HARAPAN YANG ANEH

Belum begitu lama punggung Aril terhenyak di atas ranjang, Dara telah memasuki kamarnya. Gadis itu memperhatikan wajah Aril, yang terlihat tidur seakan begitu pulas.

Setelah memperhatikan wajah Aril beberapa saat, Dara melangkah menuju meja, dan meletakkan makanan yang dia bawa di sana.

"Mas, bangun!"

Tangan Dara menepuk kaki Aril dengan pelan. Aril pura-pura menggeli4t, kemudian membuka matanya.

"Ayo, bangun! Segera ke kamar mandi, setelah itu makan."

"Jam berapa sekarang?" tanya Aril sambil bangkit.

"Sudah hampir jam sembilan malam," jawab Dara.

"Ooo."

Mulut Aril membulat membentuk huruf 'O' kemudian turun dari ranjang. Setelah Aril turun dari ranjang, Dara meraih selimut dan melipat, untuk merapikannya.

"Di kamar mandi ada pakaian buat Mas! Tadi Bapak membelikannya di pasar," lanjut Dara.

"Ya, terima kasih." Aril membalas ucapan Dara dengan pelan, tapi suaranya mampu menembus indra pendengaran Dara.

"Lama sekali saya tidur, ya?" lanjut Aril kemudian, dengan sebuah pertanyaan.

"Iya, itu efek dari obat. Mas Aril harus banyak istirahat! Salah satu fungsi obat yang diminum, akan membuat tidur lebih lama dan nyenyak. Besok setelah mandi, insya Allah, Mas sudah sembuh seperti semula, dan sudah boleh keluar rumah," terang Dara.

Aril segera menuju kamar mandi, dia sangat paham dengan apa yang dikatakan Dara. Sebab, hampir semua ucapan itu telah dia dengar. Cuma rasa penasaran belum juga hilang dari hatinya.

Rasa penasaran itu membuat dia berniat untuk menyelidiki, siapa Dara sebenarnya. Apakah dia manusia atau termasuk sejenis jin. Kalau Dara itu memang sejenis jin, berarti ada jin perempuan yang sangat cantik. Pikir Aril.

"Tidak usah pakai mandi, ya, Mas! Sudah malam, nanti masuk angin!" seru Dara mengingatkan Aril yang telah berada di ambang pintu.

Suara Dara membuat Aril tersentak dari lamunannya.

"I-iya!" jawab Aril sedikit gagap.

Tanpa menoleh, dia segera berlalu. Wajahnya bersemu merah, karena adanya rasa malu yang membersit di hati pemuda baru gede tersebut. Sebab, seruan Dara bersamaan dengan pikiran Aril yang sedang memuji kecantikan gadis itu.

Sebenarnya Aril memang berniat untuk tidak mandi. Disamping malas, saat ini udara juga terasa sangat dingin.

Apa yang dikatakan Dara tadi memang benar. Di kamar mandi ternyata telah tersedia pakaian buatnya.

Aril memandang cukup lama pakaian tersebut, setelah itu memeriksanya, dengan segala sakwasangka yang bermain dalam pikiran.

Jangan-jangan pakaian ini terbuat dari kulit kayu, daun, atau apa saja yang berbau jin. Namanya juga kampung jin, tentu pasarnya juga pasar jin. Apalagi yang membelikannya bapak Dara. Sudah pasti dia termasuk dalam golongan jin, karena hanya jin yang bisa merubah bentuk, dan meniru rupa manusia.

Kalau Dara?

Entahlah ...!

Mungkin manusia, mungkin juga jin, atau seperti yang dikatakan bapaknya. Dara adalah manusia setengah jin. Tapi Aril berharap, mudah-mudahan Dara termasuk dalam golongan manusia. Rugi rasanya, bila gadis secantik itu dikategorikan dalam spesies jin.

Cukup lama Aril berkutet dengan pikirannya sendiri, sambil memandang pakaian yang ada di tangannya.

Memang Dara itu cantik, penampilannya sangat menarik untuk dipandang. Sangat menyejukkan dan mendatangkan rasa senang. Serta rasa-rasa lainnya nan bisa menimbulkan kasih sayang.

Mungkin karena rasa itu pula yang membuat Aril tidak rela, bila Dara dikategorikan ke dalam golongan jin.

Ya, di hati Aril telah ada rasa kasihan melihat Dara. Kasihan ketika melihat gadis itu bersedih, apalagi sampai mencucurkan air mata. Itu yang dirasakan Aril waktu itu, waktu dia bertanya tentang ibunya Dara.

Sekarang Aril mengkhawatirkan, andai kata Dara itu memang termasuk ke dalam golongan jin.

'Sayang sekali jika Dara itu temasuk ke dalam golongan jin. Kasihan rasanya,' batin Aril.

'Kenapa saya harus kasihan pada Dara? Kenapa pula saya menyayangkannya andai kata dia memang sebangsa jin? Meskipun dia manusia atau bukan, tak ada urusannya dengan saya.' Batin Aril sesaat kemudian.

'Apakah di hati saya telah tumbuh rasa kasih dan sayang untuk Dara? Inikah yang dinamakan cinta itu? Cinta yang berdasarkan kasih sayang?' Batin Aril bertanya semakin jauh.

Plakkk ...!

Aril menepuk jidad. Dia merasa kesal, kenapa pikiran seperti itu masuk ke otaknya.

Bukankah selama ini dia sangat masa bodoh dengan yang namanya wanita? Aril tidak pernah peduli dengan bentuk, raut, atau rupa wanita?

Cantik atau jelek, bagi Aril biasa saja. Tak pernah dia pikirkan. Tak pernah masuk otak! Lewat begitu saja tanpa mendatangkan rasa sedikit pun.

Boro-boro dipikirkan, ingat pun tidak! Namun, terhadap Dara, kenapa ada harapan yang merasuki otaknya? Harapan semoga Dara tidak masuk ke dalam golongan jin.

Harapan yang aneh ....

"Ini bukan tanda-tanda cinta ... bukan! Bukan, Ril ... bukan!" Bibir Aril bergetar pelan mengucapkan kalimat itu dengan lirih. Kalimat untuk memotivasi dirinya, agar tidak jatuh cinta pada Dara, si anak jin.

'Dara itu adalah anak jin. Horor bila jatuh cinta pada jin. Hidupnya aja penuh misteri,' Aril membatin untuk menambah motivasi itu.

Setelah menyelesaikan hajatnya, Aril kembali ke kamar. Terlihat pakaian yang dikenakan begitu pas di tubuhnya.

Senyum lepas dari bibir Dara ketika melihat kedatangan Aril.

"Ayo makan dulu!" ajak Dara

Tangan gadis itu sibuk memindahkan nasi ke sebuah piring yang terbuat dari keramik. Keramik itu berwarna putih dengan hiasan kembang di pinggirnya. Sangat unik dan terkesan antik.

"Bapak sudah makan? Di mana beliau?" tanya Aril beruntun, ketika pantatnya baru saja menyentuh kursi kayu, yang ada di samping meja.

"Beliau sudah makan tadi. Sekarang lagi tidur. Sebenarnya ketika Bapak datang, saya ingin membangunkan Mas Aril. Tapi dilarang oleh Bapak. Kata Bapak, Mas Aril harus banyak istirahat."

Aril tidak menjawab, namun hatinya meragukan apa yang dikatakan Dara.

Ya, begitulah hati. Bila dia telah mengetahui, ada ketidak benaran dari seseorang, bawaannya selalu curiga. Bersu'uzon ria, istilah kerennya.

Mata Aril sedikit menyelidiki nasi yang disodorkan Dara. Sesaat dia memandang nasi yang ada di hadapannya. Aril ingin memastikan apakah itu nasi benaran atau bukan.

Jangan-jangan belatung lagi.

Nah, su'uzon lagi hatinya Aril. Padahal sudah beberapa piring nasi yang disuguhkan Dara masuk ke dalam perutnya, sejak dia berada di tempat ini.

Setelah mendengar percakapan Dara dengan bapaknya tadi, itulah yang membuat Aril jadi waspada. Dia tidak mau memakan sesuatu yang tidak layak untuk manusia.

Kalau alasannya begini, boleh lah bersu'uzon dikit, demi untuk keselamatan jiwa dan raga, dunia dan akhirat. Karena tidak semua kata hati timbul oleh hal-hal yang buruk.

Terkadang hati nurani justru yang membisikkan sebuah kebenaran, tapi ditentang oleh nafsu lewat bujuk rayu setan.

Jika telah begitu, akan timbul keraguan dan rasa was-was. Bila terjadi hal yang demikian, maka akal dan iman-lah yang harus menyaringnya.

Bila perlu, salat dua rakaat minta petunjuk pada Tuhan, jika persoalannya memang terasa berat.

Setelah Aril memastikan, bahwa yang disuguhkan Dara itu memang nasi putih dengan lauk ikan bakar, barulah Aril melahap makanan tersebut.

Enak, meskipun menunya, ikan bakar lagi, tapi Aril menyantapnya dengan lahap. Mungkin karena saat ini perut Aril memang lagi lapar-laparnya.

Setelah makan, tidak banyak yang mereka bicarakan. Aril memutuskan untuk rebahan karena kantuk kembali menyerang. Mungkin hal ini terjadi karena pengaruh ramuan yang dia minum.

Aril tidak berniat mengorek keterangan dari Dara malam ini. Dia khawatir, Pak Sarwo akan mendengar pembicaraan mereka, dan menjadi curiga, bahwa Aril telah mengetahui siapa mereka sebenarnya.

Andai hal itu terjadi, jelas akan membuat posisi Aril jadi sulit. Aril memutuskan, besok saja dia akan mengorek keterangan dari Dara.

"Memang luar biasa rasa kantukku malam ini," ucap Aril, setelah beberapa kali dia menguap.

"Ya, udah. Mas tidur saja dulu! Mudah-mudahan besok bisa bangun lebih pagi dari biasanya," ucap Dara.

Dara keluar, dengan membawa beberapa perabot yang kotor.

"Selamat istirahat, Mas!" ucapnya, ketika meninggalkan Aril.

"Ya, sama-sama! Selamat istirahat juga untukmu!" jawab Aril, sambil membalas senyum Dara yang mengembang.

Dara menutup pintu kamar dari luar. Suara deritan terdengar dari pintu yang bergerak. Mungkin karena engselnya yang telah aus.

Sepeninggal Dara, Aril tidak buru-buru tidur. Malah dia berusaha melawan kantuk yang menyerang. Aril menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, tapi telinganya dipertajam.

Aril berharap, semoga Dara kembali berbicara dengan bapaknya, agar dia dapat menguping. Siapa tahu dari pembicaraan mereka, Aril dapat mengetahui informasi lebih banyak lagi.

Telinga Aril menangkap suara dari kamar mandi. Itu suara Dara, rupanya dia langsung mencuci perabot bekas makan tadi. Sungguh gadis yang rajin.

Tak lama kemudian terdengar langkah Dara mendekati kamar Aril, Aril pura-pura tidur dengan sedikit mendengkur.

Langkah Dara berhenti di depan pintu kamar. Perlahan pintu itu terbuka karena dorongan Dara. Aril mengarahkan mata ke pintu, tapi gelap. Bahan selimut yang terlalu tebal, tidak bisa ditembus oleh matanya.

Sebenarnya Aril ingin mengintip dengan menyibakkan selimut, tapi dia khawatir Dara akan mengetahuinya.

Dara kembali menutup pintu, suara pelan deritan pintu menimbulkan rasa aneh dalam hati Aril. Rasa takut dan penasaran berbaur jadi satu.

Suara langkah kaki Dara kembali terdengar, bunyinya semakin menjauh, lalu hilang.

'Mungkin Dara telah masuk ke kamarnya,' pikir Aril. Dia menyibakkan selimut bagian atas, sehingga kepalanya terbuka.

Aril kembali menajamkan pendengarannya, tapi dia tidak mendengar apa-apa. Tak ada lagi suara dari Dara, bahkan tidak satu pun suara yang masuk ke kupingnya.

Sunyi ... sepi ...!

Sunyi sepi yang aneh ....

Seharusnya di daerah seperti ini banyak suara binatang malam. Tapi, ini tidak ada sama sekali, bahkan dengungan nyamuk pun tak terdengar.

Benar-benar sunyi ... mencekam!

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Anik Setyowati

Anik Setyowati

q heran jinnya bisa bilang InsyaAllah tp dia nipu manusia,terus arilnya makan minum nggak pernah ingat sama Allah minimal mau makan minum berdoa kek baca bismillah ini nggak langsung sikat aja merasa ragu PD makannya tp nggak pernah doa

2023-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!