Tuan Abara dan Nyonya Melati mengantar Jass ke sekolah sesuai keinginan Melati.
"Jass berangkat dulu Bunda emmmuahhh ... sayang Bunda."
"Belajar yang rajin ya sayang emmuahhh saya Jass juga."
"Dachhh Bunda."
"Ekhem," dehem Tuan Abara.
"Kakek kenapa?" tanya Jass.
"Tidak mau cium Kakek sama Nenek apa?" tanya Melati.
"Kalian berdua mau di cium juga?" tanya Jass.
"Iya dong sayang masa enggak sihh," sahut Melati.
"Itu Nenek kamu dari tadi nungguin lohh," sambung Tuan Abara.
"Baiklah Nek, emmuahhh Jass berangkat dulu dan untuk Kakek emmuahhh sayang kalian berdua bye bye."
"Bye sayang," ucap Nyonya Melati.
"Hahhh senang banget ya Ma," sahut Tuan Abara.
"Iya Pa."
Lyn melihat jam tangannya sudah pukul 7.
"Ehm Tuan Abara, saya pergi dulu."
"Mau kemana?" tanya Nyonya Melati.
"Kerja," sahut Lyn dengan datar.
"Biar kami yang antar," ucap Tuan Abara.
"Tidak usah kalian pulang saja, sudah pesan taksi."
Saat Lyn ingin membuka pintunya langsung dikunci oleh Tuan Abara.
"Kenapa dikunci?" tanya Lyn.
"Yang benar saja Lyn kamu naik taksi setelah keluar dari sini, biar Papa dan Mama yang mengantar."
Lyn hanya diam rasanya pusing harus menghadapi mantan mertuanya itu.
Nyonya Melati dan Tuan Abara saling lempar senyum.
Lyn sudah sampai di depan kantor, Tuan Frans melihat mobil mewah milik keluarga Axander.
"Bukannya itu mobil keluarga Axander yahh," gumam Frans dengan pelan.
"Sudah sampai Lyn, semangat kerjanya yahh. Ouh ya Lyn biar kami berdua yang jemput Jass, boleh tidak?" tanya Tuan Abara meminta izin.
"Ya," sahut Lyn dengan singkat kemudian keluar.
Frans saja terkejut dengan keluarnya Lyn di mobil mewah itu.
"Lohh, itu kan Lyn."
"Tuan Frans, jaga anak kami yahhhh."
"Ehh Tuan Abara emmm jadi Lyn ini-"
Belum selesai Tuan Frans bicara, mereka berdua sudah tancap gas.
"Semangat kerjanya sayang," ucap Melati pada Lyn.
'Apalagi yang mereka rencanakan,' batin Lyn.
Tuan Frans tidak bisa berkata apa-apa lagi bahkan dia merasa sungkan dengan Lyn.
"Mari Pak, saya masuk dulu."
"Ehhh iya Lyn emm tunggu Lyn."
"Ada apa ya Pak?"
"Itu tadi Tuan Abara dan Nyonya Axander bukan?"
"Emang kenapa?"
"Itu orang tua kamu tadi."
"Saya rasa Pak Frans tidak perlu tau itu ranah privasi saya, permisi!"
Frans hanya diam dan merutuki kebodohannya.
"Siapa sih yang tidak marah jika ditanya seperti itu, sudah jelas tadi Tuan Abara mengatakan anak kami," gumam Frans.
***
Kenzo dan Clara satu kelas tapi mereka tidak pernah saling sapa.
Tapi pagi ini Kenzo menyapa Clara padahal sudah tahu jika Clara bukan tipe Kenzo.
"Pagi Ra."
"Hemmm."
"Sendirian aja?"
"Menurut kamu?"
"Hihihi jangan galak seperti itu nanti tambah cantik loh."
"Hahaha sejak kapan kamu pandai menggombal Kenzo, enyahlah dari hadapanku!"
Kenzo mengepalkan tangannya karena di usir oleh Clara.
"Dasar cewek gak tau malu sekolah hanya mengandalkan beasiswa sama seperti bocil yang biasa sama kamu itu, 'kan!" ejek Kenzo.
"Mulut kamu lemes banget Ken, kaya bencong aja."
Kenzo langsung mencengkeram kerah baju Clara karena kesal.
"Ken," tegur murid lain.
"Diam, cewek ini udah berani banget menghinaku!"
Brakk!
"Akhhh," ringis Kenzo tergeser ke samping karena di tendang oleh Jass.
"Sudah aku bilang jangan cari masalah disini, aku sama Clara itu tanda manusia cerdas tidak seperti kamu lebih jauh dari keledai."
"Hahahahahah ..." tawa murid lain karena ucapan Jass.
"Keledai guys," bisik mereka.
Kenzo berdiri dan merasa marah saat bertemu Jass yang merupakan anak Daddy-nya dari wanita lain padahal sudah diberitahu Tuan Abara cerita yang sebenarnya tapi Kenzo tidak percaya.
"Brengsek!" maki Kenzo ingin menampar Jass tapi langsung di tepis oleh Clara.
"Jangan jadi bencong dong, kamu itu ketua osis."
"Dia gak pantes jadi ketua osis Ra," ucap Jass.
Penggemar Kenzo langsung menubruk Jass karena sudah berani menyakiti Kenzo.
"Aduhhhh," ringis Jass saat pantatnya menyentuh lantai.
"Karin, kamu!" tunjuk Clara.
"Apa, heh Ra sadar diri dong kamu sama bocil ini siapa!" bentak Karin.
Salah satu teman Karin berbisik. "Rin, itu bocil cucunya Tuan Abara lohh kamu tidak takut apa."
"Cucu haram, dia itu lahir dari perempuan pelakor!"
"Apa!"
Kenzo menyunggingkan senyum tipisnya karena berhasil membuat Jass malu.
Jass mengepalkan tangannya karena tidak terima Bundanya di katakan pelakor.
"Bundaku bukan pelakor!"
"Hahah bocil, ngaku aja kamu itu anak pelakor."
"Sialan kalian!" teriak Jass lalu menarik rambut Karin.
"Aaaaa sakit bocil, lepaskan rambutku brengsek."
"Rambut kamu ini kalau dijual lebih murah daripada rambut kuntilanak!"
"Enak saja lepaskan bocil sialan!"
"Ini hukumannya kamu udah ngatain Bundaku pelakor."
"Emang Bunda kamu pelakor makanya Kenzo benci banget sama kamu."
"Aku gak peduli siapa itu Kenzo tapi jangan ngatain Bundaku, awas kamu Karin!"
Clara takut sekali melihat Jass mengamuk dan berusaha menenangkannya, biar bagaimanapun Clara sudah janji sama Lyn untuk menjaga Jass di sekolah.
"Jass sudah cukup ihh nanti muka bocil kamu bonyok, udah yuk."
"Gak bisa aku mau narik itu rambut nenek moyang."
"Hah, nenek moyang."
"Aaaaaa lepasin bego!" teriak Karin meronta-ronta saat rambutnya ditarik Jass yang bar-bar.
Clara langsung menggendong Jass dan membawanya keluar kelas.
"Lepasin!" teriak Jass.
"Aduh nih bocil tenaganya kuat banget makan apa sihh," gerutu Clara.
"Ikh lepasin Clara!"
"Ishhh diam bocil kamu bisa masuk ke ruang BK kalau begini," tegur Clara.
"Siapa suruh dia ngatain Bundaku pelakor," ucap Jass dengan tatapan nyalang bukannya takut justru membuat Jass tertawa.
"Hahaha bocil-bocil, sudah yahhh kamu kalau begitu bukannya orang takut malah tambah gemes apalagi pipi tembem kamu ini."
"Ikhh jangan cubit-cibit."
"Hihihi iya-iya nanti aku buat Kenzo dihukum karena sudah cari masalah, ok."
"Bener yah?"
"Iya, gak percayaan banget sihh."
"Emang, kamu kan suka gitu biasanya."
"Ishh cil-cil udah ahh jangan marah-marah mulu nanti pingsan lagi udah tau punya imun lemah."
"Apaan sih gak nyambung," ketus Jass.
Clara tersenyum dan merangkul Jass untuk mengajaknya ke kantin.
"Sudah jangan marah-marah kita ke kantin yuk, lagian kamu ngapain masuk ke kelas 12 hemmm."
"Mau ketemu situ aja."
"Kangen yah."
"Enggak."
"Ahh masa sihh."
"Ishh nyebelin banget sihh."
"Sudah jangan marah ayo kantin."
"Hemmm."
***
Nisa melihat sampah sudah begitu banyak langsung ingin membuangnya.
"Gak usah Nis kamu kan gak bisa naik motor."
"Jalan kaki aja Bu."
"Gak ahhh ada-ada aja kamu ini jalan kaki, jauh tempatnya."
"Yahhh."
"Kamu ke toko sebelah aja gihh beli pulsa listrik."
"Mana uangnya Bu."
"Nihh, sekalian kamu beli apa yang kurang di kamar."
"Ahh makasih Bu."
"Hemmm."
Nisa langsung pergi ke toko sebelah yang dekat dengan rumah Yasmin.
[][][]
NEXT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments