak pertama tentu saja saya tau," ucap Frans.
"A-an-nak pertama," sahut Lyn bingung.
"Kamu masih bingung yahhh, malam ini saya ingin mengajak kamu ke suatu tempat."
"Tuan Frans maksud anda?"
"Saya Kakak kamu, ada banyak kejadian kenapa kita terpisah. Malam ini ikut Kakak, semuanya akan Kakak jelaskan sampai selesai."
"Tapi Jassvina bagaimana?"
"Dia aman, bukankah Tuan Abara dan Nyonya Melati ada."
Lyn terdiam dan tangannya terus meremas celananya.
Frans tersenyum dan mendekati Lyn lalu mengacak rambutnya. "Sudah tidak usah takut nanti Kakak jemput dirumah malam ini, ok."
[][][]
NEXT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Liswati Angelina
oh ternyata lyn adiknya tuan frans
2023-10-14
1