EPISODE 8

Malam ini pengajian kirim doa arwah masih dilaksanakan. Rencananya sampai malam ke tujuh sesuai kebiasaan masyarakat desa tersebut. Banyak tetangga yang hadir ikut mendoakan arwah Arin. Karena memang Arin anak yang baik . Di tambah lagi keluarga bapak Yanto adalah keluarga yang ringan tangan, suka membantu warga sekitar. Sehingga banyak orang yang menyukai Pak Yanto .

Yusuf tidak terlihat karena dia pulang sehabis ashar tadi. Tidak tahu kenapa tiba-tiba ibu panti menelepon, memberi kabar kalau Yusuf harus segera pulang ke Surabaya. Dan Yusuf berjanji akan kembali lagi untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya terjadi dengan makam Arin yang di bongkar. Dan juga tentang suatu hal penting yang entah itu apa.

Sebenarnya semua sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang akan disampaikan. Namun karena ustadz Yusuf terlihat sangat buru-buru, akhirnya mereka mengalah, namun setelah ustadz Yusuf berjanji akan datang satu Minggu lagi.

Semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing. Tinggal keluarga dan temen deket Almarhumah saja yang masih berbincang di ruang tamu dan juga di teras rumah.

Mereka berencana begadang, untuk membacakan ayat-ayat suci Alquran. Sebenarnya sudah dari malam pertama mereka membaca ayat-ayat suci , yang selalu dilakukan sehabis pembacaan doa Yasin dan tahlil. Biasanya cuma sampai tengah malam. Kali ini mereka berencana akan sampai pagi.

"Bang Fian, bang Bara,, ini siapa yang akan mulai duluan..." Rama memanggil Fian dan Bara yang duduk di teras rumah sedang berbincang dengan Andra dan kawan-kawannya.

"Oh ya , gue duluan saja Ram." Andra yang menjawab. Dia memang ada acara setelah ini makanya minta duluan.

" Tiga Juz ya bang,..."

" Siap Ram...."

Andra mulai membaca Alquran. Dia mulai dari juz pertama. Dia membaca dengan khusyuk. Dan fasih pula. Dari kecil Andra memang rajin mengaji. Fian dan Rama juga. Dulu di mushola ada TPQ yang muridnya dari anak-anak kampung. Termasuk Arin, Fian, Andra dan masih banyak lagi.

Semua menyimak apa yang di baca Andra. Dan saling mengingatkan bila ada yang salah. Mereka membaca secara bergiliran.

Ran datang dari dapur dengan membawa beberapa gelas kopi dan juga makanan ringan. Bunda sudah mempersiapkan semuanya dengan lengkap. Dia akan memperlakukan yang terbaik buat orang yang telah berbuat baik pada keluarganya.

Setelah meletakkan nampan dan beberapa toples yang berisi makanan, Ran kembali masuk ke dalam. Dia akan merapikan dapur dan juga ruang makan yang berantakan, penuh dengan piring dan gelas yang kotor. Dan juga beberapa kardus bekas tempat makanan. Ruang makan tadi memang penuh juga dengan tetangga yang membantu menyiapkan segala keperluan buat pengajian.

Namun baru selangkah dia masuk ke dapur, tiba-tiba ada suara dari kamar nya. Kamar yang dia tempati adalah kamar bekas Arin. Ran tidur di kamar Arin. Sebenarnya ada perasaan takut juga tidur di kamar tersebut. Namun dia malu dan tidak enak untuk menolak usul bunda yang menyuruhnya untuk tidur di kamar tersebut. Padahal kematian Arin belum genap tujuh hari ada rasa ngeri juga dalam hati Ran menempati kamar tersebut.

Ran hanya menoleh, ketika suara seperti benda jatuh terdengar dari dalam kamar. Dia masih diam di tempat. Tidak berani bergerak Dia merasa takut. Karena memang seharian ini dia sudah mengalami banyak hal mistis. Benar-benar memacu adrenalinnya.

"Masa manusia takut setan. Manusia kan derajatnya lebih tinggi dari setan. Ya kali kita kalah. "

Ran menguatkan hatinya. Dia penasaran ingin melihat suara apa yang dia dengar tadi. Ran berjalan perlahan menuju kamar. Ada keraguan dalam hatinya. Namun dia menguatkan hatinya. Dia berjalan perlahan menuju kamar.

Ran sudah sampai di pintu kamar. Kamar sengaja dia buat terang. Agar bila ada sesuatu terlihat jelas. Ran maju-mundur mau masuk. Masih tersisa rasa takut di hatinya.

Akhirnya dia kuatkan hatinya dan mulai melangkah memasuki kamar. Ran memandang ke sekeliling ruangan. Dia mencari sumber suara itu. Namun tidak dia temukan apapun. Tidak ada hal yang ganjil dalam kamar tersebut. Barang-barang masih aman di tempatnya semula.

"Tidak ada yang jatuh, juga tidak ada yang aneh. Lalu itu suara a....pa.... I.. Tu .. Apa.. Ulaaaaaaar......"

Ran berlari keluar kamar. Dia berlari sambil berteriak-teriak. Dia sangat takut melihat ular sebesar lengan bayi melingkar di meja rias.

"Ada apa Ran ... Ada apa.."

Andra , Fian, Bara dan Rama terkejut mendengar teriakkan Ran. Mereka segera bangkit dan menghampiri di mana suara Ran berasal.

"U...laaaar..." Ran berlari ke luar kamar.

"Dimana ada ular..."

"Di mana ularnya.."

Semua orang mencari-cari ular tersebut. Ran masih gemetaran. Nafasnya terdengar memburu.

"Katakan di mana Ran. Jangan takut ada kita. Ayo katakan Sebelum ularnya pergi. Nanti semakin sulit mencarinya."

" Itu.... Itu di kamar. Di kamar Arin.. Di atas meja rias.." Jawab Ran terbata. Setelah itu Ran jatuh terduduk, kakinya lemas.

Semua orang menuju kamar Arin. Ada yang membawa sapu ada yang membawa sendal jepit ada pula yang berlari sambil mengangkat sarungnya.

"Ada apa sih kok ribut sekali..." Ayah baru keluar kamar karena terdengar suara yang sangat ribut. Ayah datang tergopoh-gopoh, Ayah penasaran malam-malam begini ada yang teriak-teriak.

"Ada ular Yah..." Jawab Ran .

"Di mana....?"

"Di kamar Ran.."

Ayah bergegas menuju kamar Arin. Di sana sudah ada Fian, Rama, Andra dan juga Bara. Mereka sudah siap dengan senjata masing-masing. Namun belum ada satupun yang bergerak untuk memukul ataupun menangkap ular tersebut. Ular itu hanya diam saja melingkar di atas meja rias. Tidak ada tanda-tanda mau menyerang.

"Tunggu jangan dipukul. Ayah lihat dulu.." Ayah segera masuk dan melihat ular itu. Ayah mendekati ular tersebut.

"Awas ayah.. Jangan dekat-dekat. Berbahaya..." Teriak Ran. Dia ikut masuk ke kamar setelah tadi menenangkan dirinya sebentar.

"Rama tolong ambil karung bekas beras di belakang. Ularnya kita tangkap saja. Jangan di bunuh. Kata orang tua, kalau ular datang diam saja begini dia dalam keadaan kenyang.Jadi tidak berbahaya."

Dengan sigap Rama segera menuju dapur. Dia mengambil karung yang diminta ayah. Setelah mendapatkannya, Rama segera menyerahkan karungnya kepada ayah.

" Mana tadi sendal yang kamu bawa Fian. Sini ayah pinjam.."

" Buat apa Yah .."

" Udah sini.. cepetan.."

Fian menyerahkan sendal yang dia pegang dia tidak mengerti apa sebenarnya yang akan dilakukan oleh ayah.

Perlahan ayah melangkah maju menuju meja rias. Ayah mendekati ular tersebut.Ayah melihat ular tersebut begitu tenang . Tidak ada perlawanan sama sekali.

Dengan mudah ayah menangkap ular itu dan memasukkannya ke dalam karung yang di bawa nya. Kemudian ayah membawanya keluar.

" Ada apa sih ribut sekali..." Bunda yang terbangun melihat mereka yang berkerumun di halaman depan.

" Itu ayah menangkap ular.." Jawab Ran yang hanya duduk di kursi teras. Sedangkan yang lainnya terlihat mengerumuni karung yang berisi ular tadi.

" Hah ular.. Di mana ada ular Ran..," Bunda terlihat panik. Bunda menyusul ke halaman.

" Mana lihat ularnya Yah.." Bunda mendekati Karung tersebut. Bunda ingin melihat seperti apa ular yang masuk ke dalam kamar.

" Awas bunda jangan dekat-dekat. Kita tidak tahu ular apa itu. Karena ayah lihat ular itu terlihat aneh. Seperti... Seperti..." Ayah tidak meneruskan ucapannya. Ayah tidak ingin membuat suasana semakin menakutkan. Ayah tidak ingin menambah kacau keadaan.

" Seperti apa yah... "

Ucap yang lain bersamaan.Mereka menjadi penasaran.

"Letakkan saja di dekat pohon jambu, ada bekas kandang ayam yang tidak terpakai. Bisa digunakan untuk sementara. "

Rama menuju samping rumah dan mengangkat kandang ayam yang di bilang ayah.

" Ini tidak ada yang mau membantu. Tega sekali ya kalian....." Rama berteriak. Kandang itu ternyata lumayan berat, Dia tidak sanggup mengangkat sendirian.

" Hahahaha.. Gue kira Lo kuat. " Fian malah mentertawakan Rama yang meringis menahan berat kandang tersebut. Namun dia membantu juga.

Setelah kandang diletakkan dibawah pohon jambu, di saat ular itu mau di masukkan kandang, Terdengar bunda berkata.

" Jangan dikeluarkan dari karungnya. Biarkan seperti itu saja..."

Semua orang menoleh ke arah suara bunda. Tiba-tiba

Wuuuussssss.....

Angin bertiup sangat kencang seperti tadi siang. Daun jambu berjatuhan. Halaman kembali kotor. Semua orang berlari ke arah rumah untuk menyelamatkan diri, kecuali Fian.

"Hah... Angin apa lagi ini..." gumam Fian. Dia masih terpaku di tempat. Fian memandang ke atas. Tak lama kemudian pandangannya turun kebawah , melihat ke arah karung, seperti ada yang sengaja menuntun penglihatan Fian. Karena sekilas disaat angin itu bertiup Fian melihat bayangan putih mendekati karung yang berisi ular.

Fian masih terpaku dan semakin terpaku di tempat menyaksikan semua kejadian tersebut.

"Fian, kenapa masih di situ..." Teriak Andra sang kakak.

Fian hanya diam mematung. Pandangan nya masih pada karung itu. Asap mengepul dari dalam karung. Seperti ada sesuatu makhluk yang keluar dari dalam karung.

"Fian...."

Semua orang berteriak memanggil Fian. Karena angin terlihat masih bertiup, mereka khawatir terjadi apa yang tidak diinginkan pada Fian. Namun Fian seperti tidak mendengar teriakkan tersebut.

Fian masih diam di tempat. Tidak bergerak sedikitpun. Asap putih yang keluar dari karung, lama kelamaan membentuk wujud seseorang. Perempuan cantik yang sangat Fian kenal.

" Arin...." Ucap Fian lirih.

" Ya Fian ... Ini aku. Hihihii...."

Tiba-tiba wajah cantik itu berubah rusak. Penuh luka. Nanah di mana- mana. Bau anyir darah mulai tercium. Bibir yang penuh luka itu menyeringai. Mata Fian tidak berkedip meyaksikan itu semua . Dia seperti dihipnotis untuk melihat itu semua.

" Fian... Hihihiiiii....."

" Tolong aku... Tolooooooong..."

Yang terakhir terdengar suara seperti lolongan. Dan wujud tersebut hilang. Dan Fian terlihat ambruk ke tanah, tidak sadarkan diri.

Bersamaan dengan ambruknya Fian, angin berhenti bertiup. Semua orang yang tadi juga seperti dipaku melihat Fian ditengah angin, akhirnya bisa berteriak.

Mereka segera menolong Fian. Mengangkatnya ke dalam rumah. Mereka sangat panik melihat Fian yang tidak sadarkan diri.

Ayah diam terpaku melihat Fian. Ayah tahu ada yang tidak beres telah terjadi de depan matanya. Dia terus saja berpikir. Dia belum bisa menebak kejadian aneh yang tiba-tiba terjadi belakangan ini. Tapi ayah yakin semua kejadian ini adalah sesuatu yang akan mengancam keluarganya.

Akan tidak baik kalau di diamkan. Ayah masih diam termangu. Dia duduk di ruang tamu. Di situ Fian juga diletakkan sedang diupayakan untuk menyadarkannya.

" Awas saja kalau terjadi sesuatu yang buruk dengan keluargaku. Aku tidak akan tinggal diam. Akan ku kejar sampai ujung bumi. " Ucap ayah pelan. Penuh dengan amarah .

Semua masih menjadi teka-teki. Semuanya masih terlihat samar. Butuh banyak waktu untuk memecahkan misteri tersebut. Semoga segera bisa terbuka.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan like dan komen Terima kasih❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

αℓуα

αℓуα

ya tetep aja namanya manusia kalau ngeliat yang muncul ga masuk akal pasti ketakutan

2023-11-13

2

🍁Cand❣️💋🆂🆄🅼🅰🆁🅽🅸👻ᴸᴷ🔱

🍁Cand❣️💋🆂🆄🅼🅰🆁🅽🅸👻ᴸᴷ🔱

jdi sendalnya dipake buat apa🤔🤔

2023-11-13

2

🍁Cand❣️💋🆂🆄🅼🅰🆁🅽🅸👻ᴸᴷ🔱

🍁Cand❣️💋🆂🆄🅼🅰🆁🅽🅸👻ᴸᴷ🔱

jan tinggi2 angkat sarungnya ntar ada yg terbang🤭

2023-11-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!