Episode 13

Ran dengan cekatan mengerjakan semuanya. Dia merasa sangat lapar dan juga gerah. Rasanya sudah pengen berendam saja. Tapi mau berendam di mana. Kamar mandi di rumah bunda tidak ada baknya. Apa mungkin di Empang saja. Ini parah. Pasti bisa digigit ikan .

Ran tersenyum sendirian. Dia menggelengkan kepala. Merasa lucu dengan yang ada dipikiran nya. Sambil mengaduk nasi goreng dia bersenandung. Bukan lagu dangdut yang dia nyanyikan. Namun dia sambil bersholawat tentunya. Dia sangat fokus mengerjakan semuanya.

Mungkin agar cepat selesai. Ran merasa kasian sama tiga nyawa yang duduk di ruang tamu.Terlihat lesu dan lemas. Setelah nasi mengepul mengeluarkan asap, Ran mengambil baskom untuk tempat nasi goreng. Dia bermaksud menuang nasi itu ke dalam baskom.

" Raaaannn...... "

Terdengar suara memanggil nama Ran. Ran terdiam. Suara-suara itu mengganggu Ran lagi. Ran berhenti mengaduk. Ran diam mematung. Tiba-tiba Ran merasakan sentuhan di pundaknya. Ran memejamkan mata. Bulu kuduknya meremang. Dia sudah tidak berkutik jika sudah tentang sentuhan. Ran tidak berani menoleh. Hatinya semakin berdebar.

" Raannn..."

Suara itu terdengar lagi. Ran mencoba menahan gejolak di hatinya. Kali ini dia harus berani melawan rasa takutnya.

" Dipanggil diam saja. Ada apa...kamu melamun Ran..."

Ran membuka matanya. Kemudian menoleh. Dia bisa bernafas lega. Dia hembuskan nafasnya kasar.

" Hehehe .. bunda.."

" Malah cengengesan.. Kenapa..? "

"Tidak ada apa-apa bund.." Bunda mengamati wajah Ran.

" Kenapa wajah kamu pucat begitu hm. Pasti kamu kecapaian. Setelah ini kamu istirahat ya. Biar yang lain bunda yang mengerjakan.."

Ran hanya mengangguk. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

Sungguh kali ini Ran ingin mengumpat. Rasanya sudah takut tiada Tara. Namun ternyata bunda yang memanggil namanya. Pikiran nya sudah kacau, karena semua kejadian yang dia alami belakangan ini. Ran mengucapkan syukur dalam hati, ternyata itu hanyalah bunda. Walaupun sebenarnya dia sudah jantungan tadi.

" Iya bund, biar Ran rapikan ini dulu. Kasian ayah dan bunda belum sarapan kan. Juga yang lainnya."

Ran segera menyelesaikan semuanya dengan cepat. Dia segera menuang nasi ke dalam baskom dan meletakkan di meja ruang makan. Kemudian dia ke ruang depan untuk memanggil semua orang.

Di depan ternyata sudah ada ayah dan Rama. Mereka sedang berbincang hal yang ringan sambil bergurau. Mereka sudah terlihat segar karena sudah mencuci muka. Muka mereka tidak terlihat kusut lagi.

" Sarapan sudah siap...." ucap Ran di depan pintu.

" Ayo kita sarapan dulu. Ayah juga sudah lapar. Eh tapi ini sudah jam sebelas. Bukan sarapan namanya. Hahaha.."

Ayah bangkit terlebih dahulu. Di susul yang lainnya. Mereka berjalan beriringan menuju meja makan. Perut mereka sudah meronta minta diisi.

" Maaf ya. Ini menu yang tadi pagi.. " Ucap bunda sambil menuang satu centong nasi goreng ke dalam piring ayah.

" Salah siapa dari pagi di suruh sarapan malah tidur semua.." Ucap Ran sambil menuang air minum kedalam semua gelas yang ada.

" Kan ngantuk, semalaman ga tidur. .." Fian menjawab dengan cepat.

Semua menikmati hidangan yang ada. Mereka semua makan dengan lahap. Walaupun hanya nasi goreng dan telur dadar, sungguh sangat nikmat. Karena perut yang terasa lapar.

🍄🍄🍄

Suasana sudah sepi. Bara sudah pulang ke rumah. Andra dan Fian juga pulang. Mereka berjanji akan datang lagi nanti malam. Ini sudah hari ke enam sejak kematian Arin. Mereka tak ingin melewatkan satu hari pun dalam acara doa bersama ini.

Bara melangkah dengan gontai. Hari ini sungguh dia merasa sangat lelah. Padahal biasanya dia juga begadang. Tapi hari ini terasa beda.

Setelah sampai rumah dia langsung menuju kamar mandi. Badannya terasa lengket. Karena memang banyak keringat yang dia keluarkan hari ini.

Bara mengisi bathtub dengan air dan tak lupa aromaterapi . Walaupun ini siang hari, tapi dia ingin merelaksasi tubuhnya yang terasa sangat capek. Bara merasa tubuhnya begitu lelah. Tangan dan kaki terasa pegal. Padahal dia tidak melakukan pekerjaan yang berat.

Setelah dirasa cukup airnya, Bara masuk ke dalam bathtub. Dia menenggelamkan seluruh badannya ke dalam air. Kecuali kepala. Bara memejamkan mata menikmati sejuknya air yang menyentuh kulit tubuhnya. Terasa nyaman. Terasa sangat menyegarkan.

Bara menikmati sekali. Dia ingin melupakan sejenak apa yang telah dia alami belakangan ini. Tentang semua kejadian yang dia alami, yang jauh di luar nalar. Namun dia belum mau membahas semua itu.

Bara yakin Rama merasakan hal yang sama. Bara tahu Rama punya kelebihan dalam hal begituan. Bara pun yakin Fian juga merasakan ada keganjilan atas semua yang terjadi kemarin malam.

" Sebenarnya siapa yang telah berbuat jahat pada jasadmu Rin. Kamu orang baik, kenapa ada orang yang setega itu melakukan pada keluarga kamu.."

Ucap Bara lirih. Dia sungguh tidak mengerti. Ada orang sejahat itu menggunakan jasad orang mati untuk berbuat kejahatan.

" Arin, saya rindu. Saya ingin kamu hadir sejenak di sini...."

Bara mendesah pelan. Setetes air mata jatuh. Bara ingin berteriak sekencang-kencangnya. Dia tidak pernah menyangka umur Arin sependek ini. Dia belum melakukan yang terbaik buat kekasih hatinya. Kenapa sudah dipisahkan.

" Ariiiiiiiiin........ "

Lirih Bara menyebut nama itu. Hatinya sungguh sakit. Dadanya sungguh terasa sesak. Dia ingin menyangkal apa yang terjadi, namun ini benar adanya. Arin menghembuskan nafas terakhirnya di hadapannya. Di depan matanya.

"Riiiiin... Ariiiiiiiiin...... Kenapa begitu cepat engkau pergi...."

Begitu hancur hatinya. Bara sebenarnya tidak kuat menanggung semuanya. Setelah bertahun-tahun dia menunggu , akhirnya bisa bersama orang yang dicintainya, namun sayangnya waktu nya hanya sekejap. Hanya sebentar mereka bisa menikmati waktu bersama. Ajal telah menjemput Arin terlalu cepat.

" Ya Allah...maafkan hamba-Mu yang mengiba ini . Sungguh hamba hanya manusia biasa. Sungguh hamba belum siap. Hamba belum rela kehilangan semua ini. "

Bara terisak. Tersedu. Sungguh dia rapuh dikala sendirian. Namun di hadapan orang, dia terlihat sangat kuat.

" Aaaaaaaaaaaakh........ "

Bara berteriak keras. Dia sudah tidak perduli. Kesakitan nya tidak bisa di bendung. Kali ini sungguh dia tidak bisa menahannya. Kali ini sungguh dia sangat lemah.

Apalagi ditambah peristiwa kemarin. Di saat dia melihat foto Arin berkedip. Hatinya merasa sangat sakit. Saat dia melihat sosok mirip Arin di atas pohon. Walaupun dia tidak yakin itu arwah Arin. Walaupun dia tidak percaya semuanya. Namun hal itu malah membuat nya semakin merasa rindu.

Bara masih terisak. Dia masih memejamkan mata. Dia masih berendem. Dan ketika kesadaran nya mulai hilang.

Tubuhnya perlahan melorot. Perlahan kepalanya mulai tenggelam. Di saat itu, tiba-tiba terdengar suara aneh...

Suara seseorang bersenandung. Suara seseorang menyebut nama Bara lirih... Dan kemudian di susul suara minta tolong.

"Aa ... Bara... Aa Bara... "

"Aa.... Tolooooong..."

Bara tersentak. Dia tersengal. Dia Langsung terjaga. Bara terbangun dan dia langsung mengangkat kepalanya dari dalam air. Bara tergagap. Hampir saja .....

Nafasnya tersengal. Hidungnya Kemasukan air. Bara terbatuk....

" Uhuk.... Uhuk.. Alhamdulillah...."

Ucap Bara sambil mengusap wajahnya. Perlahan kesadarannya kembali. Nafasnya masih tersengal. Dia tidak sadarkan diri tadi. Rasa sesak di dadanya yang begitu hebat membuatnya sejenak kehilangan kesadaran .

"Arin.. Terimakasih..."

Bara keluar dari bathtub. Kemudian membilas tubuhnya di bawah guyuran shower. Dia mandi dengan cepat. Karena dia merasa suhu tubuhnya mulai naik.

Setelah itu dia segera berganti baju dan kemudian berbaring di ranjangnya. Bara tidak ingin sakit. Dia harus sehat agar bisa tetap ikut berdoa bersama-sama untuk arwah Arin.

Tok....tok..

Tiba-tiba pintu di ketuk. Ada yang datang.

" Bara .. Nak. Kamu ada di kamar.."

Suara Hary terdengar memanggil. Ternyata papa yang mencari Bara.

"Masuk aja pa, tidak di kunci." Ucap Bara. Dia berbaring bersandar dengan bantal. Bara tidak mau terlihat lemah dihadapan sang papa.

" Kamu kenapa Nak, apa kamu sakit? Wajahmu terlihat pucat..."

Hary mendekati Bara. Duduk di sisi pembaringan dan memegang kening Bara.

" Bara tidak apa-apa kok,Pa.." Bara melengos. Dia menghindari saat tangan sang papa akan menyentuhnya.

" Hm.. Minum obat dulu. Papa ambilkan ya. Setelah itu ada yang mau papa ceritakan ini penting.."

Hary beranjak dari kamar Bara. Hary menuju dapur untuk mengambil obat demam dan minuman hangat untuk sang putra. Walaupun dia seorang pria, namun Hary sangat sigap untuk hal-hal yang demikian. Tidak harus mengandalkan sang istri.

Setelah membuat segelas teh hangat dan juga membawa sepiring makan siang serta obat, Hary kembali ke kamar Bara. Hary tidak mau sang putra sakit. Maka dari itu, dia harus siap dan waspada. Hary tahu bagaimana kondisi sang putra bungsu saat ini.

Hary tahu posisi di tinggal sang kekasih pergi untuk selamanya. Makanya dia selalu ada dan ingin selalu bisa menemani sang putra sampai keadaan membaik.

" Makan dulu ya. Kemudian minum obat.."

Bara memandang sang papa, Kemudian dia mengambil piring yang disodorkan sang papa dengan cepat.

" Terimakasih pa, sebenarnya Bara masih bisa ke bawah untuk mengambil semua ini sendiri.."

" Papa tahu itu. Kali ini saja ijinkan papamu ini melayani kamu. Hm.."

Bara menyuap nasi dengan cepat. Dia makan sambil menunduk. Dia tidak mau sang papa tahu kalau dia sedang menangis.

Bagaimana pun ditutupi , terdengar juga Isak dan juga suara hidung khas orang menangis.

" Menangislah Nak. Laki-laki boleh menangis. Ungkapkan semua yang kamu rasakan.."

Bara meletakkan piring di atas meja, kemudian dia memeluk sang papa yang duduk dipinggir ranjang.

" Keluarkan semua yang kamu rasakan. Jangan di tahan. "

Bara semakin terisak. Dia menangis di pelukan sang papa. Dadanya yang terasa sesak perlahan mulai lega. Kemarin-kemarin Bara hanya tanggung semua kesedihan sendiri. Menangis dalam kamar sendirian. Terpuruk sendirian. Tanpa berani ditunjukkan pada siapa pun. Di luar sana Bara terlihat sangat tegar. Dia takut dikatakan cengeng. Dia tidak mau dikatakan lemah. Tapi memang bebannya terasa sangat berat.

Dan sekarang semua berangsur membaik. Dadanya yang sesak sudah terasa nyaman. Semua bebannya dia keluarkan dalam tangisan di pelukan sang papa.

" Sudah lega sekarang..."

Papa tersenyum melihat ke arah Bara. Dia seperti melihat Bara kecil yang kehilangan mainannya.

"Terlihat baik-baik saja di hadapan orang boleh. Tapi sekuat apa kita menahan, semuanya akan membuat jiwa kamu yang tidak baik. Kan ada papa. Ada mama dan juga ada Arkan. Kita tahu kondisi kamu. Jadi jangan malu untuk mengungkapkan semuanya. Kita semua sayang sama kamu. Dan kami ingin kamu baik-baik saja."

Papa memeluk Bara sekali lagi. Menepuk punggungnya pelan. Papa tersenyum melihat sang putra sudah mau jujur pada keadaan yang sebenarnya.

" Habiskan makannya. Minum obat dan kemudian istirahat. "

Papa beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Sebelum sampai pintu, terdengar Bara memanggil.

"Pa...."

Papa berhenti dan menoleh ke arah Bara.

" Terima kasih..." Ucap Bara sambil tersenyum. Papa hanya mengangguk sambil tersenyum. Sebelum menutup pintu papa berkata

" Oh ya.. Cepat membaik. Ada hal besar yang harus kamu selesaikan secepatnya."

Bara mengangguk mantab. Dia tersenyum dia sangat bahagia melihat kasih sayang yang besar dari sang papa. Setelah minum obat, Bara berbaring. Dia ingin istirahat agar sore nanti bisa kembali sehat dan bisa kembali ke rumah Arin.

" Eh.. Tadi apa maksud papa ya. Hal Besar apa. Ada masalah apa sebenarnya...?"

Bara terdiam. Kenapa tadi dia tidak bertanya langsung. Otaknya sedikit Lola. Karena patah hati, semua bisa merubah segalanya.

Akhirnya karena lelah Bara tertidur. Sangat pulas. Mungkin karena pengaruh obat juga. Namun itu tidak berlangsung lama.

Namun dalam tidurnya, terlihat dia gelisah. Keringat membasahi tubuhnya. Tidurnya juga banyak bergerak. Seperti nya dia bermimpi.

Keningnya dipenuhi keringat. Kepalanya menggeleng beberapa kali.

" Tidak... tidak mungkin.."

Beberapa kali Bara mengigau. Seperti nya mimpi nya sangat menggangu tidurnya.

" Ariiiiiiiiin....."

Dan setelah itu Bara terbangun. dia membuka mata. Memandang hampa ke langit-langit kamar.

Hos... hos.... Hos. Terdengar suara nafasnya yang memburu.

" Mimpi itu lagi.."

Gumam Bara.

" Ada apa ini.. Tadi siang juga mimpi. Astaghfirullah al adzim. Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa belakangan ini mimpi itu selalu datang..."

Bara mengelap keningnya dengan tisu yang ada di meja. Dia turun untuk mengambil minum. Dia merasakan sangat haus sekali. Seperti habis berlari jauh.

Mimpi yang selalu datang belakangan ini sangat mengganggu pikirannya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Arin. Apakah di kehidupannya yang sekarang pun dia tidak merasa tenang.

Sungguh kasian sekali nasibmu Arin. Kenapa di kehidupan dan kematian mu selalu penuh derita.

Semoga semua segera terungkap. Agar arwahmu tenang di alam sana.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan like dan komen Terima kasih ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

🏠⃟ayⷨaⷪnⷨgⱤƲƴƶƶꪶꫝ𝐀⃝🥀❦⃟𝐐_㊍㊍

🏠⃟ayⷨaⷪnⷨgⱤƲƴƶƶꪶꫝ𝐀⃝🥀❦⃟𝐐_㊍㊍

bagiku itu enak... daru gak makan apa2 heheheheheh...

2023-11-13

2

🏠⃟ayⷨaⷪnⷨgⱤƲƴƶƶꪶꫝ𝐀⃝🥀❦⃟𝐐_㊍㊍

🏠⃟ayⷨaⷪnⷨgⱤƲƴƶƶꪶꫝ𝐀⃝🥀❦⃟𝐐_㊍㊍

bilang aja kaget heheheh mengalamun

2023-11-13

2

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

wah bunda ternyata yg manggil, kelaparan ya Bun 😆 kayaknya papa Harry tau sesuatu deh🤔

2023-11-13

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!