RENCANA PAK SARWO UNTUK MENCARI ARIL

Keluarga pak Sarwo benar-benar diawasi oleh kelompok jin yang berkuasa. Karena ketatnya pengawasan, sehingga pak Sarwo tidak dapat mencari celah, untuk menemui ibu kandung Dara.

Untunglah pak Sarwo memiliki seorang teman yang mau mencari keberadaan ibu Dara. Dari dialah pak Sarwo mengetahui bahwa istrinya itu telah gila di alam manusia, dan dalam keadaan terpasung.

Dari temannya itu pula pak Sarwo mengetahui, bahwa ada seorang wanita yang suka mengantarkan makanan pada istrinya tersebut. Ibu itu memiliki anak yang bernama Aril.

Sayangnya, hanya itu yang bisa dilakukan teman pak Sarwo. Untuk membawa ibu Dara kembali ke alam jin, dia tidak memiliki kemampuan, apalagi ada penolakkan dari kelompok yang lain.

Begitu pula untuk membawa Dara keluar dari kampung Lubuk Agung, jelas tidak mungkin. Sebab, sudah ada larangan untuk itu. Tidak hanya sekedar larangan, tapi Dara pun selalu diawasi.

Karena rasa kasihan pada anaknya, pak Sarwo mencari jalan, bagaimana agar Aril bisa dipertemukan dengan Dara.

Menurut pandangan batin pak Sarwo, hanya Aril yang mampu membawa Dara ke alam manusia. Sebab, antara Aril dan istrinya, Romlah, telah ada ikatan kasih sayang.

Kasih sayang itu terjadi karena seringnya Aril menemui istri pak Sarwo, di tempat pemasungan.

Keinginan pak Sarwo untuk mempertemukan Dara dengan ibunya, pun semakin menggebu.

Pak Sarwo kembali meminta bantuan temannya, untuk menggoda hati Aril, agar tertarik menjadi seorang pemburu. Aril tergoda dan akhirnya dia ikut dengan kelompok Tarjo.

Di saat lokasi berburu kelompok Tarjo berdekatan dengan kampung Lubuk Agung. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pak Sarwo untuk membawa Aril.

Pak Sarwo berubah menjadi seekor babi untuk menarik perhatian Aril. Aril pun terkecoh dan mengejar babi tersebut.

Atas bantuan teman pak Sarwo sesama jin, akhirnya Aril jatuh ke dalam curug, lalu tubuh Aril dibawa pak Sarwo ke rumahnya.

Akibat jatuh, Aril mengalami sakit yang cukup parah. Pak Sarwo merawatnya dengan baik. Harapannya, setelah Aril sembuh, semoga pemuda tanggung itu bisa keluar dari kampung Lubuk Agung, sekalian bersama Dara.

Dengan ikut bersama Aril, kesempatan Dara untuk selamat jauh lebih besar, dibandingkan jika Dara diantar oleh makhluk sebangsa jin.

Energi positif yang diberikan Tuhan pada manusia, jauh lebih hebat dibandingkan ilmu kanuragan jenis apapun dari golongan jin. Apalagi, di hati Aril telah ada ikatan kasih sayang terhadap Romlah, perempuan yang melahirkan Dara.

Hanya lewat Aril-lah, satu-satunya cara, agar Dara bisa bertemu dengan ibunya. Tapi harapan itu kini pupus dengan kaburnya pemuda itu.

"Ayo kita masuk!" ajak pak Sarwo, setelah beberapa saat mereka larut dalam kesedihan di depan pintu.

Setelah mengunci pintu, pak Sarwo menuntun Dara, kemudian mereka duduk di atas sebuah tikar yang berada di ruang depan. Tangis Dara telah mereda, tapi masih ada suara isak yang keluar dari mulutnya.

"Sudahlah, tidak usah bersedih. Bapak akan mencarinya. Percayalah, Bapak akan menemukannya," hibur pak Sarwo, berusaha menenangkan Dara.

Dara mengangkat kepalanya, menatap pak Sarwo. Ada kecemasan yang tergambar di wajah gadis itu.

"Bagaimana Bapak akan mencarinya, sementara hari telah mulai malam. Bukankah Bapak tidak dibolehkan keluar di malam hari oleh penguasa kampung? Bisa celaka, bila Bapak nekat keluar. Apalagi Bapak sudah tidak memiliki ilmu halimun," ucap Dara lirih.

Pertanyaan serta apa yang dikatakan Dara membuat pak Sarwo termenung sesaat. Tapi cuma sesaat, karena pikirannya langsung teringat akan kemampuan sahabatnya yang bernama si Jangguik Merah.

Ilmu halimun si Jangguik Merah setingkat dengan ilmu halimun yang dimiliki oleh pak Sarwo. Tapi hal itu terjadi, sebelum ilmu pak Sarwo dicabut oleh penguasa kampung Lubuk Agung.

Kalau sekarang? Pak Sarwo tidak memiliki lagi ilmu tersebut.

Ya, salah satu hukuman dari penguasa kampung, yang mesti ditaati oleh pak Sarwo, ilmu halimun yang dia miliki harus dicabut, dan dia tidak boleh lagi keluar rumah, di kala malam telah menjelang.

Bila ada yang melihat pak Sarwo keluar di saat malam hari, maka pak Sarwo akan dijatuhi hukuman gantung sampai kiamat menjelang.

Bukan hukuman mati. Sebab sudah menjadi kodradnya, bahwa bangsa jin akan ditangguhkan kematiannya, sampai hari kiamat kelak.

Hukuman itu diberikan, agar pak Sarwo tidak nekat pergi ke alam manusia di malam hari. Sebab, kemampuan ilmu kanuragan pak Sarwo bila malam telah menjelang, sangat luar biasa.

Dengan ilmunya yang luar biasa itu, tentu mudah sekali bagi pak Sarwo untuk mengecoh para penjaga kampung.

Oleh sebab itu, para penguasa kampung melarang pak Sarwo keluar rumah di malam hari, kecuali jika pak Sarwo bersedia mencabut dan memusnahkan semua ilmu yang dia miliki.

Tentu saja pak Sarwo menolak. Baginya, lebih baik kehilangan satu ilmu halimun, dan menjalani hukuman yang telah dijatuhkan, dari pada semua ilmunya harus dimusnahkan.

Sebenarnya maksud penguasa kampung Lubuk Agung mencabut ilmu halimun yang dimiliki pak Sarwo, agar keberadaannya selalu terdeteksi oleh jin pengawas. Sebab, ilmu halimun yang dimiliki pak Sarwo bisa membuatnya tidak terlihat oleh siapapun.

Menghadapi persoalan yang sedang menimpanya, dan karena tidak ada lagi ilmu halimun, yang sangat dia butuhkan untuk menyelusup.

Akhirnya pak Sarwo menganggap, bahwa Si Jangguik Merah-lah yang paling tepat untuk membantunya saat ini.

Bila bersama si Jangguik Merah, maka tak satu ekor jin pun yang mampu melihat atau mendeteksi keberadaan mereka. Sehingga pak Sarwo tidak akan terlihat dan tertangkap. Dan, dia akan terhindar dari hukuman.

Sebenarnya sejak Dara lahir, rumah pak Sarwo selalu diawasi oleh beberapa jin, yang ditugaskan oleh penguasa kampung.

Hal itu mereka lakukan, agar pak Sarwo dan Dara tidak kabur dari kampung Lubuk Agung dan menetap di alam manusia. Sebab, pak Sarwo sempat berniat, untuk mengikuti istrinya, tinggal di alam manusia.

Jelas apa yang diniatkan pak Sarwo itu menyalahi kodrad mereka sebagai bangsa jin. Oleh karena itu, keluarga pak Sarwo harus dicegah dan diawasi.

Maka, dibentuklalah tim pengawas independen yang bukan basa-basi, seperti tim pengawas pemilu.

Di saat matahari mulai tenggelam, maka jin pengawas tersebut akan berjaga di sekitar rumah pak Sarwo.

Jin-jin penjaga rumah pak Sarwo itulah yang sempat menganggu Aril, di saat pemuda itu masih berada di sana.

Tapi, mereka tidak bisa berbuat banyak untuk menakut-nakuti Aril. Sebab, ada kekuatan lain yang menghalangi mereka. Kekuatan ilmu halimun si Jangguik Merah.

Apalagi, Aril adalah manusia. Makhluk yang diciptakan Tuhan paling sempurna. Jelas, energi positif yang dimiliki Aril, mampu meredam segala sesuatu yang buruk dari kejahatan kelompok jin.

Sebelumnya, ilmu halimun si Jangguik Merah, juga telah digunakan untuk melindungi Dara dari keusilan jin pengawas.

Sehingga sampai saat ini, jin-jin pengawas tidak mampu melihat Dara, apabila cahaya matahari telah tenggelam di ufuk Barat.

Seperti itulah kehebatan ilmu yang dimiliki si Jangguik Merah. Luarrrr biasa ...!

"Bapak akan berusaha untuk tidak terlihat oleh penjaga kampung," ucap pak Sarwo menjawab pertanyaan anaknya, setelah dia memutuskan untuk meminta bantuan si Jangguik Merah, dalam misi pencarian Aril.

"Mereka pasti akan melihat Bapak! Bukankah ilmu halimun yang Bapak miliki sudah dicabut mereka?"

Dara mempertegas ucapannya tadi, tentang ilmu halimun yang sudah tidak dimiliki pak Sarwo.

"Benar, tapi Bapak akan minta bantuan teman Bapak, Si Jangguik Merah," jawab pak Sarwo.

Ada kelegaan di hati Dara mendengar jawaban bapaknya. Dara percaya dengan kemampuan si Jangguik Merah, yang biasa dia panggil dengan sebutan paman itu.

Dara sangat mengenal si Jangguik Merah, karena si Jangguik Merah adalah teman yang paling dekat dengan bapaknya.

Beberapa tahun lalu, di saat Dara merasa terganggu oleh ulah jin pengawas, maka si Jangguik Merah-lah yang berinisiatif untuk memagar rumah pak Sarwo.

Dara merasa terganggu, disebabkan oleh perangai buruk jin pengawas yang nyeleneh. Sebab, sejak Dara memasuki usia remaja, para jin tersebut punya hobi baru. Hobi mengintip Dara, di saat gadis itu sedang tidur.

Dasar jin tidak berakhlakul karimah ... ngintip perawan tidur, kok dijadikan hobi ...!

Sejak dipagar dengan ilmu halimun oleh si Jangguik Merah. Para jin yang bertugas memata-matai Dara, tidak mampu lagi melihat gadis itu di kala mentari telah tenggelam.

Mereka hanya bisa melihat Dara di saat siang saja. Akhirnya hobi mereka ngintip Dara, tak tersalurkan lagi.

Kasihan amat itu Jin!

Tapi sayang, ilmu halimun si Jangguik Merah, hanya berlaku untuk area pekarangan rumah pak Sarwo saja.

Di luar pekarangan rumah, para jin pengawas dapat melihat Dara seperti biasa.

"Ambilkan dupa! Bapak mau memanggil Jangguik Merah secepatnya," titah pak Sarwo, setelah menjelaskan niatnya pada Dara.

Dara segera bangkit, kemudian berlalu menuju kamar pak Sarwo.

Sesaat kemudian, gadis itu telah kembali dengan sebuah nampan kecil di tangannya. Nampan tersebut terbuat dari tanah liat, dan berisi beberapa potong arang.

Setelah nampan itu berpindah tangan. Pak Sarwo menyalakan arang yang ada dalam nampan. Tidak butuh waktu lama, arang-arang tersebut telah berubah menjadi bara.

Asap putih mengepul dari bara tersebut, disertai bau kemenyan yang menyengat.

Mulut pak Sarwo komat-kamit, dengan tangan tidak henti menaburkan bubuk kemenyan ke atas bara, yang membuat asap semakin tebal.

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!