Berapa ekor b*bi berhasil ditumbangkan kelompok Tarjo. Senyum kepuasan terlihat di wajah mereka.
Ketegangan antara pemburu dan hewan buruan yang terjadi berapa waktu lalu, kini telah berganti dengan celoteh dan gelak tawa.
Apa lagi disaat sore telah menjelang, binatang hutan semakin ramai bersenandung ditingkahi salak dan geraman anj*ng yang sedang menikmati hasil buruan.
Perpaduan suara mereka seakan menjelma menjadi melodi irama yang indah, hal tersebut tentu menjadi bonus tersendiri bagi pemburu yang membuat kegembiraan mereka semakin sempurna.
Dalam kegembiraannya, mata Tarjo bergerilya, bergerak memperhatikan anak buahnya satu persatu.
"Aril mana?" tanyanya kemudian, setelah menyadari ketiadaan Aril bersama mereka.
Seperti dikomando, para lelaki dewasa yang ada di sana mengarahkan pandangan pada Tarjo. Pertanyaan Tarjo membuat mulut mereka terdiam.
Tempat itu sejenak terbebas dari suara manusia, hanya nyanyian binatang hutan dan suara riuh anjing yang terdengar
Setelah saling pandang barulah mulut mereka kembali terbuka, itupun berupa gumamman dan bisikkan.
"Tadi dia bersama Ketua!" Karman membuka suara mengingatkan Tarjo.
"Iya, tadi kami bergerak hampir bersamaan mengejar buruan, saya kira dia telah bergabung dalam kelompok," jawab Tarjo.
Bisikkan kembali terdengar diantara mereka.
"Arilll ... Arilll ... Arilll!?"
Beberapa orang mulai berinisiatif memanggil Aril. Bahkan ada yang mendekatkan kedua telapak tangannya yang telah dibentuk seperti corong ke arah mulut.
Mungkin maksudnya sebagai pengeras suara.
Tapi panggilan mereka hanya menghasilkan pantulan gema yang membuat suara nyanyian binatang hutan berhenti sesaat.
"Mungkin ada buruan yang memisahkan diri dari kelompok dan Aril mengejarnya." Seseorang mencoba memberikan pendapat.
"Tapi anjingnya masih ada di sini," bantah yang lain.
Hampir berbarengan mata mereka mengarah pada kelompok anjing pemburu.
Benar, anjing peliharaan Aril ada di sana, lalu ke mana tuannya? Pertanyaan itu mendatangkan cemas di hati mereka karena sebentar lagi sore akan berganti senja.
"Ayo kita cari dia!" ajak Tarjo yang langsung disetujui rekan-rekannya.
Lalu, mereka membagi kelompok menjadi tiga bagian. Kelompok pertama tetap di tempat menjaga kerumunan anjing peliharaan yang masih asik menikmati santapan.
Mereka berpencar, sebagian ke arah Barat dan yang lainnya ke Utara.
"Arilll ... Arilll ... Arillll!"
Suara teriakkan mereka kembali memecah hutan, mengganggu nyanyian hewan yang sedang bersenandung.
Tidak begitu lama kelompok yang ke arah barat telah menemukan titik terang. Tombak Aril yang masih di tebing sebagai petunjuknya.
"Aril di Baratttt!"
"Aril di Baratttt!"
"Hoiiii, Aril di Baratttt!?"
Mereka berteriak memberi tahu kelompok lain. Tim Utara bergegas menyusul tim Barat ketika pemberitahuan itu sampai ke kuping mereka.
Kini sebagian besar dari mereka telah berkumpul di Barat, sementara yang lain masih di tempat semula.
"Aril dipastikan jatuh ke jurang," kata Tarjo, kecemasan terlihat di wajah ketua kelompok itu.
Apa yang dikatakan Tarjo dibenarkan yang lain. Tombak serta bekas ranting yang patah, dan tumbuhan semak yang porak poranda di dinding tebing menjadi bukti kuat.
Tarjo memutuskan semua kembali ke basis, meninggalkan tombak Aril yang masih menyangkut di sisi tebing.
Setelah musyawarah mereka memutuskan bergerak turun, menyusuri sungai yang ada di
kaki bukit.
Jarak yang akan mereka tempuh tentu menjadi lebih jauh, karena mereka harus turun bukit dengan menempuh jalur yang melingkar, namun cuma itu cara satu-satunya.
Menuruni tebing? Jelas tidak mungkin!
Jalan setapak kembali dipenuhi oleh mereka dan beberapa ekor anjing yang telah dikalungi rantai pengikat.
Setiba di kaki bukit mereka langsung menyusuri daerah aliran sungai dengan mata awas menyapu setiap tempat yang mereka lewati.
Tak sejengkal pun lokasi yang lepas dari pengawasan mereka, tapi sejauh ini Aril belum juga ditemukan.
Bahkan ketika mereka telah sampai di sebuah curug persis di bawah tebing tempat Aril jatuh.
Semua tempat telah diperiksa dengan cermat, namun hasilnya tetap nihil.
"Kemungkinan besar, Aril tenggelam...." kata Tarjo berasumi.
"Tak ada tanda-tanda dia jatuh di darat, dan melihat sisi tebing yang langsung berbatas dengan curug, bisa dipastikan Aril jatuh ke dalam curug."
Mata Tarjo mengarah ke permukaan curug yang alirannya tidak begitu deras, tapi cukup mampu menghanyutkan benda yang mengapung di sana.
"Kita telah menyusuri sepanjang aliran sungai, tapi tidak menemukan apa-apa. Berarti dia tidak hanyut..."
"Lalu apa yang akan kita lakukan, Ketua?" Karman memotong dengan pertanyaan.
"Kita harus menemukan Aril, seperti apapun keadaannya. Kita akan mencarinya di dasar curug," putus Tarjo, sekaligus membuktikan kalau dia memang layak menjadi ketua tim.
"Tapi, hari telah senja, Ketua! Sebentar lagi gelap, tentu kita akan membutuhkan penerangan, tidak mungkin mencarinya dalam kegelapan."
Seorang yang berambut keriting memberikan ide, yang dibenarkan oleh beberapa temannya.
Sesaat kemudian mereka berembuk dan mencapai kata sepakat.
Kelompok akan dibagi dua. Sebagian kembali ke desa mengantarkan anjing sekaligus menjemput peralatan dan memberi tahu masyarakat dengan apa yang terjadi. Terutama kepala desa, pihak berwajib, dan yang paling penting tentu orang tua Aril.
Mereka yang menunggu di curug terus melakukan pencarian tanpa kenal lelah.
Cuaca semakin dingin, kelembaban udara pun semakin terasa. Salah satu dari mereka mulai membersihkan diri di pinggir curug, yang lain pun mengikuti.
Tarjo orang terakir yang membersihkan diri, sekaligus sebagai orang yang terakir pula berhenti mengitari lokasi, mencari keberadaan Aril.
Mungkin karena cemas atau tanggung jawab sebagai seorang pemimpin, sehingga membuat usahanya lebih keras dibandingkan yang lain.
Ketika sedang mencuci kaki, ada perasaan tak enak di hati Tarjo, seolah ada sesuatu yang sedang mengawasinya.
Sesuatu itu seakan berada di rumpun bambu yang tumbuh di pinggir curug. Mata Tarjo mengarah ke sana.
Deg!
Dadanya bergetar ketika melihat sosok yang sedang jongkok di antara rumpun bambu. Sosok itu bukan Aril, tapi memang mirip manusia dengan tubuh sangat kerdil.
Tarjo melirik teman-temannya yang sedang duduk secara berkelompok. Sebagian dari mereka sedang asik mengotori paru-paru dengan nikotin lewat sebatang rokok.
Tarjo berusaha untuk tenang, dia tidak ingin yang lain mengetahui keberadaan makluk itu. Karena hal tersebut bisa menimbulkan rasa takut di hati anggotanya.
Mata Tarjo kembali mengarah ke rumpun bambu. Makluk itu masih di sana, malah sekarang matanya melotot ke arah Tarjo. Seakan sedang menguji nyali Tarjo.
Bukan Tarjo namanya kalau takut dengan yang begituan, dia malah membalas tatapan makluk itu. Matanya pun tak kalah melotot, malah mulut Tarjo komat-kamit entah apa yang dia rapal.
Seketika makluk itu menyeringai mempertontonkan giginya yang kecil dan runcing.
Tarjo semakin khusuk dengan rapalan, matanya sampai terpejam. Ketika Tarjo membuka mata dan mengarahkan pandangan ke makluk di rumpun bambu, terlihat makluk itu seperti kaget lalu berkelebat dan hilang entah ke mana.
Tarjo menyapu wajah dengan kedua telapak tangan lalu bangkit dan berjalan menuju teman-temannya.
Waktu Maghrib hampir tiba, namun tanda-tanda kedatangan bantuan dari masyarakat desa belum ada.
"Cari tempat yang agak luas! Sekarang kita salat berjama'ah dulu, sebentar lagi Maghrib masuk," kata Tarjo sekaligus perintah.
Mereka segera membersihkan sebuah lokasi yang akan mereka gunakan untuk melaksanakan salat berjama'ah. Sebagian lagi mencari ranting dan kayu kering untuk dibakar.
Tidak lama bagi mereka mengerjakan itu, semuanya kini telah selesai.
Remang-remang senja berhasil diusir oleh cahaya api unggun yang membara di dua titik. Bersamaan dengan itu waktu Maghrib pun masuk, tanpa dikomando mereka kembali ke pinggir curug untuk berwuduk.
"Kamu tidak sholat?" tanya Tarjo ketika melihat Basri yang memilih kembali duduk dekat api unggun sambil menyulut rokok.
"Lagi tidak, Ketua!" jawabnya sambil melepas senyum.
"Lagi tidak? Memang kamu perempuan?"
Basri hanya menjawab dengan cengiraran, dan Tarjo meninggalkan Basri yang mulai asik dengan rokokoknya.
Usia Basri tidak jauh berbeda dengan Aril, tergolong muda, masih bisa dikategorikan sebagai remaja tanggung.
Belum berapa langkah Tarjo meninggalkannya. Tiba-tiba Basri merasa ada sesuatu yang berdiri di belakang. Entah siapa? Tengkuknya terasa dingin seperti ada tiupan angin yang mampir di sana.
Dengan hati berdebar Basri menoleh ke belakang. Seketika dia melompat kaget demi melihat sekelebat bayangan dengan diikuti aroma bunga kantil yang menguar.
"Hiiiiiii..." Basri bergidik dengan bulu kuduk merinding.
"Ketua! Tunggu saya!" teriaknya sambil berlari mengejar Tarjo.
Tarjo dan beberapa orang menoleh ke arah Basri, senyum terkembang di bibir mereka melihat Basri yang lari terbit.
"Dasar bocah!" gumam Tarjo.
Basri baru agak tenang ketika dia telah berada di samping Tarjo. Mukanya pias.
"Kamu takut?" tanya Tarjo.
Basri menggeleng sambil mencuri pandang ke tempat dia duduk tadi. Tidak ada apa-apa di sana, entah ke mana makluk yang berkelebat tadi.
"Makluk apa itu? Kenapa tiba-tiba ada aroma bunga kantil?" batin Basri bertanya.
Selama berwuduk pikiran Basri dipenuhi oleh apa yang dia lihat tadi, sehingga membuat dia lupa cara berwuduk yang memang telah lama tidak dia lakukan.
Ingin menceritakan pada yang lain, jelas tidak mungkin. Itu hanya akan merusak reputasinya sebagai seorang pemburu.
Ketika sholat, Basri sengaja mencari tempat di tengah dan berada persis di belakang Tarjo yang bertindak sebagai imam. Namun, selama sholat hatinya selalu diliputi rasa was-was.
"Sholat cuma satu syaf, bagaimana kalau makluk itu ikutan berdiri di belakangku?" batin Basri.
Pertanyaan itu selalu mengganggu hati Basri, tak ayal dia sering menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaan makluk tersebut.
Ketika berdiri menoleh ke belakang, ketika rukuk juga menoleh ke belakang.
Bahkan ketika sujud dan duduk antara dua sujud dia masih tetap saja menoleh ke belakang.
Entah sholat macam apa yang dilakukan Basri itu.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
sholat apaan begitu sama sekalin gk khusuk 🤦♀️🤦♀️
2023-10-05
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
Kedahna nu borangan mah tong janten pemburu atuh🤭🤭🤭
2023-10-05
0
Mít ướt
Tak terlupakan
2023-09-27
1