Episode 11

Ayah dan rombongan yang tadi pergi ke mushola untuk sholat subuh berjamaah, sudah kembali. Mereka menuju meja makan. Mereka masih ingat kalau mereka meninggalkan teh hangat dan juga pisang rebus, yang di sediakan bunda.

Mereka merasa lapar dan ingin mengisi perut meraka dengan cemilan yang hangat. Dan di pagi hari yang dingin ini pas banget dengan suguhan yang sudah bunda buat.

Masih tersedia semuanya di meja. Dan sekarang sudah berpindah tempat ke ruang tamu. Fian yang memindahkan semuanya. Mungkin lebih nyaman menikmati sambil duduk lesehan di tikar. Kursi di ruang tamu sengaja belum di benahi. Karena memang ruang tamu masih digunakan untuk mengaji, dan lebih nyaman duduk di tikar.

" Mantab.. manis sekali pisangnya.." Ucap Fian sambil mengunyah pisang rebus yang dia bawa. Ditemani teh hangat sungguh nikmat untuk dinikmati di pagi hari yang dingin.

Ayah yang ikut duduk di antara mereka hanya tersenyum melihat Fian yang dengan lahapnya menikmati suguhan yang telah disediakan bunda.

" Apa kalian tidak capek dan juga tidak mengantuk. Semalaman berjaga tidak istirahat ?" Tanya ayah sambil melihat satu persatu orang yang ada di ruangan. " Ikut Rama istirahat di kamar Sono. " Sambung ayah lagi.

Rama memang langsung masuk kamar setelah pulang dari musholla. Katanya dia sangat mengantuk dan juga lelah. Memang tadi Rama terlihat lemas dan sayu.

" Sebentar lagi mungkin saya akan pulang..." Jawab Bara. Dia sudah menguap beberapa kali namun matanya masih dipaksakan untuk terbuka.

" Sudah menguap kamu Nak. Sudah Sono masuk kamar saja . Tidur disini juga tidak apa-apa. Malah bahaya kalau kamu pulang dalam keadaan mengantuk.." Sekali lagi Ayah memandang mereka satu persatu, melihat anak-anak yang dengan tulus selalu menemani beberapa hari belakangan ini, ayah sungguh merasa sangat berterima kasih.

" Iya yah..."

Namun tak lama kemudian, sudah terdengar suara orang mendengkur. Ternyata Andra sudah tidur. Setelah menghabiskan satu buah pisang dan satu gelas teh, Andra terlihat merebahkan tubuhnya, dan ternyata dia langsung terlelap. Mungkin memang sudah tidak bisa menahan kantuknya.

" Hm.. bahkan Andra sudah pulas." Baru selesai berbicara Ayah melihat bara menguap lebar. " Sudah Sono masuk kamar Rama saja. Tidur di kamar Rama saja ..." ucap Ayah lagi.

Bara tidak menyahut, malah merebahkan dirinya di tikar. Dia sudah tidak bisa menahan kantuknya juga. Akhirnya ketiga orang tersebut tertidur di ruang tamu. Mungkin sudah tidak bisa menahan lelah dan kantuknya. Ayah hanya menggelengkan kepala dan kemudian bangkit menuju ke dalam kamar meninggalkan mereka yang tertidur pulas

Ayah juga mau istirahat. Ayah juga lelah. Sebenarnya semalam dia juga tidak tidur. Namun ayah sengaja tidak keluar dari kamar. Ayah menjaga bunda yang masih terlihat shock dan juga Ayah ingin memantau keadaan, dari dalam kamar saja. siapa tahu ada yang iseng meneror mereka lagi. Ayah juga sedang memikirkan dan menelaah semua kejadian yang telah terjadi belakangan ini.

Sementara itu Bunda dan Ran masuk rumah dari pintu samping. Setelah tadi menyaksikan sesuatu hal yang ganjil di bawah pohon jambu, Bunda terlihat sedih. Bunda berjalan sambil melamun. Bahkan bunda menjadi tidak hati-hati.

" Bunda hati-hati..." Ran melihat bunda yang terhuyung, hampir saja kepala bunda terbentur pintu.

" Maaf Ran.."

" Kenapa minta maaf bunda.."

Bunda hanya menggelengkan kepala. Pikiran bunda tidak tenang. Dengan pasrah dia melangkah sambil digandeng oleh Ran. Bunda merasa lemas dan juga pusing. Mencium bau kemenyan membuat kepala pusing. Apalagi ditambah dengan pemandangan yang begitu menyeramkan buat bunda.

Bunda sangat marah dan juga sedih melihat putri kesayangannya dijadikan sarana untuk berbuat jahat. Apalagi si pelaku sengaja melakukan semua itu dilingkungan rumah mereka sendiri

" Bunda istirahat saja di kamar ya.. Biar Ran yang memasak.."

Bunda duduk di kursi ruang makan dengan lesu. Pandangan matanya terlihat kosong.

" Bunda.. Bunda jangan begini. Bunda harus kuat. Kalau bunda begini bagaimana kita akan melawan mereka.."

Ran tidak tega melihat bunda. Pasti bunda merasa sangat terpukul dan terluka.

" Istighfar bunda. Mending bunda memperbanyak berdoa demi ketenangan arwah Arin.." Ucap Ran lagi.

Ran bingung harus bagaimana menenangkan bunda. Dalam keadaan seperti ini semua memang harus saling mendukung dan memberi semangat.

"Ran..Bunda mau ke kamar saja ya.." Bunda bangkit dan berjalan tertatih. Ran segera membantu bunda. Dia peluk tubuh bunda dan mengantarkannya ke dalam kamar.

Di dalam kamar terlihat ayah sedang termenung di atas pembaringan. Mulut ayah komat-kamit seperti membaca sesuatu.

" Eh.. Bunda kenapa...?"

Begitu melihat bunda yang dituntun Ran, Ayah langsung terlonjak kaget. Ayah bangun dan menyongsong tubuh bunda.

" Kenapa Bundamu Ran...,"

Ayah menyambut bunda dan kemudian menyuruh bunda duduk di sisi pembaringan.

Bunda hanya diam. Tatapan matanya masih terlihat kosong. Di kepalanya terlintas begitu banyak pikiran buruk.

" Itu ayah.. Bunda hanya ingin istirahat. Bunda merasa pusing katanya.."

Setelah bunda duduk, Ran keluar kamar berniat meneruskan pekerjaannya. Hari semakin siang dia harus segera membuatkan sarapan untuk semua orang dan setelah itu dia akan istirahat juga.

Tubuhnya juga merasa lelah dan capek. Beberapa hari ini istirahatnya kurang di tambah dia mengalami beberapa kejadian aneh.

Ran menuju dapur. Dia segera memasak. Dia hanya akan membuat nasi goreng dan telur dadar. Dia mengerjakan sendiri dengan cepat. Tidak lama kemudian semua telah siap. Ran menyiapkan di meja makan. Lengkap dengan semua peralatan makan. Piring sendok gelas sudah ditata rapi semua di meja.

Ran berjalan ke ruang depan bermaksud memanggil yang lain untuk sarapan . Namun dia mengurungkan niatnya saat dia lihat mereka bertiga tertidur pulas. Ran merasa tidak tega dan juga kasian,mereka semua pasti capek dan mengantuk.

Akhirnya Ran berniat memanggil ayah serta bunda saja. Namun di saat dia akan mengetuk pintu, terdengar suara aneh . dari dalam kamar Arin yang kebetulan letaknya bersebrangan dengan kamar bunda. Ran terdiam. Dia menoleh ke arah kamar, Dia teringat kejadian semalam. Suara itu sama persis seperti tadi malam. Seperti benda lunak yang terjatuh. Ran sudah berpikir yang tidak-tidak. Dia takut kalau itu ular lagi.

Karena hari sudah terang, Ran beranikan diri untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar. Namun dia sungguh tidak menyangka. Suara itu...

Kriieeeettt.....

Pintu kamar dia buka. Entah mengapa suara pintu yang dia buka terdengar nyaring sekali. Tidak seperti biasanya. Ran tertegun sejenak. Terdengar berbeda. Dia menghentikan langkahnya. Hatinya berdebar. Suara pintu yang dia buka barusan bergema di telinganya. Seperti suara pintu tua yang jarang di buka.

Ran memegang tengkuknya. Bulu kuduknya mulai berdiri. Dia mulai merinding. Pikiran nya sudah kemana-mana. Ran memutuskan berbalik arah. Dia tidak jadi masuk kamar. Dia ingin membangunkan salah satu dari mereka yang tertidur. Namun baru saja dia memutar tubuhnya, terdengar suara jendela yang tertutup dengan kencang. Seperti sengaja dihempaskan.

Braaaakk....

Jendela seperti tertiup angin kencang , tertutup dengan kencang dan kemudian terbuka dengan sendirinya. Suaranya sangat kencang. Ran semakin mempercepat langkah. Dia memutuskan lari ke ruang depan untuk membangunkan Fian atau yang lainnya.

Begitu sampai di ruang depan, dia tidak melihat siapa pun lagi. Ruangan itu kosong. Yang dia lihat sepanjang ruangan itu hanya ada hamparan permadani berwarna merah yang digelar menutupi seluruh lantai. Dan ruangan itu berubah menjadi sangat luas. Ran semakin merasa takut. Hatinya bergejolak.

"Apa lagi ini..." Gumam Ran.

Ran terdiam. Dia pejamkan mata. Ran kuatkan hatinya. Dia tidak boleh takut. Dia meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Kemudian dia berdoa dalam hati. Karena mulutnya seperti terkunci. Ta'awudz dia lafalkan. Kemudian dia membaca tiga surat terakhir Al-Qur'an. Al Ikhlas, Al Falaq dan An-Nas. Dan juga tidak lupa membaca ayat kursi.

Setelah itu Ran membuka mata. Keadaan kembali seperti semula. Terlihat tiga orang tertidur pulas di tikar. Walaupun masih ada rasa takut hatinya sudah mulai tenang. Kemudian Ran duduk di ruang tamu. Dia memutuskan untuk tidak kembali ke dalam kamar. Dia tidak ingin melihat apa yang terjadi di kamar Arin. Dia yakin semua sudah kembali normal. Ran yakin yang terjadi barusan hanya sesuatu yang ghoib. Tidak nyata. Dia yakin ada orang yang sengaja mempengaruhi pikirannya.

Akhirnya Ran ikut merebahkan diri. Tidur di sisi paling pinggir. Agak jauh dari mereka bertiga. Tak lama kemudian dia terlelap. Mungkin karena sangat lelah dan mengantuk.

🍄🍄🍄

"Ayah,...." Bunda memanggil ayah pelan. Mereka berdua sedang di dalam kamar. Rebahan berdua di ranjang mereka. Bunda tidur miring menghadap ayah. Sedangkan ayah tidur terlentang.

" Iya bund..." Jawab ayah.

Kemudian ayah mengganti posisi tidurnya. Kini ayah ikut tidur miring menghadap bunda. Mengusap kepala bunda dengan lembut.

" Belakangan ini bunda merasa tidak tenang..." Bunda diam sebentar. Bunda menarik nafas dalam. Ayah hanya mendengarkan . Tak ingin menyela sedikitpun.

" Apa Ayah merasakan hal yang sama..?" Bunda memandang ayah tepat di manik matanya. Bunda melihat juga keresahan di mata suaminya.

Ayah masih diam. Ayah kembali mengusap kepala bunda yang rambutnya sudah mulai beruban. Kemudian mengecup pucuk kepala bunda cukup lama. Meresapi kebersamaan mereka. Wanita yang sudah dinikahinya selama 27 tahun itu tidak pernah mengeluh. Sekalipun dalam keadaan sangat terdesak sekalipun.

Sebenarnya Ayah tidak ingin membagi keresahannya saat ini. Walaupun semua kejadian ada di depan mereka, untuk saat ini ayah belum ingin membahasnya. Karena semua kejadian belum jelas. Ayah hanya ingin membuat perasaan bunda tenang. Tidak terpengaruh dengan semua kejadian yang terjadi.

" Bunda jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Percayalah pada suamimu ini. Dan kita serahkan semua kepada Sang Maha Kuasa.."

Ayah menggenggam tangan bunda kemudian menciumnya. Bermaksud menyalurkan ketenangan dalam diri istrinya.

Ayah sangat paham kesedihan dan rasa kehilangan seorang ibu. Ayah melihat mata itu penuh luka. Ditambah lagi beberapa kejadian ganjil belakangan ini. Orang awam juga bisa menilai dan merasakan, bahwa kejadian itu adalah hal yang tidak wajar .

" Perbanyaklah berdoa dan membaca Al-Qur'an. Biar nanti ayah yang akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bunda bantu ayah dengan doa saja ya..."

Kemudian ayah memeluk bunda erat. Bunda menenggelamkannya kepalanya di dada Ayah. Perasaannya sedikit tenang. Walaupun gundah itu masih ada. Akan terus ada sebelum semua masalah terpecahkan. Sebelum semuanya menjadi jelas.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan like dan komen Terima kasih ❤️😘❤️

Terpopuler

Comments

Siti Arbainah

Siti Arbainah

Knpa gak ada yg mau terbuka tntang permasalahan yg di hadapi

2024-02-14

2

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

nekat ya si Han pdhl dah siang, masih aj eksis 😁

2023-11-13

4

Riana🎀

Riana🎀

😌😌masih diam🥺🥺🥺🥺
belum ada pencerahan

2023-11-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!