Episode 12

" Yah...." Lirih bunda memanggil suaminya.Bunda berniat menceritakan apa yang bunda saksikan tadi di halaman. Bunda merasa tidak kuat untuk menahan sendirian.

" Hm.. ada apa? Tidurlah jika lelah. Tidak usah berpikir terlalu jauh. Kita hadapi semua dengan hati dan jiwa yang tenang. Biarlah semua terjadi, jika ini memang kehendak Allah."

Ayah semakin erat memeluk bunda. Namun ayah merasakan suatu getaran di tubuhnya. Ternyata bunda menangis. Baju Ayah sudah basah dengan air mata bunda.

" Kenapa menangis hmm. Katakan ada apa.." Ayah mengendurkan pelukannya. Ayah membingkai wajah bunda dengan kedua tangannya. Dikecupnya kening bunda dengan lembut.

" Katakan kalau ada yang ingin kamu katakan... Kalau menangis begini aku tidak tahu apa yang kamu maksudkan." Ayah memeluk kembali tubuh bunda. Ayah benamkan kepala bunda di dadanya. Bermaksud memberi ketenangan pada bunda. Walaupun sebenarnya hati ayah juga sedang risau. Namun ayah tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapapun. Ayah harus bisa melindungi seluruh anggota keluarganya dari bahaya apapun.

" Yah,... Apa ayah pernah membuat orang marah atau ayah pernah berkata yang menyinggung perasaan orang..?" Bunda sangat berhati-hati kala berucap. Bunda tidak ingin suaminya tersinggung dengan ucapannya.

" Sebentar Ayah ingat-ingat.." Ayah terlihat berpikir keras. Dahinya sampai terlihat berkerut.

" Begini bunda, bunda tahu bagaimana sifat ayah bukan?" Ayah berhenti sejenak. Ayah membuang nafas kasar . Ayah tahu apa yang bunda maksud dengan pertanyaan tersebut. Ayah harus menjawab dengan hati-hati agar bunda tidak berpikir macam-macam.

" Sekarang begini, selama ini kita sudah berhati-hati dalam bertindak dan berucap, namun tergantung dari bagaimana penerimaan orang dengan apa yang kita lakukan. Maksud kita yang baik menurut kita pun dihadapan orang belum tentu baik. Intinya kita tidak bisa memaksa orang untuk bisa menyukai sikap dan perbuatan kita.."

Tutur ayah pelan. Ayah semakin erat memeluk bunda. Dagunya ayah tempelkan di kepala bunda. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Melihat sepasang suami istri yang terlihat begitu saling menyayangi.

" Ayah...."

" Hm... Ada lagi yang ingin bunda tanyakan ?" Ayah menggesekkan dagunya di kepala bunda. Bunda tersenyum dalam dekapan suaminya. Dia merasa sangat nyaman.

Bunda menggeleng. Sebenarnya Bunda ingin bercerita tentang apa yang bunda lihat tadi pagi Namun Bunda mengurungkan niatnya. Bunda tidak ingin membebani lagi Ayah dengan pertanyaan dan cerita yang bisa membuat kebersamaan mereka saat ini terganggu. Beberapa saat mereka berada di posisi ini. Saling menenangkan dan menguatkan.

" Bun...." Ayah mengendurkan pelukannya. " Apa pintu kamar tadi sudah dikunci..?"

Bunda melepas pelukannya. Kemudian memandang sang suami dengan penuh arti. Bunda mencibir . Namun senyuman muncul dibibir bunda.

" Jangan bilang...." Bunda mencubit perut ayah dengan keras.

" Auwww... Hahahaha.... Bunda tahu saja. Boleh ya bund, satu ronde saja. Ayah mau. Sudah satu Minggu di anggurin ini si dedenya. Kan kasian.."

Ayah mengerlingkan mata , sengaja menggoda bunda. Bunda hanya tersenyum malu. Padahal mereka sudah tidak muda lagi. Namun urusan yang begini masih terlihat malu-malu. Bunda ingin menolak. Tapi dia tidak mau mendapat murka Allah. Dia harus rela melayani suami dalam keadaan apapun.

"Tapi Yah, kan ada anak-anak di rumah. Apa nanti tidak terdengar oleh mereka ."

"Ya kali kita mau teriak-teriak. Hahaha...Auwwww. "

Bunda kembali mencubit ayah. Bunda merasa malu dengan sikap ayah.

Ayah bangkit kemudian mengunci pintu kamar. Setidaknya ayah tahu anak-anak sedang tidur semua. Jadi ayah berani melakukannya. Ini saatnya ayah menggunakan kesempatan

dalam kesempitan.

Setelah pintu terkunci dengan benar, Ayah kembali ke tempat tidur mereka. Dengan perlahan ayah mencium kening bunda turun ke hidung , kemudian turun ke bibir. Bunda tersenyum. Dia sangat menyukai di saat sang suami menjenguknya. Perlakuannya yang lembut sangat memanjakannya. Membuat hati tenang dan tentram. Sejenak mereka ingin melupakan semua duka dan semua kejadian yang menimpa mereka. Dan mempersiapkan tenaga baru.

Dan mereka pun melakukannya....

🍄🍄🍄

Sementara di ruang depan, ke empat orang masih tidur dengan pulas. Tiba-tiba Ran terbangun. Ran melihat ke sekeliling. Ran merasa kebingungan. Dia merasa berada di tempat yang. asing. Dia berada di suatu ruang,yang serba putih. Namun karena pencahayaan yang minim Ran tidak bisa melihat dengan jelas.

Di depan terlihat seorang laki-laki duduk menghadap sebuah tungku kecil dengan bara berwarna merah, mengepulkan asap. Bau kemenyan menguar sampai ke hidungnya. Foto Arin terlihat jelas di letakkan di tumpukan bunga beraneka warna. Seperti nya ada tujuh macam bunga di sana.

Ran memandang tidak berkedip. Ran memandang ke arah laki-laki tersebut . Terlihat seseorang lelaki dengan blankon di kepala duduk menghadap tungku tersebut. Terdengar suara orang, tersebut. namun tidak jelas apa yang dia ucapkan. Seperti nya sedang membaca suatu mantra.

Ran tidak berkedip sedikitpun. Dia terus memandanginya. Melihat dengan jelas apa yang dilakukan orang tersebut. Kemudian dengan perlahan orang tersebut mengambil foto Arin dan membakarnya di dalam tungku. Tak lama terdengar tawa yang menggelegar memekakkan telinga.

Ran terkejut. Ran seperti mengenali suara orang tersebut. Namun tak berapa lama kemudian, Dia seperti terlempar jauh . Dan ketika terbangun dia sudah berada di ruang tamu rumah Arin.

Mata Ran terpejam sejenak. Dia sedang berpikir tentang kejadian yang baru saja dia alami. Dia melihat ke sekeliling ruangan. Untuk memastikan keberadaannya.

"Hos.... Hos.. Hos..."

Nafas Ran terdengar memburu. Keringat bercucuran di keningnya.

" Apa tadi..."

Sekali lagi Ran melihat ke sekeliling ruangan. Dia masih merasa bingung . Dan Ran menjadi lega ketika dia yakin kalau dia sekarang benar-benar berada di dalam ruang tamu keluarga Arin. Dia melihat tiga orang yang tertidur pulas. Itulah yang membuat dirinya semakin yakin. Dia melihat Fian tidur di samping nya. Tidak jauh dari Fian ada Andra yang juga tertidur pulas. Diujung sana terlihat Bara juga masih tidur.

Namun Ran melihat keanehan di tubuh Bara. Tidur Bara terlihat gelisah. Sering berganti posisi. Ran merasa ada hal aneh sedang dialami oleh Bara.

Ran menyeka keringat di keningnya dengan lengannya. Nafasnya masih belum beraturan. Dia merasa seperti habis berlari jauh.

Ran mengambil nafas panjang dan dalam untuk menetralisir perasaannya. Dia terlihat lebih tenang. Dengan perlahan Ran bangkit dan merangkak menuju ke arah di mana Bara tidur. Ran memperhatikan dengan seksama. Tubuh Bara terlihat bergetar. Keringat sebesar biji jagung keluar di keningnya. Muka dan badannya terlihat basah oleh keringat. Bajunya sudah basah kuyup. Ran berpikir, kalau dia tidak bisa sembarangan mengambil tindakan. Dia takut akan berakibat fatal buat diri Bara.

Ran bingung dia ingin membangunkan Bara, namun dia takut dan sungkan. Ran melihat ke arah Fian ada Andra mereka masih terlihat tidur pulas. Ran mendekat ke arah Fian bermaksud membangunkannya.

"Fian... Fian.... Bangun..."

Ran mengguncang tubuh Fian dengan perlahan. Namun Fian masih tetap diam tidak merespon sama sekali. Ran melihat ke arah Bara, dan terlihat tubuh Bara masih bergetar. Ran semakin bingung.

" Fiaaan... Fiiaan ...bangun..."

Sekali lagi Ran mengguncang tubuh Fian , namun tidak bergeming sama sekali. Bahkan suaranya sudah keras, tapi Fian tidak merespon sama sekali.

Ran kesal, akhirnya dia beranikan diri membangunkan Andra, walaupun sebenarnya dia merasa sungkan.

" Bang Andra... Bang... Bangun.."

Ran mengguncang dengan sedikit keras tubuh Andra. Berkali-kali Ran berusaha untuk membangunkan mereka berdua. Tidak ada respon sama sekali. Mereka tidur seperti orang mati saja. Bahkan Ran sudah berteriak, tidak ada satupun dari mereka bertiga yang terbangun.

Ran sungguh sangat putus asa. Dia menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar. Akhirnya dia beranikan diri mendekati Bara. Namun dia tidak akan membangunkannya. Dia mengambil jalan aman.

Ran duduk di dekat tubuh Bara. Dia duduk bersimpuh. Kemudian Ran menutup mata. Dia mulai membaca doa. Ta'awudz dia ucapkan terlebih dahulu dengan suara pelan. Di susul surat Alfatihah dan tiga surat terakhir Al-Qur'an dan diakhiri dengan ayat kursi.

Sejenak Ran khusyuk dalam dia. Dia memang tidak sepintar ayah Yanto atau pun ustadz Yusuf. Namun dia hanya berusaha. Dia hanya melakukan apa yang dia bisa. Dan dia berusaha dengan segala kemampuan yang dia punya. Ran hanya berharap apa yang dia lakukan bisa membantu Bara.

Ran kemudian membuka mata. Tubuh Bara sudah terlihat tenang. Tidak bergetar atau pun berganti posisi lagi. Bara sekarang dalam keadaan tidur miring menghadap ke kanan. Ran merasa lega. Namun dia belum merasa tenang . Dia ingin membangunkan Bara. Agar semakin yakin kalau Bara baik-baik saja.

Ran melihat jam yang terpasang di dinding. Sudah jam sepuluh. Berarti cukup lama juga mereka tertidur. Sekitar dua jam atau bahkan mungkin lebih.

Ran bangkit dari duduknya dan menuju ke belakang. Ran merasa ingin ke kamar mandi. Dia ingin mencuci muka. Namun dia urungkan. Dia kemudian mengambil segelas air putih dan kembali ke ruang tamu.

Ran kembali duduk bersimpuh. Ran membaca surat Alfatihah dan beberapa doa. Setelah itu Ran mencipratkan air tersebut ke tubuh ketiga orang tersebut.

Tak lama kemudian...

" Apa ini...."

" Basah tahuuuu..."

" Eh.. Bocor ya..."

Ran tersenyum akhirnya dia bisa membangunkan ketiga orang tersebut dengan mudah.

Tapi dia melihat tatapan tajam dari ketiga orang tersebut.

" Raaaaaaaannn....."

Mereka bertiga berteriak bersamaan. Memanggil nama Ran dengan sekuat tenaga dan emosi juga.

" Hehehe... Maaf. "

Hanya itu yang Ran katakan. Dia bernafas lega . Semua bangun dalam keadaan yang baik-baik saja. Ran bangkit mau ke dalam. Ingin menyiapkan makan buat mereka. Pasti mereka lapar.

"Mau makan apa tidak, tapi nasi goreng pasti sudah dingin. Ran masakin yang lain ya.." Ucap Ran sebelum meninggalkan mereka.

" Tidak usah Ran, makan yang ada saja. Pasti kamu juga capek.." Ucap Bara ikut bangkit. Dia berniat mencuci muka.

Namun Bara heran, kenapa bajunya lebih basah dibanding yang lain. Bara memandang Ran.

" Kamu sengaja mengguyur saya ya Ran. Baju saya basah sekali ." Bara Manarik bajunya ke depan , menunjukkan pada Ran.

" Maaf Bang.. Habisnya kalian susah sekali dibangunkan.."

Ran tersenyum. Dia hanya berpikir apakah Bara tidak merasakan apa-apa tadi.

Ran menuju belakang untuk memanaskan nasi goreng. Mubazir kalau di buang . Ran sekalian juga akan membangunkan Ayah dan bunda. Karena memang hari sudah siang. Dan mereka harus mengisi tenaga terlebih dahulu.

Dengan cekatan Ran mengerjakan semuanya. Dia juga merasa lapar. Tadi subuh cuma minum segelas teh dan satu buah pisang rebus. mungkin semua merasakan hal yang sama dengan Ran. Karena apa yang mereka lakukan selalu bersama.

Namun ketika tiba-tiba, di saat Ran sedang menuang nasi goreng ke baskom. ...

"Raaaaaaan..........."

Pundak Ran ada yang menyentuh. Ran terdiam. Bulu kuduknya sudah meremang. Dia tidak berani menjawab dan juga menengok ke belakang.. .

Siapa lagi yang iseng . Siapa lagi yang selalu memanggil nama Ran...

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan like dan komen Terima kasih ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

ㅤㅤal

ㅤㅤal

pasrahkan semua pada yang di atas

2023-11-13

2

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

yang nyentuh pundak ran kelaparan itu😅

2023-11-13

3

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎яᷤυᷤвᷫу🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

dih ayah sempat²nya minta jatah 😆

2023-11-13

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!