Pagi itu Ran siap berangkat kerja. Dia masuk kerja pukul sembilan. Berangkat dari rumah biasanya pukul delapan tiga puluh menit. Semua waktu sudah dia perhitungkan dengan matang. Jadi dia tidak mungkin akan terlambat sampai di tempat kerja. Walaupun gajinya kecil, namun Ran menyukai pekerjaan itu.
Sebenarnya dia ingin mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan. Namun dengan ijazah SMA dia tidak berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih kecuali memang ada keajaiban. Ran hanya ingin menunggu keajaiban itu datang pada waktunya. Dan saat ini biarlah dia menikmati yang ada terlebih dahulu.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan tiga puluh . Dengan penuh semangat Ran berjalan menyusuri jalan setapak menuju jalan besar untuk menunggu angkot yang akan membawanya ke tempat kerjanya.
Ditengah perjalanan, di depan sebuah warung samar-samar dia mendengar suara orang yang bercakap-cakap. Cukup keras terdengar saat dia sudah tiba di depan warung tersebut.
" Semalam ada penampakan sesosok perempuan diujung gang depan rumah pak RT ."
Ran mendengarkan dengan seksama. Dia memperlambat langkah kakinya. Dia ingin tahu kelanjutan percakapan tersebut. Perasaannya tidak enak. Ada sesuatu yang dia tangkap dari percakapan itu.
" Kemarin juga ada yang cerita. Ada hantu perempuan berkeliaran di malam hari." Ucap seseorang yang tidak Ran kenali.
" Apa mungkin itu hantu Arin ya. Anak gadis pak Yanto yang meninggal kemarin." Yang lain menyahut ucapan temannya.
Ran semakin berdebar. Dia semakin memperlambat langkahnya. Dia masih ingin mendengarkan kelanjutan cerita tersebut. Apa benar itu arwah Arin. Namun saat dia melirik jam tangan yang dia pakai, Ran bergegas meninggalkan tempat itu. Dia tidak ingin terlambat bekerja. Dia harus segera berangkat agar tidak terlambat. Dia kesampingkan terlebih dahulu rasa penasarannya.
Ran merasa tidak tenang. Benarkah arwah Arin menjadi arwah penasaran. Rasanya tidak mungkin. Namun mendengar cerita orang tadi, ada kemungkinan itu benar.
Ran bekerja dengan perasaan tidak karuan. Namun dia tetap berusaha bersikap wajar. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan nya. Dia ingin waktu cepat berlalu dan sore segera tiba. Ran ingin mengetahui berita selanjutnya yang pasti sebentar lagi akan terdengar sampai seluruh desa.
Ran takut bunda akan menjadi semakin bersedih. Pasti bunda akan terpukul mendengar berita tersebut. Berita yang sangat mengerikan bagi keluarga tentunya. Seorang putri yang terkenal ramah dan baik hati meninggal dan arwahnya menjadi arwah penasaran.
Tentu ini akan sangat menyakitkan. Dan pasti akan ada berita buruk yang akan menyertai serentetan kejadian yang akan terjadi kemudian di desa tersebut.
Perasaan Ran menjadi resah. Dia sangat membenci berita tersebut. Ran sangat khawatir semua akan bertambah kacau. Saat ini dia belum bisa mengambil kesimpulan tentang si pelaku. Ran belum bisa mencegah kejadian yang akan terjadi selanjutnya.
Ran menjadi tidak fokus bekerja. Ada saja kesalahan yang dia lakukan. Untung saja hanya kesalahan-kesalahan kecil dan tidak berakibat fatal. Sungguh perasaan dan pikirannya sedang kacau. Dia ingin segera pulang. Ingin segera bertindak untuk mengantisipasi semua berita yang dia dengar tadi pagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Seharusnya Ran pulang pukul tujuh. Namun karena dia tidak konsentrasi bekerja, majikannya mengijinkan dia pulang lebih awal.
Jam tujuh belas tiga puluh Ran meninggalkan tempat kerjanya. Dengan tergesa dia menuju pinggir jalan untuk menunggu angkutan yang akan membawanya pulang.
Namun karena jam pulang kerja, angkutan yang lewat selalu penuh. Sampai terdengar adzan Maghrib. Bertepatan dengan suara adzan, saat itulah ada angkutan yang kosong. Ran ragu antara ingin pulang atau sholat Maghrib dulu. Namun karena Ran berpikir, jarak rumah yang hanya ditempuh dalam waktu lima belas menit, Ran memilih pulang. Begitu Ran masuk angkot, suasana berubah menjadi mendung. Dan gerimis mulai datang. Ran merasa heran, padahal tadi suasana masih terang dan cerah.
Perjalanan naik angkot hanya butuh waktu lima menit dalam perjalanan normal tanpa macet. Singkat sekali memang, dan beruntung hari ini tidak macet. Untuk mengejar waktu sholat maghrib, Ran mengambil jalan paling pintas agar cepat sampai rumah.
Jalanan masih terlihat terang saat Ran turun dari angkot. Namun begitu berada di mulut gang, tiba-tiba suasana berubah. Gerimis masih turun dan sedikit lebat. Langit menjadi gelap. Mulut gang yang tadi terlihat terang, kini terlihat temaram. Memang gang yang akan Ran lewati adalah gang yang sempit dan sepi. Jalannya juga menanjak dan dipinggir jalan banyak ditumbuhi pohon pisang dan pohon singkong. Namun itulah satu-satunya jalan pintas tercepat untuk segera sampai rumah.
Tiba-tiba suasana terasa mencekam bagi Ran. Ran ragu antara mau terus berjalan atau akan melewati gang yang lain yang lebih jauh jarak tempuhnya, namun gang itu ramai. Setelah berpikir sejenak Ran yakin berani melewati tempat tersebut. Dengan berlari pelan dia mulai melangkah menyusuri gang yang panjangnya sekitar lima puluh meter tersebut. Jalan yang menanjak membuat nafasnya sedikit tersengal. Namun dia terus melangkah. Dia kesampingkan semua rasa takut yang memenuhi pikirannya.
Dan saat tiba di lima belas meter terakhir, langkahnya terhenti. Tiba-tiba kakinya terasa begitu berat untuk melangkah. Seperti terpaku ditempatnya. Ran tidak bisa bergerak . Bulu kuduk mulai meremang.
" Apa lagi ini..." Gumamnya pelan.
Mulut terkunci tidak bisa berkata-kata. Jantung nya mulai berdetak lebih cepat. Dadanya terasa sesak dan tersengal karena memang menempuh perjalanan dengan jalan yang menanjak. Tubuh Ran sudah gemetaran. Keringat membasahi tubuhnya.
Dari balik pohon pisang muncul bayangan disertai bau amis yang sangat menyengat. Ran semakin tidak bisa bergerak sama sekali. Kepalanya tiba-tiba menoleh ke arah pohon pisang. Seperti ada yang mengarahkan. Ran terpana . Di depannya berdiri sosok gadis cantik memakai baju putih. Dia tersenyum manis sekali.
" Hihihihiii..."
Suara tawa terdengar. Bau amis darah semakin santer masuk di indra penciumannya.
" Hihihihiii... Hihihihiii.."
Tawa itu terdengar kembali. Ran semakin gemetar. Dia sudah tidak berkutik. Matanya menatap sosok itu tanpa berkedip. Ran sangat takut dan keringat sudah membasahi tubuhnya.
"Hihihihiii.... Hihihihiii.."
Sosok itu tertawa lagi. Namun kali ini dia menyeringai , Tiba-tiba dari matanya keluar darah. Dari hidung dan telinga juga keluar darah. Dari mulut nya juga keluar darah. Bau amis semakin kuat tercium. Ran merasa mual, dia ingin muntah. Kepalanya tidak bisa dia gerakkan. Seperti dipaku untuk menatap sosok tersebut.
" Tolooooooong.. Toloooong.."
"Hihihihiii... Hihihihiii.."
Tiba-tiba sosok makhluk tersebut terbang melewati atas kepala Ran sambil melolong.
" Tooolooong.... Aku... Bebaskan aku.. Hihihihiii....."
Dan setelah itu hilang , terbang entah kemana. Namun masih meninggalkan bau amis yang sangat kuat.
" Allahu Akbar.. Astaghfirullah aladzim..."
Ucap Ran keras. Ran tersadar. Dia merasa lega bisa berteriak. Kakinya bisa bergerak lagi. Dengan sisa tenaganya Ran berlari. Tinggal lima belas meter lagi dia akan sampai di jalan yang lebih ramai. Sampai di pemukiman penduduk.
Nafas Ran putus-putus. Dia merasa sangat capek. jantung nya berdebar sangat keras antara rasa takut dan lelah. Ketakutan yang teramat sangat Dia rasakan. Tubuhnya lemas dan juga terasa sangat lelah. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tadi makhluk itu mencekiknya, pasti dia tidak bisa melawan.
Untung pemukiman warga tidak jauh dari tempat tersebut. Ran sudah sampai di jalan desa. Namun karena hujan gerimis jalanan tampak sepi. Semua orang ada di dalam rumah.
Sesampainya di rumah Ran langsung menuju kamar mandi, untuk membasuh tubuhnya yang basah dan juga menetralkan pikirannya. Dia tidak ingin orang rumah ada yang mengetahui kejadian yang baru saja dia alami. Pasti mereka akan menyalahkan Ran ,kenapa tidak minta jemput atau kenapa tidak lewat jalan yang lain saja.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Ran segera melaksanakan sholat Maghrib. Dia tidak ingin terlambat melaksanakan sholat Maghrib. Karena waktu sholat Maghrib hanya sebentar. Tak lama terdengar suara adzan Isya dan Ran melanjutkan melaksanakan sholat isya.
Ran keluar kamar. Dia merasa lapar. Kemudian dia menuju meja makan dan menyiapkan makanan untuk makan malam.
" Ran, kamu sudah pulang. Ini jam berapa? Biasanya sampai rumah jam delapan. Kamu sakit, nak .?"
Bunda yang melihat Ran, berjalan mendekatinya. Bunda heran tak biasanya Ran sudah pulang. Bunda khawatir Ran sakit, karena bunda tahu Ran kurang istirahat beberapa hari belakangan ini.
" Ran tidak apa-apa bunda. Hanya tadi pulang lebih awal karena memang toko tutup lebih awal." Ran menoleh sebentar ke arah bunda, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
" Syukurlah Ran. Kamu harus bilang jika terjadi apa-apa. Jangan simpan semuanya sendiri. Ada kami disini. Ada ayah, ada bunda ada Rama atau sama Fian kamu boleh bercerita."
Ran mengangguk. Pekerjaannya hampir selesai ketika terdengar salam dari luar. Suara ayah dan Rama pulang dari masjid. Mereka terbiasa melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
"Assalamu'alaikum..."
" Wa'alaikumsalam.. Ayah , Rama sekalian kita makan malam. Semua sudah disiapkan oleh Ran.."
" Kak Ran, sudah pulang. Baru mau Rama jemput.." Ucap Rama sambil duduk di kursi yang biasa dia tempati.
" Kamu pulang jam berapa dan lewat mana"? Tanya ayah. Kemudian ayah ikut duduk di tempat duduknya.
"Tadi pas Maghrib yah, lewat jalan setapak kebun pisang." Jawab Ran . Dia kemudian menarik kursi dan duduk di kursi tersebut.
Ayah, bunda dan Rama saling pandang. Ada rasa khawatir terlihat di wajah ketiga orang tersebut.
"Kenapa... Kenapa wajah kalian begitu?" Tanya Ran dengan pandangan heran memandang ketiga orang yang ada bergantian.
"Ini malam Jumat Kliwon kak..."
Ran tertegun. Dia sudah tidak mendengar lagi kelanjutan perkataan Rama. Dia sudah sibuk dengan pikirannya sendiri. Pantas saja ketika naik angkot tadi ada perasaan aneh meliputi hatinya. Ternyata sudah ada pertanda tadi. Seharusnya dia tidak meneruskan perjalannya melainkan berhenti dulu untuk sholat Maghrib. Pasti dia tidak akan mengalami hal mengerikan seperti tadi.
" Kak... Kak Ran. Eh ada apa? Kok diam saja.."
Rama memanggil Ran berulang kali. Rama yakin Ran mengalami kejadian aneh di kebun pisang.
" Kak... Kak Ran.." Rama berteriak memanggil Ran.
" Eh iya.. Iya Rama. Ada apa..?"
Ran gelagapan. Dia terkejut mendengar ucapan Rama.
" Kakak tidak apa-apa kan..? Tidak ada kejadian aneh tadi..?" Rama memandang Ran dengan raut khawatir. Begitu juga ayah dan bunda.
Ran bangun dan berjalan menuju kalender. Kemudian mencari hari dan tanggal hari ini di kalender . Dia lihat dengan seksama. Dan ternyata..
" Benar malam Jumat Kliwon. Jadii...."
Ran mengangguk. Ayah dan bunda menghela nafas panjang.
" Besok lagi kalau pas adzan Maghrib tunda dulu ya pulangnya." Ucap bunda memandang Ran dengan penuh kasih sayang.
Bunda merasa kasian dengan Ran. Gadis yatim piatu yang telah mengetuk pintu hatinya sejak kecil. Namun karena Yusuf tidak memperbolehkan untuk mengadopsi Ran, jadilah mereka hanya bisa berkunjung sebulan sekali untuk bisa bertemu Ran.
Bunda merasakan seperti ada ikatan batin yang kuat antara mereka.
"Jadi ada kejadian apa yang kamu alami tadi...? " Ayah memandang wajah Ran lekat. Gadis kecil yang selalu patuh dan sopan itu sudah ayah anggap seperti anak sendiri. Dan tentu saja ayah khawatir terjadi sesuatu pada Ran.
"Tadi Ran....."
Gubraakkk......
Semua terkejut. Mereka saling pandang. Ada apa lagi ini....
Bersambung
Jangan lupa tinggalkan like dan komen Terima kasih❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
@◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻
waduh RAN km pemberani kalau aku sudah tak bergerak
2023-11-18
8
🏠⃟ᴬʸᵃⁿᵏરuyzⷦzⷩ𝐀⃝🥀
waduhhh ini yg gak enak...
2023-11-13
7
🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜
ternyata bertepatan malam jumat kliwon ya pantesan hantu nya ganggu
2023-11-13
7