Jass merengek mau pulang karena dirinya tidak betah di rumah sakit.
"Ayolah Bun kita pulang."
"Kamu masih dalam pantauan sayang."
"Pantauan apa sih Bun Jass itu cuma demam."
"Kamu tidak merasa berat badan kamu itu turun 4 kilo."
"Ahhh cuma 4 kilo nanti bisa naik lagi, kita pulang ya Bun."
"Kamu masih harus di rawat sayang belum lagi nanti tiba-tiba malam kamu muntah."
"Ish sebel dehh."
"Sabar sayang."
Jass mengerucutkan bibirnya karena keinginannya tidak dituruti sang bunda.
Perawat datang membawa makanan pasien.
"Makan malam sudah siap."
"Terima kasih sus."
Jass melihat makanan yang dihidangkan sangat bosan.
"Ikhh Jass gak mau makan itu Bunda, gak enak."
"Enak kok ini."
"Gak mau."
"Sayang."
"Jass gak mau makan kalau masih itu."
"Gak boleh gitu sayang."
"Emmm gak mau."
"Jass."
Jayden nekat masuk ke ruang rawat Jass.
"Mau ngapain?" tanya Lyn.
"Saya ingin menjenguk anakku," sahut Jayden.
"Siapa yang kamu bilang anak, aku bukan anak anda!" sahut Jass dengan lantang.
"Jass kamu tahu dia?" tanya Lyn.
Jass seketika berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Bundanya.
"Jass kemarin gak sengaja denger kalian ngomong," ucapnya.
"Lyn, saya ingin bicara sama kamu."
"Bicara apa sih, sudah gak ada lagi yang kita bicarakan!" ketus Lyn.
"Saya mohon, Lyn."
Jass langsung memegang tangan Bundanya.
"Jangan Bunda dia pria jahat."
"Sebentar aja ya sayang."
"Enggak Bunda, Jass gak mau ..."
Jayden langsung mendekati Jass dan memeluknya.
Jass memberontak saat dipeluk akan tetapi Jayden dengan sabar menjelaskan jika dirinya hanya ingin bertanggung jawab.
Lyn juga menjelaskan bahwa Jass tidak boleh seperti biar bagaimanapun Jayden adalah ayah kandungnya.
"Jangan begitu sayang, harus hormat sama orang yang lebih tua."
"Dia gak pantes Jass hormati, gara-gara dia Jass sering di-bully anak haram!" ucap Jass sambil menangis.
Jayden sangat terkejut mendengar ucapan Jass.
"Siapa yang membully kamu anak haram?" tanya Jayden dengan tajam.
"Bukan urusan anda, pergi dari sini. Bunda usir dia, Jass gak mau lihat wajahnya."
Lyn tidak tega lihat Jass menangis dan dia langsung meminta Jay untuk keluar.
"Sebaiknya anda keluar, Tuan Jayden."
"Apa kamu ingin membuatku tidak bertanggung jawab dengan anak saya sendiri, Lyn. Tolong jangan usir saya," pinta Jayden dengan memelas.
"Saya hanya ingin anda keluar sebentar, apa kamu tidak kasihan dengan Jass."
Jayden langsung keluar setelah mendengar ucapan Lyn.
"Bunda boleh ngomong sama dia, 'kan."
"Jangan lama."
"Iya sayang."
Lyn mencium Jass dan menyusul Jayden keluar.
"Anda mau bicarakan apa?" tanya Lyn.
"Lyn, saya menyesal sudah menelantarkan kamu dengan Jass."
"Terus?"
"Izinkan saya untuk bertanggung jawab."
"Jass sudah besar dan saya juga sudah ada pekerjaan, tidak butuh tanggung jawab kamu lagi tapi kalau kamu ingin mendekati Jass saya izinkan."
"Apa tidak ada kesempatan kedua untuk saya, Lyn."
"Kesempatan kedua masih ada tapi bukan untuk anda."
"Itu artinya kamu masih membenci saya, Lyn."
"Tidak harus, bahkan orang bisa membenci dengan senyum."
"Apa tidak bisa ditawar."
"Ini keputusan saya."
"Bantu saya mengambil hati Jass," pinta Jayden.
"Maaf, saya tidak bisa membantu lebih baik kamu pikirkan itu dengan sendirinya."
"Ayah sama Ibu datang dia sangat menginginkannya cucu pasti dia senang bisa bertemu dengan Jass."
"Jangan buat saya membatasi pertemuan kamu dengan Jass, Tuan Jayden!"
Jayden hanya diam dan hatinya merasa tersayat.
'Apakah seperti ini sakitnya di tolak.'
***
Tuan Abara dan Nyonya Melati merasa aneh dengan Jatmiko.
"Mas, aku yakin pasti ada yang disembunyikan."
"Mama benar."
"Kita ikuti Jatmiko."
"Tapi sebelumnya kita pura-pura pergi saja."
"Ayo."
Kemudian Tuan Abara dan Nyonya Melati pamit untuk jalan-jalan.
Jatmiko langsung pergi ke rumah sakit menemui Jayden.
"Mau kemana Jatmiko Mas, kok dia ke rumah sakit."
"Kita ikuti saja nanti juga tau."
Jayden melangkah dengan gontai di koridor rumah sakit setelah Lyn ceritakan apa yang terjadi dengan Jass.
"Aku laki-laki yang sangat buruk dan pengecut, untuk apa harta kekayaan yang aku miliki selama ini kalau anakku sendiri mengalami gizi buruk!" teriak Jayden frustasi dan itu membuat orang yang lewat bingung.
Anak buah Jayden merasa Tuan mereka sedang tidak baik-baik saja.
"Kasihan yah Tuan Jayden."
"Tapi kita juga tidak bisa menyalakan mantan istinya."
"Iya karena memang dari awal kesalahan Tuan Jayden sendiri."
Jatmiko menemui anak buah yang sedang mengawasi Jass dan Lyn.
"Kalian, dimana Tuan Jayden?"
"Ada di taman belakang rumah sakit, Tuan."
Jatmiko langsung mendatangi Jayden tanpa disadari sudah di ikuti Tuan Abara dan Nyonya Melati.
Anak buah Jayden juga tidak melihatnya jadi mereka berdua dengan leluasa mengikuti Jatmiko.
Jayden hanya duduk di kursi taman dengan rambut yang acak-acakan.
"Astaga, Jayden!"
"Jatmiko aku pria yang sangat buruk."
"Apa yang terjadi?"
"Jassvina."
"Kenapa dengan Jassvina?"
"Lyn sudah menceritakan semuanya, dia bilang kalau Jass mengalami gizi buruk sejak dini makanya imun tubuhnya tidak kuat."
"Apa yang akan kamu lakukan?"
"Jass mengusirku dia bilang tidak ingin punya ayah sepertiku yang jahat."
"Apa kamu akan menyerah?"
"Hatiku sakit ditolak tapi akan lebih menyakitkan jika menjadi Jass, anakku sendiri."
Tuan Abara dan Nyonya Melati sangat terkejut dengan pembicaraan.
"Berani-beraninya dia menyembunyikan hal sebesar ini, dasar anak itu!" gumam Tuan Abara.
"Tunggu apalagi Mas, kita tanya langsung."
"Ayo."
Tuan Abara dan Nyonya Melati langsung mendekati Jayden.
"Cepat jelaskan secara menyeluruh, Jayden Axander!"
"Ayah!" kaget Jayden.
"Tuan Abara!" Jatmiko tak kalah terkejutnya.
"Kamu punya anak Jay, selain dari perempuan itu hah?" tanya Nyonya Melati.
"Ibu sama Ayah kenapa ada disini?" tanya Jayden balik.
"Tidak usah bertanya balik cepat katakan anak kamu itu siapa Jay?" tanya Tuan Abara dengan berteriak.
"Tuan kami akan menjelaskannya, sebaiknya kita duduk dulu."
"Cepat jelaskan!" titah Tuan Abara.
Akhirnya Jayden dan Jatmiko menjelaskan semuanya tidak dilebihkan ata pun di kurangi.
Jayden juga menyerahkan tes dna itu dan menyatakan 100% positif.
"Itu artinya kita punya cucu Mas."
"Siapa namanya Jayden?"
"Lyn memberi namanya Jassvina."
"Apa dia sedang di rawat disini?" tanya Nyonya Melati.
"Benar Bu," sahut Jayden.
"Kita jenguk cucu kita Mas."
"Ayo."
"Tunggu dulu," cegah Jayden.
"Ada apa lagi Jayden?" tanya Tuan Abara.
"Ayah, Lyn dan Jass masih membenci Jay jadi mohon jangan tergesa-gesa pada mereka terutama sama Jass."
"Apa yang dikatakan Tuan Jay benar," sambut Jatmiko.
"Baiklah kami tidak akan gegabah," ucap Tuan Abara.
Sedangkan Jass masih setia dengan bermain ponsel itu pun masih di awasi oleh Lyn.
Terdengar dari luar suara ketukan dan itu membuat Lyn dan Jess saling pandang.
"Bukannya Dokter baru saja udah periksa Jass Bun," ucap Jass yang mengira Dokter datang.
"Belum tau sayang, Bunda buka dulu pintunya yahh."
"Iya Bunda."
Saat membuka pintunya, mata Lyn sangat terkejut.
[][][]
NEXT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments