"Ram..."
Rama masih asyik menyapu halaman yang kotor karena dedaunan yang jatuh saat angin bertiup kencang tadi. Dia tidak mendengar suara Bara yang memanggil namanya.
"Rama..."
Bara kembali memanggil Rama. Mungkin suaranya tidak keras sehingga Rama tidak mendengar suaranya.
"Ramaaa..."
Bara sedikit berteriak sambil menyentuh bahu Rama.
"Astaghfirullah Al adzim... Bang Bara. Bikin kaget aja." Rama terkejut. Dia sungguh sangat fokus pada sapunya. Dan lagi dia memakai headset di telinganya.
"Dari tadi dipanggil tidak dengar kamu."
"Hehehe... Maaf bang." Rama cengengesan. kemudian dia melepaskan headset nya.
"Ada apa bang?"
" Tidak ada apa-apa. Cuma heran saja. Halaman kotor sekali. Tumben kamu baru menyapu jam segini." Bara melihat ke sekeliling. Dia tahu Rama rajin sekali membersihkan halaman. Tidak mungkin sampai kotor seperti ini.
"Udah di sapu tadi pagi. Barusan ada angin ****** beliung datang. Rontok lagi daun jambunya."
Rama menjelaskan pada Bara apa yang terjadi. Kemudian Rama melanjutkan menyapu. Karena tinggal sedikit lagi daun-daun itu terkumpul. Namun tiba-tiba...
Wuusssss.......
Ada angin lagi yang bertiup sedikit kencang. Dedaunan yang dikumpulkan Rama berantakan lagi.
"Hah .. Ada apa si. Udah mau selesai, kenapa angin datang lagi. Berantakan lagi kan. Heh...."
Rama menggerutu. Namun tetap meneruskan menyapunya.
"Aku bantuin Ram, Tumben angin bertiup kencang." Bara mengambil sapu dan mulai membantu Rama menyapu.
Mereka berdua menyapu sambil berbincang dan bercanda.
Dari kejauhan tampak sepasang mata menatap tajam ke arah mereka. Pandangan yang terlihat ada kebencian dan rasa tidak suka pada keduanya. Mungkin ada dendam di hati orang tersebut. Atau mungkin ada sesuatu yang tidak bisa dipahami telah terjadi. Tiba-tiba.
Wuuussss........
Angin bertiup lagi. Sekarang lebih kencang dari yang tadi. Daun-daun yang sudah terkumpul berantakan lagi.
"Ini sebenarnya ada apa sih. Tumben banget angin bertiup kencang."
Rama kembali menggerutu. Dia mengusap mukanya kasar. Dia sungguh sangat capek sudah berkali-kali mengumpulkan daun-daun tersebut, setelah berkumpul ada angin lagi. Dan daun-daunan berantakan lagi.
Bara hanya terdiam. Dia memandang ke sekeliling. Bara merasakan sesuatu yang berbeda.
"Heh... "
Rama menarik nafas berat. Rama akhirnya berhenti menyapu. Dia rebahan di bangku yang ada di bawah pohon jambu. Dia merasa putus asa.
"Tidak dilanjutkan Ram..?"
"Capek bang. Istirahat dulu. Ini angin sengaja banget. Kapan rapinya kalau begini terus." Rama memejamkan mata. Dia sungguh sudah sangat capek. Capek hati juga
Bara kembali melihat ke sekeliling. Di sebrang jalan dia melihat seseorang yang sedang memperhatikan rumah Arin. Bara menyipitkan mata berusaha untuk melihat lebih jelas siapa dia. Dia berjalan mendekat ke arah pagar, agar bisa melihat dengan jelas orang tersebut. Namun orang tersebut sadar dan segera pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Hm.. Apa mungkin ada orang yang sengaja berbuat jahat ya." Gumam Bara. Dia merasa curiga dengan gerak gerik orang tersebut.
Rama masih rebahan dengan mata terpejam dan muka cemberut. Bibirnya sampai maju. Dia benar-benar merasa lelah. Menyapu sudah beberapa kali, halaman masih saja kotor.
Sementara itu terlihat Bara meneruskan menyapu. Mulutnya terlihat komat kamit. Entah apa yang Bara ucapkan. Seperti bersenandung. Namun menyapunya sangat lancar. Daun-daun segera bisa dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tempat sampah.
Mendengar suara orang yang sedang menyapu, Rama membuka mata. Sungguh dia tidak menduga. Rama melihat Bara sedang menyapu. Semua dedaunan sudah terkumpul semua. Halaman terlihat sudah bersih.
"Hah.. Secepat itu Bang Bara menyapu."
Rama membelalakkan mata. Dia langsung bangkit dan duduk. Dia tidak percaya. Secepat itu Bara menyapu dan semua bersih seketika.
"Bang.. Benarkah ini? Kenapa pas Abang yang nyapu ga ada angin bertiup sedikitpun. "
Bara menoleh ke arah Rama. Dia tersenyum. Namun sejurus kemudian dia tertawa. Rama tertegun. Ada apa dengan Bara. Bara tidak pernah tertawa seperti itu. Tawa Bara terdengar aneh. Bukan tawa yang biasanya. Wajahnya seperti sedang menyeringai.
"Bang...."
Bara tidak menjawab . Namun dia menoleh memandang Rama dengan sorot mata tajam. Wajahnya terlihat menyeringai.
"Astaghfirullah Al adzim..."
Rama bangkit dari duduknya. Dia mendekati Bara. Namun sejurus kemudian. Dia kembali menjauh. Ada sesuatu yang lain di diri Bara. Ini bukan seperti yang terlihat.
"Allahu Akbar...Kamu siapa."
Rama berteriak. Rama sangat terkejut melihat tingkah Bara yang tidak biasa. Rama seperti tidak mengenali Bara. Tatapan Bara terlihat kosong.
"Bang.... Istighfar bang.. Istighfar..."
Rama pernah melihat keadaan seperti ini. Dia pernah melihat orang yang dirasuki makhluk alam lain. Rama mencoba mendekati Bara. Rama membaca ayat kursi dan beberapa doa yang pernah dia hapalkan.
"Bang...."
Bara tersentak. "Hah ...Ada apa Rama?"
Bara terlihat seperti orang linglung. Tengok kanan dan kiri.
"Abang yang kenapa.."
"Ah.. Tidak. Eh.. Semua sampah sudah terkumpul. Akhirnya semua selesai ya. Kamu hebat Ram."
Rama semakin terpaku. Rama heran. Bukannya tadi yang menyapu Bara. Namun kenapa malah berucap seperti itu. Ada sesuatu yang ganjil
"Bukan aku yang menyapu. Tapi Abang tadi. Bang Bara menyapu begitu cepat dan sangat luwes tadi. Abang biasa ya mengerjakan di rumah."
"Hah... Saya yang menyapu. Tidak mungkin." Ucap Bara sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Saya tadi dari sana. Saya ke halaman depan sebentar Karena melihat orang yang mencurigakan selalu memandang ke arah rumah kamu."
Rama terdiam. Kalau Bara pergi, lalu yang menyapu barusan siapa. Dia benar-benar melihat Bara yang sedang menyapu semua daun-daun yang berserakan tadi.
Apa mungkin...
Rama menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak... tidak mungkin..."
Bulu kuduk Rama tiba-tiba berdiri. Dia merasa merinding dan bergidik. Dia memandang ke sekeliling. Kemudian memandang ke arah pohon jambu.
Dia semakin heran. Daun jambu masih terlihat banyak. Tidak ada yang berubah dengan pohon jambu tersebut. Padahal tadi rontok semua. Tidak mungkin masih serimbun itu.
Rama memegang tengkuknya. Dia memandang ke arah Bara yang terlihat keheranan melihat tingkah Rama.
"Rama..Ada apa? Apa yang kamu lihat."
Rama masih memandang Bara. Matanya tidak berkedip. Dia terlihat waspada.
"Rama... Rama.. Eh kamu kenapa?"
"Eh... Iya bang.." Rama gelagapan. Bara melambaikan tangan di mukanya.
"Kamu kenapa bengong seperti itu. Ada yang aneh dengan saya."
"Tidak bang. Tidak ada yang aneh.Tapi..."
"Tapi apa Ram..."
Rama ragu mau berucap. Dia tidak ingin ditertawakan karena siang hari dia melihat hantu. Apa mungkin hantu muncul di siang hari.
"Tidak bang.. Tidak ada apa-apa."
"Tapi wajah kamu menunjukkan sebaliknya. Kamu sebenarnya kenapa.."
"Hm... Abang benar tadi pergi ke halaman depan deket pagar?" Rama berucap pelan. Dengan ragu akhirnya dia lontarkan pertanyaan pada Bara.
"Iya benar.. Ada apa memangnya."
"Kalau Abang berjalan ke sana lalu yang menyapu tadi siapa..?"
"Maksud kamu bagaimana?"
Rama menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung harus bercerita seperti apa. Apa mungkin Bara bisa percaya apa yang akan dia ceritakan itu.
"Ada apa sih. Tingkah kamu jadi semakin aneh..."
"Hehehe... Bang..." Rama menggantung ucapannya. Dia masih ragu. Namun akhirnya dia teruskan apa yang ingin disampaikan.
"Bilang saja. Jangan bikin saya penasaran. Kamu malah cengengesan begitu."
"Hm.. Anu bang.."
"Anu.. Anu. Kamu kenapa sih.."
Bara semakin tidak sabar melihat tingkah Rama. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi di sini. Apalagi setelah kejadian tadi. Adanya orang yang memperhatikan rumah Rama.
"Benar tadi Abang di deket pagar ya..?'
"Iya Rama.. Berapa kali saya harus mengulang jawaban saya."
"Kalau Abang berdiri di sana terus tadi yang menyapu siapa..?"
"Maksud kamu bagaimana..?"
"Jadi begini bang, tadi aku melihat Abang yang menyapu halaman. Abang begitu cepat menyapu dan mengumpulkan semua daun jambu itu..Tapi kalau Abang yang di sana lalu yang menyapu siapa...?"
Bara tertegun. Mereka berdiam terdiam dengan pikiran masing-masing. Ada keganjilan di sini. Bara melihat ke arah pohon jambu. Dia melihat daunnya masih banyak. Masih rimbun. Seperti tidak berkurang sedikit pun.
"Bang... Jangan bilang ada penampakan yang menyerupai Abang menyapu tadi.."
Rama memegang tengkuknya. Dia semakin merinding.
Tiba-tiba...
Hihihihihihihihihi.... Hihihihihi...
Rama dan Bara serentak menoleh ke arah suara itu. Tidak ada siapapun di sana. Cuma pohon jambu terlihat bergoyang seperti ada yang memanjat.
Mereka berdua saling pandang dan .......Mereka berlari masuk rumah. Mereka berlarian tak beraturan.
Hos...hos...hos...
Suara nafas Bara dan Rama terdengar memburu. Mereka berhenti di teras rumah. Dan kembali memandang ke arah pohon jambu.
Pohon jambu terlihat tidak ada keanehan. Tidak ada angin yang berhembus juga. Tidak ada pergerakan seperti tadi.
Mereka saling pandang kembali. Namun sejurus kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha...."
Mereka menertawakan tingkah mereka sendiri. Yang lari tunggang langgang hanya karena pohon jambu bergoyang.
"Bang tadi apa sebenarnya...."
"Tidak tahu Ram.."
"Abang dengar tidak tadi ada suara tawa...."
"Hah.. Apa suara tawa. Siapa yang tertawa..?"
"Suara tawa perempuan. Tapi apa mungkin ya bang.. masa siang hari ada hantu. Lalu kenapa Abang ikut lari tadi.."
"Ngikutin kamu. Kamu berlari ya aku ikut.."
"Dihh Abang ga jelas banget..."
Rama berjalan masuk ke dalam rumah. Dia masih penasaran apa sebenarnya yang telah terjadi tadi.
Bara mengikuti Rama. Dia juga merasa penasaran. Namun dia berusaha menyembunyikan semuanya dari Rama. Dia akan menyelidiki sendiri nanti.
"Eh.. Kenapa kalian berdua.. Berlari sekencang itu. Seperti dikejar hantu..."
Rama dan Bara menoleh ke arah suara tersebut. Mereka lupa ada Fian yang masih di dalam ruang tamu.
"Tidak.. tidak ada apa-apa. Kita lagi berlomba lari ya Rama ya.." Ucap Bara. Dia memberi kode pada Rama. Tentu saja Bara merasa malu kalau seandainya ada yang mengetahui sebab mereka berlarian kencang tadi.
"Iya.. Iya...Hahaha...."
",Apa sih Ram, ketawa nya kenceng amat."
Rama mencebik. Dia tidak ingin kejadian tadi ada yang mengetahui. Walaupun muka Rama masih terlihat sedikit pucat dan juga nafas yang masih ngos-ngosan.
Begitupun dengan Bara. Keringat bercucuran di dahinya. Padahal jarak halaman ke rumah cuma 15 meter. Namun mereka berdua lari seperti lari sprint. Sekuat tenaga.
"Sebenarnya ada apa sih. Kok gue curiga ya.."
"Curiga kenapa Fian..." Bara berusaha menutupi yang sebenarnya terjadi dengan berusaha bersikap biasa saja.
"Tingkah kalian berdua kok aneh ya.." Fian mengamati wajah Rama dan Bara bergantian seperti seorang polisi yang sedang mengintrogasi maling.
"Aneh bagaimana? Wajah saya masih tampan. Atau malah semakin tampan karena keringat ini." Bara mengelap keringatnya sambil tersenyum untuk menutupi rasa gugupnya.
"Hilih.. Pak dokter yang narsis." Bibir Fian mencebik. Akhirnya Fian mengalah. Dia tidak membahas lagi. Dia malas kalau Bara sudah berkata seperti itu.
Dan Rama berjalan ke dapur di ikuti Bara.
"Saya haus Ram, Boleh minta minum tidak . Yang dingin ya. Ada sirup tidak?"
"Woii... Abang dokter. Kalau minta itu jangan yang macem-macem." Fian yang mendengar ucapan Bara berteriak mengejek Bara.
"Sirik aja sih loe bang, Bang Fian mau enggak es sirup. Atau mau nutrisi." Rama yang mendengar ucapan Fian membalas dengan santai. Sedangkan Bara hanya tersenyum malu.
"Mau... Mau.. Gue mau nutrisi blewah ya..." Jawab Fian dengan cepat. Dia tidak mau melewatkan kesempatan dibuatkan minuman dingin. Dia juga merasa haus.
"Yakin mau.. "
"Iya mau... Mau banget..."
"Beli Sono.... Hahaha...." Ucap Rama sambil berlalu. Dia tertawa terbahak-bahak. Dia suka sekali menggoda Fian.
",Sialan... Kirain beneran nawarin." Fian menggerutu. Dia kesal hanya dikerjain oleh Rama. Namun dia bangkit ikut ke dapur.
Bara hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Inilah yang membuat dia betah di rumah ini. Keakraban dan rasa kekeluargaan yang kental yang membuat dia selalu kembali dan kembali lagi berkunjung ke rumah ini.
"Ran di mana ya.. Bukannya tadi dia di dapur mau melihat panci yang jatuh."
Bara dan juga Fian celingukan melihat ke arah dapur. Dia tidak melihat Ran. Lalu di mana dia. Dari tadi tidak terdengar suara Ran semenjak mereka mendengar suara panci yang jatuh.
Di mana Ran ya kira-kira...
Tiba-tiba....
"Itu... Itu...!!!
Bersambung
Jangan lupa tinggalkan like dan komen. Terima kasih ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
kayaknya ada penampakan yg menyerupai bara deh.. rama sih pake tiduran segala bukannya buruan selesai in nyapunya..
2023-11-16
7
Fellaini Wu
sampai di dini dulu ck ada yang memanggil
2023-11-08
4
🏠⃟🦋DELA🦋
iddiiihhh Ossy encuuumm deh 😂😂😂🏃🏃🏃
2023-10-09
4