MIMPI BERTEMU IBU MEMBUAT INGATAN ARIL KEMBALI PULIH

Aril jatuh dan terbangun dari tidurnya. Ternyata dia cuma mimpi. Aril bangkit dari lantai, dengan wajah meringis menahan sakit. Dari mulutnya terdengar suara keluhan.

Aril merasakan sakit di bagian punggungnya, bagian yang terhempas ketika dia jatuh dari ranjang tadi.

"Ternyata cuma mimpi," gumam Aril, sambil mengucek mata.

Ada rasa syukur di hatinya, karena semua itu hanya mimpi, andai kata hal itu terjadi di alam nyata. Sungguh sesuatu yang sangat menakutkan.

Aril segera bangkit, kemudian kembali ke atas ranjang, lalu duduk bersilonjor di sana. Termenung dengan pikiran mengembara, mengingat apa yang baru saja dia alami.

"Ibuuuu!" rintihnya pelan, dengan hati yang perih.

Seketika kesedihan bergelayut di hati Aril, karena ingat ibu yang telah lama tiada. Walau tadi cuma sekedar mimpi, tapi mampu mengobati rindu yang ada di hati Aril. Rindu yang selama ini dia pendam.

Mimpi ...?

Rasanya tidak mimpi! Ini begitu nyata, dan peristiwa ini pernah terjadi, di saat Aril masih kecil dulu. Dahi Aril berkerut mencoba mengingatnya. Mengingat masa lalu. Masa, waktu dia masih kecil.

Benar, hal ini pernah terjadi, tapi waktu itu tidak ada makhluk aneh yang muncul tiba-tiba. Ibu juga tidak menghilang begitu saja. Malah beliau membimbing Aril membaca surat An-Nas, sampai azan Isya berkumandang.

Tapi, kenapa hal itu sekarang dia alami lagi? Apakah sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu bisa terulang kembali, walau hanya lewat mimpi? Atau, inikah yang namanya dejavu?

Aril berusaha mengingat kejadian masa lalu yang pernah dia alami. Kali ini otaknya bisa diajak kerja sama. Sedikit demi sedikit ingatan itu muncul, sampai pada peristiwa dia jatuh dari tebing.

Bahkan dia ingat sosok makhluk cebol yang membuat dia kaget. Makhluk kerdil yang bergelantungan di pohon beringin, yang tumbuh di dinding tebing, waktu itu.

Bentuknya yang aneh dan menyeramkan, membuat Aril kaget dan pengangannya pun lepas. Aril yakin, makhluk itu sebangsa jin, seperti Pak Sarwo.

Kini Aril merasa, bahwa ingatannya telah kembali pulih seperti sedia kala. Mudah-mudahan itu benar, sehingga dia bisa berpikir dengan baik, untuk bisa kembali ke tempat asalnya.

'Ya, saya jatuh dari tebing, dan Pak Sarwo telah menyelamatkan saya, kemudian saya dibawa ke sini. Namun, Pak Sarwo bukanlah dari golongan manusia. Tapi dari golongan jin. Jin yang membuat saya jatuh, dan jin pula yang menyelamatkan saya ... aneh!' batin Aril.

Dia mulai merangkai semua kejadian dan keanehan yang dia alami. Otaknya dipaksa bekerja keras, untuk mengingat semua itu. Mengingat dari mana dia berasal dan di mana dia berada sekarang.

Lubuk Agung, itu yang dikatakan Dara.

Aril pernah mendengar cerita tentang Kampung Lubuk Agung. Kampung yang diceritakan orang dari mulut ke mulut.

Konon kabarnya, Lubuk Agung adalah perkampungan jin, tempat yang tidak bisa dicari keberadaannya, tapi justru pernah ditemukan manusia.

Antara percaya dan tidak percaya, tapi kenyataannya begitu. Masih banyak yang mengakui akan keberadaan kampung jin yang bernama Lubuk Agung. Tapi ada pula yang membantahnya.

Tidak sekali dua kali Aril mendengar cerita seperti itu, dan mungkin saja, apa yang diceritakan orang-orang tersebut adalah sebuah kebenaran, bukan sekedar mitos belaka.

Juga tidak sekali dua kali, ada yang mengaku bahwa mereka menemukan perkampungan jin tersebut. Malah ada sebagian orang yang senang, bila bertemu dengan kampung Lubuk Agung.

Katanya, bila kita masuk ke kampung Lubuk Agung, maka kita akan menemukan kebun di sana. Berbagai macam buah-buahan terdapat di sana. Tapi yang sering ditemukan adalah kebun jeruk.

Kita boleh memakan jeruk itu sepuasnya, asal jangan dibawa pulang. Sebab percuma. Sebelum sampai di rumah, jeruk-jeruk itu sudah pada hilang semuanya.

Entah bagaimana cara hilangnya, itu masih misteri sampai sekarang. Akhirnya beredar mitos, bahwa buah-buahan yang ditemukan di kampung Lubuk Agung, hanya untuk sekadar dimakan saja. Sebagai pelepas lapar dan dahaga, bagi mereka yang menemukan.

Entah itu benar atau tidak, Aril tidak mengetahuinya dengan pasti. Sebab, dia belum pernah mengalami sendiri.

Pernah ada seorang pemburu bercerita, ketika dia kesasar dan menemukan lokasi kampung Lubuk Agung tersebut, kemudian dia bertemu dengan kebun jeruk.

Setelah puas memakannya, si pemburu juga berniat untuk membawa jeruk itu pulang.

Karena tidak ada kantong, akhirnya si pemburu memasukkan bagian bawah bajunya ke dalam celana, dan mengikat pinggangnya erat-erat dengan sabuk.

Beberapa butir jeruk dia masukkan ke dalam baju, sampai bagian perutnya terlihat seperti orang bunting.

Dia berhasil keluar dari kampung Lubuk Agung, tapi jeruk yang ada di dalam bajunya lenyap semua, tanpa tersisa satu pun.

Rasanya jeruk itu tidak mungkin jatuh. Lalu, kenapa bisa hilang begitu saja? Itulah yang menjadi misteri sampai sekarang.

Mungkin misteri ini perlu dipecahkan oleh pesulap merah.

Konon ada yang mengatakan, bahwa kebun itu hanya bisa ditemukan oleh orang yang sedang lapar atau haus di tengah hutan.

Jadi tujuannya hanya untuk menolong atau menyelamatkan orang dari rasa haus dan lapar, bila mereka kesasar di dalam hutan.

Sebaik itukah para Jin? Jika benar! Hebattt euyyy ...!

Aril tidak tahu apakah cerita itu benar atau tidak. Sebab, dia belum pernah menemukan kebun tersebut. Meskipun Aril termasuk orang yang sering keluar masuk hutan, tapi belum pernah tersesat, kecuali saat ini.

Kata Dara, kampung ini namanya Lubuk Agung, sesuai dengan cerita orang-orang yang pernah kesasar dulu. Tapi, kalau memang ini Lubuk Agung, kenapa Aril tidak menemukan kebun jeruk?

Malah yang dilihatnya di luar jendela waktu itu, isinya kebanyakan pohon singkong.

Satu pun, tidak kelihatan pohon jeruk di mata Aril. Namun, tidak apa-apalah, meskipun tidak ada pohon jeruk, tapi ada pohoh Dara, eh maksudnya si cantik Dara.

Jika boleh memilih, di saat tersesat di hutan, sepertinya Aril tetap akan memilih bertemu dengan Dara, dari pada bertemu dengan pohon jeruk.

Bukan apa-apa, ketemu dengan Dara, Aril bisa makan dengan ikan bakar. Tapi bila bertemu dengan kebun jeruk, tentu hanya bisa makan jeruk doang, itu pun jika lagi berbuah.

Kebanyakan makan jeruk juga tidak bagus, ntar bikin mencret. E'ek yang keluar semuanya berbentuk air jeruk.

Artinya, Aril jauh lebih beruntung, bila dibandingkan dengan orang-orang tersebut. Apalagi jika dibandingkan dengan orang yang pernah hilang, tapi tidak menemukan kebun jeruk. Malah pulang-pulangnya mereka jadi linglung. Ini sangat mengerikan.

Pernah ada orang yang hilang di hutan belantara. Setelah sekian lama dia menghilang, tiba-tiba dia kembali dengan sendirinya. Tapi keadaannya telah berubah. Dia menjadi linglung dan bingung, seolah-olah tidak ingat apa-apa lagi.

Dia mengaku, bahwa selama hilang, dia berada di sebuah kampung yang bernama Lubuk Agung. Tapi dia tidak menemukan kebun jeruk di kampung itu.

Sayangnya, hanya itu yang dapat dia sampaikan. Sementara peristiwa lain yang dialaminya, dia sudah tidak ingat. Bahkan berapa lama dia hilang, dia juga tidak ingat. Seakan mereka lupa dengan siklus waktu.

"Wualahhh ...!" Aril tepuk jidat.

Dia jadi khawatir, jangan-jangan nasibnya seperti yang kedua ini.

Tersesat di Lubuk Agung dan tidak menemukan kebun jeruk, tapi malah menemukan Dara.

Jangan-jangan Dara yang bikin dia linglung nantinya. Bukankah sekarang sudah terlihat ada tanda-tandanya?

Aril lupa dengan banyak hal tentang masa lalunya? Belum lagi, fikirannya suka disusupi oleh bayangan makhluk yang bernama Dara.

Di hati Aril memang telah muncul sebuah harapan, semoga Dara bukan dari golongan jin. Sebab, saat ini Dara telah merasuki otaknya, yang menimbulkan rasa aneh dalam jiwa. Rasa yang tidak pernah dia rasa.

Rasa suka yang aneh ... rasa suka yang suka mengganggu, dan ... suka bikin kesal, bila rasa suka itu datang.

Lucunya, rasa suka itu datang, sesuka-sukanya dia, tanpa bertanya dulu kepada Aril, apakah Aril suka atau tidak suka. Adehhh, tulisan yang begini, suka bikin bingung yang membacanya.

Rasa suka yang dirasakan Aril disertai dengan debaran di dada, entah rasa macam apa itu. Aril tidak tahu, apakah seperti ini ciri-ciri orang yang akan linglung?

Mengingat hal itu, Aril bergidik ngeri. Dia belum siap untuk menjadi linglung. Masih muda soalnya. Belum juga tujuh belas.

Atau inikah yang dinamakan cinta?

"Hyyyiiii ...!" Aril bergidik lagi, apa itu cinta? Aril tidak mau linglung karena cinta.

Tapi di kampung Aril, memang ada orang yang menjadi gila, setelah dia kembali dari Lubuk Agung? Apakah gara-gara ketemu Dara, atau bapaknya Dara, yang bernama Sarwo?

Di kampung Aril, pernah ada orang yang hilang begitu lama di hutan. Namanya bu Romlah. Menurut cerita. Bu Romlah hilang di pinggir hutan, ketika mencari ramuan obat buat orang tuanya.

Waktu itu, bu Romlah pergi berdua dengan sepupunya. Karena bu Romlah kebelet pipis. Dia pergi ke pinggir kali. Pergi sendirian tanpa ditemani sepupunya.

Karena sudah terlalu lama bu Romlah belum juga kembali, akhirnya sepupunya pun mencari. Cukup lama dia mencari, tapi bu Romlah tetap tidak ditemukan.

Akhirnya, sepupu bu Romlah tersebut memberi tahu warga. Warga pun berdatangan mencari bu Romlah, bahkan polisi dan tim SAR pun dikerahkan.

Berhari-hari mereka mencari, tapi hasilnya nihil. Akhirnya beliau dianggap telah tewas dalam hutan. Inalillahi ....

Sekitar lima tahun setelah peristiwa tersebut, bu Romlah ditemukan oleh sekelompok pemburu di tengah hutan, dan Inalillahi-nya pun dibatalkan, alias dicabut .... Aneh ...!

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Anik Setyowati

Anik Setyowati

Innalilahinya diganti tarraaa jeng jeng jeng😂

2023-11-09

0

Anik Setyowati

Anik Setyowati

ini yg Ling lung bukan Aril tapi yg nulis novel ini LG kesambet jin

2023-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!