Fian masih terlihat lemas. Dia duduk bersandar pada dinding di ruang tamu. Dia masih belum sadar sepenuhnya. Dia sempet pingsan tadi. Dia sangat shock dengan kejadian yang dia alami. Sungguh sesuatu yang di luar nalar.
" Fian.. Ini minum dulu wedang jahenya.."
Andra berusaha membujuk Fian untuk mengisi perutnya, walaupun hanya air. Dari tadi tidak ada sedikit pun air ataupun makan lan yang masuk ke dalam perut Fian . Semenjak dia sadar, Fian hanya melamun terus. Tidak ada sepatah kata pun dia ucapkan. Fian hanya diam dengan mata menerawang. Seperti orang linglung.
" Fian , sebenarnya ada apa. Apa yang kamu lihat." Bara ikut mendekat dan mencoba memeriksa beberapa bagian tubuh Fian, mungkin ada luka ataupun sesuatu yang berbahaya buat diri Fian. Fian tidak menolak sama sekali. Hanya diam yang dia lakukan.
" Biar nak Bara yang menemani Fian sambil memeriksa keadaan Fian. Kamu membawa alat-alat kesehatan kan, Nak.." Tanya ayah pada bara , Ayah baru saja bergabung, setelah menenangkan bunda yang terlihat sedikit shock melihat kejadian tadi.
" Iya Yah, saya selalu membawa kemanapun saya pergi. Buat keadaan darurat seperti ini. Sebentar saya ambil dulu di bagasi motor.."
" Baguslah... Yang lain lanjutkan membaca Alquran..."
" Baik ayah..." Jawab mereka serempak.
Ran dan Rama segera mengambil air wudhu untuk melanjutkan membaca ayat suci Alquran yang tadi sempat terhenti. Sedangkan Bara berjalan keluar rumah. Dia menuju motornya yang diparkir di samping rumah. Ada perasaan takut juga dalam dirinya, apalagi setelah kejadian barusan. Namun dia harus berani. Cuma sebentar untuk mengambil peralatan saja.
" Biar ayah temani..."
Bara terkejut. Tidak menyangka tiba-tiba ayah sudah ada di sampingnya. Seperti nya ayah bisa membaca pikiran Bara.
Bara cuma mengangguk. Sebenarnya dia malu. Tapi sungguh keadaan saat ini terasa berbeda buat Bara. Hawa mistis yang terasa di halaman samping rumah terasa sangat menyeramkan buat Bara. Dibilang takut,ya memang takut. Tapi sebagai laki-laki dia harus bisa menahan dan melawan semua rasa takut yang ada dalam dirinya.
" Nak Bara, terima kasih selalu mau mendoakan Arin. Terima kasih atas bantuannya selama ini.." Ayah mengusap bahu Bara dengan pelan.
" Sudah sewajarnya saya melakukan itu semua ayah, keluarga ayah sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri. Jadi tidak perlu berterima kasih. " Ayah merasa sangat terharu. Dia senang karena dikelilingi orang-orang yang sangat baik. Mata Ayah berembun mendengar ucapan Bara. Begitu juga dengan Bara. Dia jadi merasa bahagia dan sedih sekaligus. Hatinya jadi menghangat bila bersama keluarga ayah.
"Ayo yah masuk. Ini alat-alat nya sudah saya bawa .."
Ayah mengangguk, Mereka berdua kembali masuk rumah. Terasa sangat sejuk dan nyaman ketika sampai pintu depan, karena sudah mulai terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan oleh Ran. Terdengar sampai luar rumah dan membawa rasa nyaman untuk setiap yang mendengarkan nya.
" Teruskan Ran, nanti bisa bergantian dengan yang lain. Ayah melihat bunda dulu. Nanti ayah temani di sini.." Ucap ayah sambil berjalan menuju kamar. Ayah masih mengkhawatirkan keadaan bunda. Bunda sempat menangis menyebut-nyebut nama Arin. Ayah dan bunda sangat bersedih karena kematian Arin yang menimbulkan hal-hal yang sungguh sangat tidak pernah mereka duga.
Kejadian-kejadian aneh yang diawali dengan pembongkaran makam, terus berlanjut dengan kejadian aneh dan tidak wajar lainnya. Keluarga berharap, kejadian malam ini adalah kejadian yang terakhir. Mereka tidak ingin, kematian Arin dijadikan bahan gunjingan. Karena keluarga sangat mengetahui dengan pasti kebenaran sifat dan sikap Arin semasa hidupnya.
Sementara itu, Bara masih memeriksa Fian. Andra duduk menemani. Andra khawatir melihat keadaan Fian. Mereka masih bingung dengan keadaan Fian. Sebenarnya mereka juga sangat penasaran, dengan apa yang telah terjadi dengan Fian, sehingga dia bisa pingsan dan menjadi seperti orang yang linglung.
"Bagaimana keadaan Fian, dokter..."
" Secara fisik dia tidak apa-apa. Hanya lecet sedikit. Mungkin tadi jatuhnya pas terkena batu yang kasar, sehingga melukai kulitnya. Tapi ini tidak berbahaya , hanya luka luar. Tenang saja." Bara menyimpan kembali peralatan medisnya. Sebenarnya dia ingin sekali mengetahui apa yang Fian lihat. Apa mungkin sama dengan yang dia lihat. Namun Fian belum bisa diajak bicara.
" Kenapa Fian jadi begini ya..." Andra memandang Fian dengan prihatin. Adiknya yang biasanya ceria kini hanya diam saja. Duduk dengan pandangan kosong.
" Saya juga bingung. Di tubuhnya tidak ada luka yang serius. Semua baik-baik saja.. " Bara memandang Fian sekilas, kemudian Bara menerawang melihat ke langit-langit ruangan. Dia kembali teringat kejadian yang dia alami tadi siang.
"Tidak ada bekas gigitan ular kan..." Andra semakin khawatir. Andra takut kalau ular itu bisa keluar dari dalam karung.
"Tenang saja, tidak ada luka yang menunjukkan ke arah itu. Apalagi sampai terkena bisa, pasti dia sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut.." Memang Tidak luka luar yang serius ditubuh Fian. Terbentur pun sepertinya tidak.
Andra tadi juga menyaksikan sendiri, Setelah mengangkat Fian masuk rumah, tadi ayah juga sudah melihat karung yang berisi ular masih terikat kuat dan aman di dalam kandang ayam. Kemungkinan besar ular itu tidak mungkin bisa menggigit Fian.
Memikirkan hal itu Andra sedikit merasa tenang. Akhirnya Mereka berdua hanya duduk berdiam diri saja. Duduk disamping Fian sambil mendengarkan suara indah Ran saat membaca ayat suci Alquran. Sungguh membuat jiwa tentram. Udara pun menjadi sejuk dan nyaman.
Fian terlihat ikut mendengarkan. Air mukanya sudah sedikit memerah, tidak pucat lagi seperti tadi. Tatapan matanya pun sudah tidak kosong lagi. Mungkin ini karena bacaan Alquran yang Fian dengar telah membuat jiwa Fian kembali tenang.
Tanpa ada yang menyadari Fian meneteskan air mata. Tak lama kemudian Fian terisak. Fian menangis.
Bara yang tadi memejamkan mata kerena menikmati alunan lagu indah tilawah yang dilakukan Ran, terkejut. Bara membuka matanya. Dia merasakan keanehan dalam diri Fian. Bara yang mendengar Fish menangis segera melihat ke arah Fian.
"Fian kenapa.. Ada yang sakit kah. Kenapa menangis hm.."
Andra terkejut mendengar ucapan Bara. Begitu juga dengan Rama. Mereka memang benar-benar sedang meresapi alunan indah suara Ran. Jadi tidak memperhatikan Fian .
"Kenapa Fian. Apa ada yang terjadi lagi...?"
Mereka memandang ke arah Fian. Melihat Fian yang berurai airmata mereka merasa bingung. Saat ditanya pun Fian tidak menjawab. Dia hanya menundukkan kepala.
"Fian, apa yang Lo rasakan. Katakan Fian. Jangan begini...." Andra ikut menangis. Andra menggoyang-goyangkan tubuh Fian. Berharap Fian bisa kembali normal seperti sedia kala. Andra tidak akan secengeng ini jika bukan menyangkut adiknya tersebut.
"Bang....."
" Ya Fian... Ada apa. Katakan Lo kenapa. Kenapa Lo menangis..."
" Kenapa Fian. Ada yang mau kamu katakan.."
Saat mendengar Fian berbicara, mereka segera mendekati Fian dan duduk mengelilingi Fian.
" A.... rin.... " Ucap Fian terbata sambil terisak.
"Arin... Ada apa dengan Arin..."
Semua menunggu apa yang selanjutnya akan diucapkan Fian. Mereka menunggu dengan perasan tidak karuan.
"A.. Rin.. Hiks... Hiks... Tidak mungkin.. Tidak mungkin..." Fian kembal terlihat histeris. Andra segera memeluk Fian, berusaha untuk menenangkan.
" Apa yang tidak mungkin Fian. Katakan.." Rama sudah sangat tidak sabar. Ketika Fian menyebut nama sang kakak hatinya merasa sangat tidak nyaman.
" Sabar Rama...." Bara coba menenangkan Rama. Perasaan mereka mungkin sama saat mendengar nama Arin disebut Fian tadi. Apalagi mereka semua juga mengalami hal yang aneh.
" Fian .. Katakan ada apa. Perlahan saja..." Andra berusaha menenangkan Fian. Dia berkata dengan lembut. Walaupun sebenarnya dia juga tidak sabar ingin mengetahui yang sebenarnya.
" Tadi A.. Rin.. Jadi setan.. Hiks.. Hiks.." Fian semakin terisak. Dia sungguh tidak rela. Dia tidak mau jadi begini akhirnya. Semua tidak pernah ada dalam pikirannya. Mana mungkin Arin yang baik bisa menjadi makhluk yang sangat menyeramkan.
" Astaghfirullah Fiaan..." Ayah berteriak. Ayah tidak terima dengan apa yang Fian bilang. Tidak mungkin itu akan terjadi.
" Tapi ayah.. tadi dia memperlihatkan wujudnya di depan Fian..."
" Tidak mungkin... tidak mungkin.." Ayah berkata sambil berlalu. Sungguh ini hal yang sangat tidak dia inginkan. Orang tua mana yang telah anaknya meninggal dan menjadi arwah penasaran. Sungguh ayah tidak terima dengan semua ini.
" Fiaan... jangan berkata ngelantur.."
" Tapi semuanya benar, tadi wujud itu menunjukkan muka Arin yang hancur.. Tidak.. Tidak.. tapi gue juga tidak percaya.." Fian menggeleng-gelengkan kepala seolah tidak mau menerima apa yang dia lihat tadi.
Andra juga masih tidak percaya. Arin yang terkenal baik hati , mana bisa menjadi arwah penasaran.
Sedangkan Bara, Rama dan Ran hanya terdiam. Mereka juga tidak percaya. Walaupun mereka mengalami hal yang aneh, namun mereka bertiga yakin itu bukan arwah Arin yang sesungguhnya. Pasti ada seseorang yang dengan sengaja menggunakan jenazah Arin untuk hal yang tidak benar.
Ran mendekat Rama yang duduk sedikit jauh dari mereka. Rama tidak terima dengan ucapan Fian. Tapi Rama juga tidak menyangkal. Dengan kejadian tadi pagi dia sudah mengira akan ada hal aneh yang akan terjadi selanjutnya.
Perasaan Rama sangat tajam. Dia bisa merasakan hal-hal mistis yang terjadi di sekitarnya. Makanya setelah kejadian tadi pagi Rama sudah mulai waspada. Dia semakin sering membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Dia hanya masih diam karena belum yakin yang dia rasakan . Rama masih harus mencari bukti terlebih dahulu.
" Ram.. " Ran mendekati Rama.
" Iya kak. Ada apa..? Jangan takut.."
" Tidak .. Ran tidak takut kok. Tenang saja. Ran sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Justru kamu harus sabar ya. Mungkin Fian hanya mengarang cerita.."
" Iya kak, Rama tidak apa-apa. Rama akan semakin mendekatkan diri pada Allah saja. Biarkan semua Rama serahkan pada sang pembuat hidup dan mati. "
" Baguslah..."
Mereka berdua terdiam lagi. Mereka diam Namum pikiran mereka kemana-mana. Banyak hal berseliweran di kepala mereka. Banyak spekulasi yang mereka pikirkan tentang hal yang diucapkan Fian tadi.
" Sebaiknya kita teruskan membaca Al-Qur'an. Agar kita semua diberikan pikiran yang bersih dan dijauhkan dari segala mara bahaya.. "
Rama kemudian membuka kembali Al-Qur'an yang ada didepannya. Dan membacanya dengan suara yang sangat merdu. Dia ingin semalam suntuk melakukannya. Dia ingin rumah ini tenang dan nyaman. Tidak ada gangguan apa pun.
Semua yang ada kembali menyimak bacaan Rama. Hati mereka menjadi sedikit tenang. Pikiran mereka sejenak teralihkan. Malam ini mereka akan tetap begadang untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Pemberi Hidup.
Untuk mencari ketenangan dan jawaban atas apa yang sebenarnya terjadi di hadapan mereka. Mereka harus memasrahkan semuanya kepada kehendak Allah SWT. Semoga semua hal yang akan datang di depan nanti bisa mereka lewati dan atasi dengan penuh kesabaran dan ketenangan pikiran dan hati.
Bersambung
Jangan lupa tinggalkan like dan komen Terima kasih ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
яυву
sebagai orang tua pasti g mau klo arwah anaknya gentayangan gt, pasti ad org yg julid sm keluarga Arin.. hebat ya si Han kuat bgt pdhl ada orang lg bc Al Qur'an 🙈
2023-11-13
6
Fellaini Wu
dari pada menangis Fian titip sandal dulu saya di panggil bang Yuezhi
2023-11-08
5
тαуσηg
pastinya gejala-gejala aneh bermunculan, apalagi meninggal nya ga wajar
2023-10-16
6