Sore ini Jass sudah diperbolehkan pulang.
"Jass pengen beli telur gulung Bun," rengek Jassvina.
"Terlalu banyak minyak itu Nak, gak baik loh."
"Sekali aja."
"Em gak boleh kamu baru saja keluar dari rumah sakit."
"Yahhh Bunda."
"Gak bisa sayang."
Melati dan Abara meminta Lyn untuk mengizinkan mereka mengantar.
"Saya sudah mengizinkan anda, apalagi yang kalian inginkan. Sudah cukup!" bentak Lyn.
"Lyn, kamu bentak kami." Nyonya Melati tidak menyangka jika Lyn membentaknya.
"Iya Nyonya, jangan anda pikir selama ini saya bodoh. Dulu saya diam bukan karena saya takut tapi masih menganggap anda sebagai orang tua saya, jangan ikuti kami!" Lyn langsung masuk ke kamar dan membawa Jass pulang.
Nyonya Melati mulai emosi karena dari tadi terus di halangi Lyn.
"Kamu jangan serakah Lyn, biar bagaimanapun kami ini tetap kakek dan neneknya Jass!" ucap Nyonya Melati dengan lantang.
"Mama itu kenapa si Nenek?" tanya Jass.
"Gak papa sayang," sahut Lyn.
"Jesslyn!" panggil Nyonya Melati.
"Ma sudah," tegur Tuan Abara.
"Gak bisa Mas, Jass itu cucu kita."
"Iya Mas tau."
"Terus kenapa tegur Mama tadi."
"Kita harus mendekati mereka secara perlahan, apa kamu lupa berapa banyak kita menyakiti Lyn apalagi Jayden."
Nyonya Melati hanya diam meskipun hatinya membenarkan apa yang dikatakan suaminya itu tapi tetap saja rasanya sangat sakit jika harus dijauhkan dari sang cucu.
Jayden menemui orang tuanya dengan perasaan bersalah dan juga malu.
"Jay, ikut Ibu!"
"Kita bicarakan dirumah!"
Jatmiko paham dengan ucapan Tuan Abara dan Nyonya Melati.
"Aku pergi dulu Jay, kamu harus bisa bicara dengan mereka yahh."
"Terima kasih Jat."
Dirumah, Tuan Abara dan Nyonya Melati sudah memasang muka yang masam.
"Jelaskan kepada kami berdua, kenapa kamu sampai tidak tau kalau Lyn itu hamil."
Jay hanya diam karena masih belum berani bicara.
"Jawab kami Jayden," ucap Tuan Abara.
Nyonya Melati sudah jengah dengan diamnya Jayden.
"Jayden Axander, cepat katakan!" bentak Nyonya Melati untuk pertama kalinya selama hidup Jayden.
"Maafkan Jayden Bu, ini salah Jayden yang sudah terhasut oleh perempuan itu."
"Maksudnya apa?"
"Jayden menceraikan Lyn karena melihat foto sensual milik Lyn."
"Apa!" kaget mereka berdua.
"Jay percaya akan hal itu dan langsung menceraikan Lyn tanpa mau mendengarkan penjelasannya."
Tuan Abara tersenyum sinis mendengar penjelasan Jayden.
"Benarkah tapi bukan karena kamu ingin bersama perempuan ular itu, 'kan. Jayden-jaayden alasan kamu itu sangat tipis, Ayah tau kamu tidak mencintai Lyn waktu itu makanya kamu dengan sengaja mencari kesalahan Lyn, benar kan?"
Jayden langsung terdiam mendengar ucapan sang ayah.
"Maksud Mas apa?" tanya Melati.
"Maksud Mas, Jayden sengaja membuat Lyn salah dimata kita karena dia ingin bersama perempuan ular itu."
"Astaga, apa itu benar Jay?"
"Tentu saja itu benar Ma, sekarang Ma bisa lihat sendiri karma apa yang menghampiri anak kita ini hemmm."
"Jay, apa itu benar Nak?"
"Semuanya benar Ma, Jay yang membuat Lyn menderita dan menggiring opini biar kalian jijik padanya. Seakan-akan, Lyn itu perempuan tidak baik dan matre karena memanfaatkan Jay yang sudah menabrak kedua orang tuanya hingga kami terjebak dan dinikahkan paksa oleh warga, itu juga rencana dari Jay agar bisa bersamanya."
"Dengan kamu mengorbankan Lyn, iya?" tanya Melati lagi.
"Iya Ma."
Melati langsung menampar Jay bertubi-tubi.
"Ya ampun Jay, Mama tidak pernah mengajarkan kamu menjadi laki-laki brengsek, ya Allah apa salah dan dosaku punya anak sepertimu. Pantas saja Lyn sangat membenciku," ucap Melati dengan tersedu-sedu sambil menangis.
Hati Abara sakit melihat istrinya menangis seperti ini.
"Kamu puas sekarang Jay, sudah menyakiti kami!"
"Maaf."
"Simpan saja kata maafmu itu, kami tidak butuh! ayo Ma kita pulang, lama-lama kita bisa struk kalau berlama-lama disini."
Tuan Abara membantu istrinya berdiri dan langsung keluar dari rumah Jay.
"Ma ... Pa ... kalian mau kemana?"
"Kita pergi dari sini Pa, Mama gak mau lihat wajah laki-laki yang menyakiti wanita."
"Iya Ma."
"Ma ... Jay mohon Ma, jangan pergi Jay minta maaf."
"Jangan sentuh saya, jijik!" ucap Nyonya Melati dengan lantang.
Jay langsung terdiam dan tidak berani lagi mengejar Mamanya itu tapi hatinya selalu ingin minta maaf.
'Maafin Jay Ma, maafin Jay ...'
***
Clara langsung ke rumah Jassvina karena tau kalau sahabatnya itu sudah pulang.
"Hey bangun," ucap Clara mencet-mencet hidung Jass.
"Emhh gila kamu Ra, bisa gak nafas aku ihh."
"Hahaha maaf yahh."
"Untung sahabat coba kalau bukan, udah aku tendang kamu Ra."
"Ish ish galaknya."
"Auh ahhh aku ngantuk tau."
"Hihihi iya aku minta maaf nih buat kamu."
"Wahh es krim."
"Ettsss."
"Ishh apalagi sihhh."
"Dimaafin gak nih akunya," ucap Clara.
"Iya-iya aku maafin," sahut Jass.
"Nahh gitu dong, nih buat kamu."
"Makasih."
Jass sangat lahap memakan es krim yang diberikan Clara tadi.
"Pelan-pelan makannya ihh belepotan kayak anak kecil," ujar Clara.
"Diam ahh lagi nikmatin juga," jawab Jass.
"Huuu dasar bocil!"
"Aku bukan bocil, Ra."
"Kamu tuh bocil, soalnya lebih pendek dari aku iya kan bocil."
"Clara!"
"Hahaha bocil, bocil."
"Ikhh nyebelin."
"Hihihihi."
"Wah-wah rame sekali ada apa nih?" tanya Lyn yang baru masuk ke kamar Jass.
"Ini Bun, Clara ngejek Jass."
"Kan bener Tan, Jass kahak bocil badan pendek muka baby face, mata galak, hahahah."
"Ishh Clara, tuh Bunda dia ngatain Jass lagi."
"Kamu ini Ra, suka banget ngatain Jass."
"Hihihi maaf Tan, soalnya lucu hihihi."
"Ishhh dasar Clara tiang listrik."
"Ehh ngatain aku tiang listrik, dasar bocil."
"Apa kamu tiang listrik."
"Jangan galak-galak bocil nanti kakak belikan permen yahh."
"Claraaaa!"
"Hahahaha."
"Sudah ih Ra, nanti Jass nangis loh sudah dia dibujuknya kalau udah nangis."
"Iya Tante."
Tapi Clara masih tertawa karena merasa punya adik yang bisa dijadikan mainan.
***
Malamnya, Panji menyuruh anak buahnya menyerang markas The Pain di bagian Jakarta Utara.
"Ambil semua senjata mereka dan bunuh semuanya!" titah Panji.
Semuanya langsung melakukan apa yang disuruh Panji.
"Kali ini kita lumpuhkan markas The Pain yang ada disini," ucap Panji.
Anak buah Jayden kalah taktik karena tidak ada yang memimpin mereka.
"Aaaaa!"
"Bakar tempat ini!"
Anak buah Panji mengambil korek dan yang lainnya menyiram bensin.
"Selamat tinggal The pain," ucap mereka lalu melemparkan korek api itu. Seketika api itu menyambar dengan lahapnya.
"Kita pergi dari sini," ucap Panji.
Teriakan demi teriakan menggema dari luar bahkan ada suara minta tolong.
Panji dan anak buahnya tersenyum miring karena berhasil mengalahkan markas cadangan Jay yang lainnya.
'Mungkin markas ini masih kecil bagimu Jay, tapi pelan-pelan aku akan mengalahkan semua anggotamu!' ujar Panji dalam hatinya.
[][][]
NEXT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Liswati Angelina
jahat kamu jay ..... tuh sekarang makan tuh karma
2023-10-06
0