Episode 5

Bara masih merasa sedih akan kepergian Arin. Cinta pertamanya telah meninggalkan nya untuk selamanya. Dia masih belum bisa beraktivitas dengan normal.

Semua kenangan indah tentang Arin menari di pelupuk matanya. Setiap kejadian yang dia alami bersama Arin, selalu meninggalkan kesan mendalam. Di saat dia sendiri selalu teringat akan Arin.

Selama tiga hari ini, Setiap malam Bara ikut pengajian untuk mendoakan arwah Arin. Bara selalu berdoa dengan khusyuk untuk Arin. Sungguh dia tidak percaya akan kepergian Arin yang mendadak. Apalagi waktu kejadian mereka sedang berdua.

Bara merasa sangat kehilangan. Dia benar-benar merasa terpukul sekali.

Hari ini sang papa berangkat ke Surabaya. Mau mengurus suatu masalah di sana. Sebenarnya dia ingin ikut, Namun sang ayah menolak untuk mengajaknya. Alasannya karena masalah ini sangat pelik. Sang Ayah takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

Jadilah dia pergi ke rumah Arin saja. Dia ingin sedikit mengenang kebersamaan nya dengan Arin. Duduk bercengkrama di bawah pohon jambu adalah hal yang sangat di sukainya. Dan saat ini dia ingin bernostalgia.

Namun di saat dia ingin melakukan nya, terjadi lah hal yang aneh. Apa benar pohon itu sekarang berpenghuni. Dalam tanda kutip, ada makhluk halus yang menempati pohon tersebut. Tadi saat dia menyapu halaman bersama Rama dia mengalami hal yang benar-benar tidak masuk akal.

Dia melihat Arin di atas pohon itu. Namun dia sengaja tidak bercerita kepada Rama.

"Tidak mungkin,.. Ini tidak mungkin." Hati nya menyanggah hal tersebut. Mana mungkin orang mati hidup kembali , itu yang dipikirkan Bara.

"Apakah karena aku merindukanmu, sehingga kamu menampakkan dirimu di depanku."

Hati Bara bergejolak antara percaya dan tidak. Tapi wajah Arin benar-benar nyata tadi. Namun karena Rama berlari dia ikut berlari juga. Padahal sebenarnya dia ingin memastikan dulu, apa yang sebenarnya.

"Bang dokter...Bang.."

Fian memanggil Bara. Namun karena Bara melamun dia tidak mendengar panggilan Fian.

"Bang... ini orang kenapa sih."

Fian memanggil lagi kali ini sambil menepuk pundak Bara. Bara terkejut.

"Eh ... " Bara kaget. Untung saja gelas yang dia pegang tidak jatuh. Bara sedang mengaduk minuman dan dia sambil melamun.

"Mikir apa sih... Melamun aja terus."

"Maaf...maaf..."

"Abang kenapa hm. Masih teringat Arin ya. Sama kalau itu. Gue juga merindukan dia bang. Makanya gue kesini."

Fian duduk di kursi yang biasanya di duduki Arin.. Mereka sedang di ruang makan. Sedangkan Rama tadi masih ada di kamar mandi . Dia sedang mandi. Badannya lengket bekas keringat saat menyapu tadi. Dan lagian hari sudah siang saatnya sholat Dzuhur.

Bara ikut duduk sambil terus mengaduk minuman nya. Padahal minuman itu sudah lama diaduknya dan Bara masih melakukan nya juga.

"Bang.. Sedang mikirin apa. Itu air sudah capek diputer terus dari tadi. Eh mau pakai es batu enggak. Aku ambil ya di kulkas."

Fian bangkit dan menuju kulkas untuk mengambil es batu. Dia sambil celingak-celinguk. Mencari seseorang.

"Ini es nya. Ran mana ya . Kok tidak kelihatan."

"Terima kasih Fian. " Bara memasukkan es batu ke dalam gelasnya. Mengaduk sebentar dan kemudian meminumnya. Terasa sangat segar ketika kerongkongan dialiri dengan air dingin. Apalagi dalam suasana yang terik seperti saat ini.

"Oh iya.. Ran kemana. Bukannya dari tadi dia pamit ke dapur. Apa mungkin dia istirahat di kamar ya."

"Dari tadi gue juga nyariin. Pintu kamar Arin tertutup rapat. Biasanya dia tidur di situ."

Bara dan Fian celingukan. Melihat ke kanan dan ke kiri. Mereka berdua di rumah yang tidak ada sang pemilik. Ayah Yanto masih di rumah ketua RT. Sedangkan bunda dan Nia sedang ke pasar. Rama mandi. Sedangkan Ran tidak kelihatan sama sekali.

"Kita pulang saja yuk Bang, Ga enak di sini."

"Eh bagaimana kita pergi kalau pemilik rumah tidak ada . Kita tunggu Rama selesai mandi. Baru kita pulang."

Bara masih menikmati minuman dinginnya. Sambil menatap sebuah foto Arin yang terpajang di dinding ruangan. Foto Arin saat wisuda yang belum lama di ambil. Sangat cantik dengan baju kebaya. Pandangan mata yang penuh dengan rasa optimis. Itu yang selalu Bara sukai.

Tiba-tiba Bara tersentak kaget. Mata Arin berkedip. Dan juga bibirnya menyunggingkan senyuman.

"Astaghfirullah...." Ucap Bara seketika. Dia hampir saja jatuh. Karena dia bergerak tiba-tiba dan kursinya hampir terjungkal.

Fian pun terkejut melihat Bara yang hampir jatuh tanpa ada sebab yang jelas.

"Kenapa Bang...?"

"Tidak ada apa-apa Fian..."

Bara menatap kembali foto tersebut. Namun terlihat normal selayaknya sebuah Foto.

"Tadi itu apa. Tiba-tiba foto itu tersenyum dan mata yang berkedip.." Gumam Bara.

"Ada apa memangnya..." Tanya Fian yang tidak sengaja mendengar ucapan Bara.

"Fian apa tadi kamu melihat sesuatu.."

",Melihat apa..? "

Fian melihat ke sekeliling. Sebenarnya apa yang telah dilihat oleh Bara.

Bara terdiam. Mungkin saja ini karena dia melamun tadi. Tidak mungkin ada foto yang bisa berkedip.

"Oh tidak Fian. Mungkin saya hanya berhalusinasi..." Ucap Bara akhirnya. Dia tidak mau dikatakan gila karena melihat hal yang aneh tadi.

Bara meminum minuman nya yang sedari tadi hanya dia aduk. Pikiran nya masih melayang entah kemana. Pandangan nya masih lurus ke depan . Sesekali melirik ke arah foto Arin. Tidak ada yang berbeda sedikitpun. Dia semakin yakin kalau tadi dia hanya berhalusinasi karena merasa rindu pada Arin.

"Rindu ini membuatku gila..." Bara bergumam pelan. Tiba-tiba dia merasa sedih. Rasanya ingin sekali memeluk Arin. Tapi semua sudah tidak mungkin. Arin sudah tidak dapat si sentuh. Tidak dapat dilihat.

"Bang.. "

Fian melihat Bara yang bersikap aneh. Dia tahu apa yang Bara rasakan. Karena rasanya sama dengan yang dia rasakan. Rasa rindu yang tidak ada obatnya. Rasa rindu yang hanya bisa dia pendam.

"Bang.." Fian memanggil kembali. Karena dari tadi Bara tidak bereaksi sama sekali. Dia tidak mau melihat Bara terpuruk seperti ini.

"Bang.."

Sekali lagi Fian memanggil Bara. Kali ini di sertai sentuhan di tangan Bara.

"Eh.. "

"Abang melamun lagi..."

"Maaf Fian.. Maaf. Saya rindu dengan Arin... Pikiran saya jadi tidak waras karena rasa rindu ini. Saya belum bisa menerima semua ini Fian."

Setetes air mata jatuh di pipi Bara. Dadanya begitu sesak. Dia merasa ini semua hanya mimpi . Dia ingin saat terbangun nanti dia masih bisa melihat Arin.

"Bang .. Gue tahu perasaan Abang. Gue juga merasakan hal yang sama. Pelan-pelan saja bang."

Bara menengadah. Dia tidak ingin cengeng. Tapi rasanya dada nya ingin meledak.

"Fian... Apa salah saya. Kenapa Tuhan menghukum saya seperti ini.."

Fian menyentuh tangan Bara. Dia ikut trenyuh melihat keadaan Bara. Dia tidak menyangka jika Bara sangat terpukul seperti ini.

"Tidak ada yang salah. Semua sudah takdir bang. Kita hanya bisa berdoa untuk kebaikan dan ketenangan Arin di alam sana."

Tak terasa setetes air mata jatuh juga di pipi Fian. Baru sekarang Fian merasa begitu kehilangan. Kemarin masih banyak orang jadi masih bisa terhibur dengan ikut berkumpul bersama mereka.

Tapi saat ini, di kala dia duduk di sini. Di kursi yang sering dia duduki, saat dulu Arin masih hidup, saat mereka bercengkrama bersama bunda dan Rama. Semua jadi terkenang kembali. Semua kenangan tentang Arin terbayang kembali. Banyak kenangan yang mereka buat di masa lalu. Bagaimana tidak. Mereka besar bersama.

"Fian...." Bara memandang Fian.

"Iya bang... Abang boleh menangis. Abang boleh terpukul. Tapi jangan lama-lama. Abang juga boleh bersedih, tapi jangan sampai mengganggu kesehatan Abang."

"Tentu Fian. Saya tidak tahu selanjutnya akan bagaimana. Arin cinta pertama saya Fian. Dia kekasih hati saya satu-satunya.."

"Iya, gue tahu. Gue paham bang. Gue juga merasakan hal yang sama. Dia sahabat sejati dan juga cinta pertama gue."

Tiba-tiba...

Praaangggg.....

Foto Arin jatuh dengan sendirinya. Mereka berdua terkejut dan langsung berdiri. Mereka saling pandang. Lalu mereka berdua sama-sama menggelengkan kepala.

"Bukannya tidak ada angin ya. Tidak ada pergerakan apapun. Lalu kenapa bisa jatuh."

Bara dan Fian berjalan mendekati Figura yang terjatuh tadi.

"Ada apa ini.."

"Eh....Itu pak ustadz... .. Itu Figura foto Arin jatuh sendiri dan pecah." Jawab Fian sambil menunjuk ke arah pecahan figura.

Ustadz Yusuf melihat ke sekeliling. Dia mengangguk pelan. Kemudian dia mendekati tempat di mana figura itu terjatuh. Memungut pecahan kaca yang paling besar dan runcing. Kemudian komat kamit , entah apa yang di baca, karena memang suaranya begitu lirih. Cuma mulutnya saja yang terlihat bergerak.

Tak lama kemudian datang angin yang bertiup sedikit kencang.

Wuuuuussssss....

Korden jendela terbuka. Seperti ada sesuatu yang melewati nya. Fian dan Bara menahan nafas. Tidak berani bergerak sedikitpun. Pandangan mata mereka fokus ke depan. Mereka menyaksikan hal yang selama ini tidak pernah mereka pikirkan sama sekali. Kejadian yang hanya ada dalam cerita Suatu hal di luar nalar terjadi di depan mereka.

Setelah sepersekian detik, mereka berdua saling pandang. Mereka masih belum menyadari apa yang baru sajaterjadi.

"Ran mana...?"

Ustadz Yusuf berkata dengan suara rendah. Namun Bara dan Fian terkejut juga. Mereka berdua memandang ke arah Yusuf dan menggeleng. Karena memang mereka benar-benar tidak tahu.

"Ada yang tidak beres. Ada yang main-main ternyata.."

Bara dan Fian semakin ciut. Entah perasaan apa yang mereka rasakan saat ini. Bingung dan tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.

"Bangun kalian. Kenapa berjongkok di situ..Coba kalian cari Ran."

Seperti kerbau yang di cocok hidungnya. Mereka berdua mematuhi semua yang di perintahkan ustadz Yusuf.

"Cari Ran segera. Cepat..!!

Bara dan Fian segera pergi. Mereka mencari Ran ke seluruh bagian rumah. Mereka mencari di dapur terlebih dahulu karena Ran terakhir kali pamit pergi ke dapur. Kemudian ke ruang tamu dan ke kamar juga. Segala tempat mereka periksa. Tidak terlewat sedikit pun. Namun Ran tidak di ketemukan.

"Ke mana Ran ya.Tak ada di mana pun."

"Entahlah Fian. Apa pergi ke luar ya."

"Tapi kok tidak pamit pada kita. Tadi gue ada di ruang tamu."

Fian dan Bara terus berpikir segala kemungkinan yang terjadi dengan Ran. Kenapa Ran bisa hilang begitu saja.

Kemana sebenarnya Ran. Apakah ada yang tahu. Apakah ada yang melihat. Entahlah dia kemana. Semoga saja dia dalam keadaan baik-baik saja.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan like dan komen. Terima kasih ❤️❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

Ran ngilang? apa dibawa makhluk halus juga 🤔🤔

2023-11-16

8

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

mungkin ada jin penunggu pohon yang menyerupai arin...

2023-11-16

6

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

hanya bsa peluk lewat mimpi saja

2023-11-13

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!