Penunggu Pohon Jambu

Penunggu Pohon Jambu

Episode 1

Sebelum membaca novel ini disarankan membaca novel Di Ujung Jalan. Karena ada keterkaitan dengan novel tersebut. Tidak membaca di Ujung Jalan pun tidak apa-apa. Walaupun begitu kalian masih bisa mengikuti cerita di novel ini. Maaf bila ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian. Semua tidak ada unsur kesengajaan. Happy Reading ❤️❤️❤️❤️❤️

🍄🍄🍄

Gue Ran. Gue gadis yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan yang terletak di kota Surabaya. Kata pemilik panti asuhan, gue ditemukan di pintu panti. Tergeletak begitu saja di dalam kardus mie instan dalam keadaan kedinginan.

Entah orang tua mana yang telah tega membuang bayi seimut gue. Bukan gue kepedean, tapi memang pas waktu kecil gue sangat imut dan menggemaskan. Kulit putih, rambut ikal berwarna merah pirang. Catat ya merah pirang , tapi bukan merah yang terkena sengatan matahari. Hidung kecil dan sedikit mancung. Pokoknya menggemaskan gitu deh. Dan sekarang pun gue masih menggemaskan ya. Ekhm....

Makanya gue sangat disayang oleh pemilik panti. Di saat gue balita, Gue juga selalu tenang dan tidak pernah rewel. Mungkin karena gue memang harus tau diri. Karena gue menumpang hidup makanya gue ditakdirkan untuk menjadi anak yang tidak merepotkan.

Oh iya, saat ini gue berumur 22 tahun. Gue hanya sekolah sampai jenjang SMA. Ya gue menyadari banyak anak panti lain yang butuh biaya, jadinya gue tidak mungkin memaksakan diri untuk melanjutkan kuliah.

Gue memilih bekerja untuk membantu ibu panti yang sudah sangat baik pada gue. Kasian adik-adik panti yang tentu memerlukan biaya besar untuk makan dan juga pendidikan.

Walaupun banyak donatur yang menyumbang, tetap saja itu semua belum bisa mencukupi semua kebutuhan di panti .

Contohnya saat ini, gue mendapat tugas dari pemilik panti untuk mencari dana. Karena ada kebutuhan mendesak yang harus segera didapat demi kehidupan anak-anak panti. Namun gue malah terjebak dalam keluarga yang sedang mengalami musibah.

Sebenarnya gue datang jauh-jauh ke Jakarta untuk menemui saudara Ustadz Yusuf, sang pemilik panti. Gue mendapatkan tugas untuk meminta bantuan dana karena panti asuhan sedang dalam masalah besar.

Tanah panti asuhan ada yang mengakui.Dan panti akan digusur. Padahal setahu gue tanah tersebut sudah diwakafkan. Biasalah ada ahli waris yang tidak bisa menerima hal tersebut. Dan terjadilah perebutan tanah.

Di jakarta ini gue harus menemui bapak Suparyanto, namun ketika sampai di sini keluarga beliau sedang dalam musibah. Anak gadisnya yang bernama Arin meninggal dunia karena kecelakaan.

Arin ditabrak oleh temannya sendiri, teman yang katanya sangat menyukai Arin namun sayangnya teman tersebut tega membunuhnya.

Dan sekarang di sinilah gue dalam tiga hari ini. Di rumah Arin. Menghibur sang bunda yang terlihat sangat terpukul atas kepergian putri kesayangan nya tersebut.

Dan malam ini malam ketiga atas kepergian Arin. Suasana masih terlihat sendu. Semua orang terlihat masih bersedih.

🍄🍄🍄

Ran bingung harus bagaimana. Seharusnya dia sudah menyampaikan maksud kedatangannya itu. Namun dia tidak tega melihat keluarga yang sedang berduka.

Ran ingin pulang saja ke Surabaya. Dia harus mencari jalan keluar atas apa yang menimpa panti asuhan. Dia merasa benar-benar bingung dan juga bimbang.

Dan malam ini setelah acara tahlilan mengirim doa buat arwah Arin selesai, mereka masih duduk di ruang tamu. Sekedar berbincang untuk saling menghibur.

Malam ini Ran berniat pamit pulang ke Surabaya. Dia akan mencari jalan lain saja. Dirinya sungguh tidak tega untuk menyampaikan amanat dari ustadz Yusuf.

"Ayah, bunda. Ran mau pamit. Besok Ran mau pulang ke Surabaya."

Ran memberanikan diri mengungkapkan keinginannya. Karena dia tidak boleh berlama-lama diam seperti ini. Nasib anak-anak panti menunggunya.

"Kenapa harus pulang Ran. Disini saja ya. Temani bunda." Ayah sedikit terkejut mendengar apa yang Ran katakan.

"Ran, tinggal di sini saja ya. Temani bunda. Gantiin Arin menjadi anak bunda ya."

Bunda Ida, bundanya Arin terlihat memelas memohon pada Ran. Bunda menggenggam erat tangan Ran penuh harap.

Ran semakin menunduk. Kebimbangan semakin menderanya. Dia sungguh sangat menyayangi keluarga tersebut. Karena sudah beberapa kali Ran bertemu dengan mereka saat mereka berkunjung ke Surabaya. Namun karena dia harus bergerak cepat mencari pemecahan masalah panti. Dia harus segera mengambil keputusan. Sebelum waktu yang ditentukan semakin dekat.

"Ran.. Kenapa diam saja. Mau ya.. Nanti bunda yang akan bilang sama ustadz Yusuf."

Ran masih menunduk. Dia memperhatikan tangannya yang sedang di genggam dan juga di usap oleh Bunda. Ada perasaan bahagia. Ran merasakan kasih sayang Bunda sudah seperti kepada anak kandung nya sendiri.

Ran masih saja menunduk. Matanya berkaca-kaca. Dia bingung harus bagaimana. Kalau boleh jujur Ran sangat senang tinggal di rumah Arin yang penuh dengan kehangatan ini. Tapi di Surabaya masih ada adik-adiknya yang membutuhkan nya.

"Bunda.. Maafkan Ran, bukan Ran menolak. Namun ada sesuatu hal yang harus Ran lakukan yang mengharuskan Ran pulang ke Surabaya."

Ran menarik tangannya. Kemudian dia memeluk bunda. Ran bisa merasakan betapa dia membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Walaupun di panti dia juga mendapatkan kasih sayang yang banyak. Namun di dalam pelukan Bundanya Arin, terasa sangat nyaman dan berbeda.

"Ran, katakan saja. Siapa tahu bunda bisa membantu."

Bunda memeluk pundak Ran. Tangan yang satunya mengusap lengan Ran dengan penuh kasih sayang.

Ran memandang bunda dengan berkaca-kaca. Ran benar- benar bingung.

"Iya Ran. Tidak usah sungkan. Katakan saja." Ayah Yanto juga ikut menimpali. Ayah merasa Ran sangat mirip dengan Arin. Ayah belum rela dengan kepergian Arin yang mendadak tersebut. Dan Ran sedikit banyak bisa membantu mengurangi rasa kehilangan itu.

Ran memandang ayah dan bunda bergantian. Dia sedang menimbang apakah akan mengatakan permasalahan yang dia hadapi pada Ayah serta bunda atau tidak.

"Ayah, Bunda... "

Ran diam sejenak. Dia menghela nafas panjang. Dadanya terasa sangat sesak. Kedatangannya ke jakarta yang seharusnya bisa membantu menyelesaikan masalah panti, namun malah terjebak dalam situasi yang sangat membuatnya serba salah.

"Ran, gue tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu."

Ran terkejut mendengar apa yang Fian katakan. Dari tadi Fian hanya menyimak pembicaraan antara ayah dan Ran. Ran memandang Fian dengan seksama. Ada rasa takut jika Fian benar-benar tau yang sebenarnya.

"Ran, temani bunda di sini. Biar gue yang menyelesaikan masalah loe."

"Maaf permisi sebentar."

Ran bangkit dan menarik Fian ke luar rumah. Dia takut Fian benar-benar mengatakan yang sebenarnya dalam suasana yang sedang berduka seperti ini.

"Ran.. Ada apa?" Bunda dan Ayah terlihat bingung melihat apa yang dilakukan Ran pada Fian. Mereka berdua merasa curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ran.

"Sebentar Ayah, bunda. Ran mau bicara sama Fian dulu di luar."

Ran kembali menarik Fian ke luar rumah. Mereka memilih berbincang di balai di bawah pohon jambu.

Sesampainya di luar. Ran memandang tajam ke arah Fian.

"Apa yang loe tahu."

Fian menghela nafas.

"Ran.. Gue tahu semuanya . Gue tahu kalau panti asuhan tempat Lo tinggal dalam masalah."

Ran terkejut. Dia masih memandang tajam ke arah Fian.

"Gue tahu panti asuhan akan digusur."

Ran menarik tangan Fian untuk semakin menjauh dari rumah Arin.

"Dari mana loe tahu semua itu?"

"Tidak sengaja gue mendengar itu dari om Adam. Semalam om Adam berbicara di telepon dan gue secara tidak sengaja mendengar semuanya dengan jelas."

Ran terdiam. Dia menghela nafas berat. Dadanya sungguh sesak. Dia tidak sanggup membayangkan bagaimana nasib anak-anak panti jika tanah itu benar-benar akan diambil.

"Ran..."

Fian menepuk pundak Ran pelan.

"Duduk dulu sini.. "

Ran menoleh, dia memandang Fian dengan muka yang terlihat begitu sedih. Kemudian Ran ikut duduk di bangku panjang yang ada di bawah pohon jambu.

"Boleh gue bantu masalah loe?"

Ran hanya diam saja. Dia merasa tidak nyaman bila merepotkan orang lain. Ran masih bimbang. Di satu sisi dia memang membutuhkan bantuan Fian. Namun disisi lain dia tidak ingin melibatkan banyak orang dalam masalah ini.

"Tidak usah banyak berpikir. Terima saja. Bukannya ini sangat mendesak. Bagaimana dengan nasib anak-anak panti kalau loe kelamaan mikir."

"Anak panti. Panti mana Ran."

Fian dan Ran terkejut. Ayah sudah ada di belakang mereka. Rencananya Ayah mau menyuruh mereka masuk rumah karena hari telah malam. Namun tidak di sangka malah mendengar hal yang tidak mengenakkan.

"Tidak ayah. Bukan apa-apa juga."

Ran menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia terlihat kebingungan.

"Katakan Ran. Jangan bilang panti asuhan milik Yusuf dalam masalah."

Ran hanya tersenyum kikuk. Dia merasa tidak enak ayah mendengar ini semua.

"Maaf yah.. Hehehe.."

"Kenapa minta maaf. Pasti kedatangan kamu ke Jakarta ingin memberitahu tentang hal ini. Katakan Ran. Katakan.. Ayah ingin mendengar semuanya."

Ran memandang ke arah Fian. Dan Fian mengangguk. Fian tahu Ran minta pendapatnya untuk memberi tahu apa tidak tentang masalah di panti.

"Katakan saja Ran. Ayah berhak tahu tentang apa yang terjadi."

"Tapiii...."

"Tapi apa.. Karena ayah lagi berduka kah? Tak apa Ran katakan saja. Masalah panti asuhan juga masalah yang penting juga. Ini menyangkut hidup orang banyak."

Ayah semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Ran menghela nafas berat. Dia mengangkat kepalanya dan memandang Ayah.

"Begini Yah..."

"Ayah .. Ada tamu. "

Tiba-tiba terdengar suara bunda memanggil ayah. Ran menghentikan ucapannya dan melihat ke arah ayah.

"Yah temui tamunya dulu..."

"Iya Ran. Ingat.. tunggu Ayah ya. Pokoknya kamu harus segera cerita. Ayah tunggu. Ayah menemui tamu dulu. Sekarang sudah malam, kalian harus masuk rumah dan juga istirahat." Ucap Ayah sambil berlalu.

"Iya Yah.."

Ayah melangkah menjauh dari tempat itu. Ran dan Fian terdiam. Mereka diam dengan berbagai pikiran masing-masing.

Tiba-tiba..

Suuiiiiiinnggggg...

Terdengar suara seperti angin yang mendesing. Ran melompat begitu juga dengan Fian.

"Suara apa itu.."

Bulu kuduk Ran berdiri. Dia merasa ada sesuatu yang ganjil..

Apa itu.......

Fian juga merasakan hal yang aneh. Fian memandang ke sekeliling. Lalu dia mendongak ke atas.Ada sesuatu yang dia rasakan yang membuat bulu kuduk berdiri.

Namun belum jelas apa yang Fian rasakan, Ran sudah menarik tangan Fian masuk ke rumah.

Dan disinilah misteri itu di mulai...

Bersambung

Ini novel keduaku . Mohon maaf jika merepotkan lagi. Karena aku mau minta like dan komen. Terima kasih ❤️

Terpopuler

Comments

𝐀'𝐃69°

𝐀'𝐃69°

alur ceritanya aku suka 👍

2023-12-08

2

Fellaini Wu

Fellaini Wu

sambil menunggu tugas sambil membaca saja , Ran keturunan ki prana rupanya

2023-11-08

3

⒋ⷨ͢⚤💕Iмᷡαͤѕͥ️💕ⒾⓇⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟

⒋ⷨ͢⚤💕Iмᷡαͤѕͥ️💕ⒾⓇⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟

lagi nyari nyari cerita horor kebetulan liat cerita ini mampir deh🤭🤭

2023-11-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!