Episode 10

Hari sudah semakin larut. Namun tidak ada satupun dari mereka yang tidur. Mereka ingin begadang sampai pagi. Menikmati alunan merdu ayat suci Al-Qur'an yang mereka bacakan secara bergantian.

Keadaan Fian sudah semakin membaik. Apalagi setelah mendengarkan lantunan ayat-ayat Allah. Jiwanya menjadi semakin tenang. Dia sudah tidak menangis lagi. Dia juga sud ah bisa ikut menyimak. Bahkan juga meminta giliran untuk membaca juga.

Fian tidak menceritakan secara detail apa yang dia lihat. Belum waktunya dia cerita yang sesungguhnya. Dia menunggu waktu yang pas untuk membahas itu semua.

Semua kejadian yang dia alami sedari siang di rumah ini, memang telah membuat jiwanya sedikit shock. Sungguh diluar dugaannya. Dia pikir tidak akan sejauh ini. Dia juga tidak mau dan tidak akan bercerita sembarangan tentang yang dia alami. Karena dia tidak mau ada yang terluka dan juga pasti akan ada yang menghujat Arin dan keluarganya. Fian menyayangi keluarga Arin seperti pada keluarganya sendiri. Bahkan Keluarga Arin seperti keluarga kedua buat Fian.

Bara juga masih betah begadang. Dia juga mendapat giliran untuk membaca. Mendengar bacaan yang begitu merdu tentu akan membuat hati semakin tenang. Mereka tidak tahu akan ada kejadian apa lagi di depan sana. Mereka harus membentengi diri dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT agar tidak tersesat di jalan yang salah.

Agar mereka juga bisa melewati dan menghadapinya dengan penuh ketenangan serta tindakan yang benar.

Melihat apa yang mereka alami belakangan ini, mereka yakin akan ada kejadian yang lebih mengerikan lagi di depan sana. Dan mereka harus siap. Mereka harus siap lahir dan batin karena segala sesuatu bisa terjadi hal yang lebih menguras tenaga dan pikiran.

"Sudah jam tiga.. Gantian ayah yang membaca... " Mereka semua terkejut. Tiba-tiba ayah sudah duduk bersama mereka.Ternyata ayah sudah bangun. Ayah juga ingin membacakan ayat-ayat suci buat ketenangan keluarganya.

" Iya yah.."

Semua duduk di pinggir mengelilingi ayah yang duduk di tengah. Namun ayah belum mulai membaca. Ayah sedang membaca beberapa doa dan mereka mengaminkan.

" Kalian sholat tahajud dulu. Lalu istirahat sebentar. Tapi awas jangan sampai terlelap. Sebentar lagi subuh.."

Ucap Ayah lagi. Kemudian ayah membuka Al-Qur'an dan mulai membacanya dengan suara yang sangat merdu.

Semua bangun dan menuju belakang untuk mengambil air wudhu. Mereka akan melaksanakan sholat tahajud.

Ternyata di belakang sudah terdengar suara orang. Ternyata bunda sudah bangun. Bunda sudah menyiapkan teh hangat dan pisang rebus. Pantesan tadi sudah tercium aroma wangi teh. Untung saja bukan aroma kembang kenanga. Auto lari semua .....

Hihihihiii......

" Minum tehnya dulu. Mumpung masih panas.." Ucap bunda .

" Masih panas sekali bund, asapnya masih mengepul, nanti saja sehabis sholat ...." Jawab Bara.

Namun dia duduk juga di kursi yang ada. Mereka menunggu antrian ke kamar mandi. Sebenarnya di luar juga ada kamar mandi, namun mereka tidak ada yang berani keluar. Memang suasana masih penuh dengan aura yang gelap , jadi mereka semua memutuskan memilih mengantri saja.

" Bunda aku mau pisangnya ya.." Rama mengambil satu buah pisang rebus yang masih mengeluarkan asap. Terlihat sangat menggoda. Pasti manis dan hangat. Pas banget dengan suasana pagi yang dingin.

" Makan saja, banyak itu. Nak Bara di makan saja dulu sambil mengantri.."

Akhirnya mereka minum dan makan pisang dulu. Perut terasa hangat begitu diisi dengan pisang dan teh yang hangat. Mengalir di dalam usus. Menambah tenaga, setelah begadang semalaman.

" Eh.. Eh.. kenapa sudah mulai makan-makannya. Gue ditinggal.." Fian yang baru selesai berwudhu terlihat cemberut melihat yang lain menikmati makanan dan minuman hangat.

" Masih ada Fian. Tenang saja.."

" Tidak ada jatah buat Lo Bang. .." Rama mulai usil. Dia mengambil piring yang berisi pisang dan segera membawa pergi dari tempat itu.

" Bunda.... Lihat Rama. Fian tidak dibagi.." Fian merengek manja seperti anak kecil.

" Mulai deh lebay nya..." Ran mencibir melihat kelakuan Fian.

" Sirik aja Lo... " Fian melotot ke arah Ran.

" Biarin weeek.. Lagian Abang juga sudah wudhu. Masa mau makan.."

" Sudah... Sudah. Pagi-pagi jangan berantem. Berisik. Tidak enak di denger tetangga. " Ucap bunda menengahi. " Rama bawa kesini itu piringnya.. Jangan menggoda terus kamu..Masih pagi.." Sambung Bunda.

" Jadi kalau siang boleh ya bunda..." Rama semakin mengejek Fian. Entah mengapa dia senang sekali mengganggu Fian yang sering bersikap lebay itu.

" Saya sudah cukup. Mau wudhu dulu. " Bara bangkit dan berjalan ke dapur. Karena waktu terus berjalan. Dia tidak mau kehabisan waktu untuk sholat tahajud.

Yang lain pun menghentikan makannya. Mereka segera menyusul Bara untuk mengambil air wudhu. Setelah itu segera melaksanakan sholat tahajud, untuk semakin membuat hati tenang.

Setelah selesai sholat tahajud, mereka mulai merebahkan diri. Masih ada waktu tiga puluh menit untuk istirahat. Sekedar merebahkan diri, melepaskan rasa pegal dan lelah karena semalaman tidak tidur sama sekali.

Namun baru saja terpejam, ayah sudah membangunkan mereka. Ternyata adzan subuh sudah berkumandang. Mereka dengan segera bangun dan mencuci muka sekalian berwudhu untuk segera menuju mushola untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Setelah sholat subuh, Bunda duduk di kursi yang ada di ruang makan. Bunda duduk sambil melamun memikirkan kejadian semalam. Bunda masih bingung dengan apa yang terjadi. Bunda memang tidak jelas melihat yang sebenarnya. Namun bunda merasakan hal aneh juga.

Yang bunda tahu, ada angin yang bertiup kencang, dan Fian terkurung di dalamnya. Bunda merasa takut terjadi sesuatu yang tidak baik pada Fian.

"Bunda kenapa..?" Ran duduk di depan bunda sambil mengupas bawang. Ran melihat bunda yang bergidik bahunya. Ran takut bunda sakit . Ran takut bunda bersedih.

" Tidak Ran ,bunda tidak apa-apa.." Setelah mendengar jawaban bunda Ran merasa tenang, Ran meneruskan pekerjaannya.

Pagi ini rencana hanya akan membuat sarapan nasi goreng saja. Yang praktis dan mudah. Karena semua orang masih merasa capek. Setelah mengalami kejadian semalam.

" Ran... " Panggil bunda.

"Iya bund.. Ada apa..?" Jawab Ran. Ran mendongak melihat ke arah bunda.

" Sebenarnya semalem apa yang terjadi.."

Ran diam. Dia bingung untuk menjelaskan pada bunda. Dia tidak tahu bagaimana cara memulainya. Ran hanya takut bunda kepikiran dan menjadi sakit.

"Ran... Kok diam. " Tanya bunda lagi. Melihat Ran yang tidak menjawab, membuat bunda semakin curiga. Pasti ada yang tidak beres.

"Memangnya ada apa bund. .." Jawab Ran akhirnya.

"Kamu ditanya malah balik tanya." Ucap bunda masih dengan suara lembut.

"Hehehe..." Ran terkekeh. Dia hanya ingin mengalihkan pembahasan tentang hal semalem karena Ran merasa bingung harus mulai dari mana. Ran masih berpikir, apakah akan menceritakan kejadian yang dia alami atau tidak.

"Malah tertawa, bunda cuma bertanya. Bagaimana bisa ada ular di kamar Arin.."

Ran terdiam lagi. Dia memegang tengkuknya.Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Dia merasa merinding dengan tiba-tiba. Padahal dari tadi tidak ada perasaan takut sedikitpun.

Ran mulai merasa ada yang tidak beres. Bau kemenyan mulai tercium. Aromanya begitu santer masuk di indra penciumannya. Ran memandang bunda yang terlihat mengerutkan keningnya. Ran yakin bunda juga mencium bau tersebut.

" Ran..." Bunda menghentikan ucapannya. Bunda mengendus-endus udara di sekitarnya.

" Ini bau apa? Seperti bau kemenyan. Siapa yang pagi-pagi membakar kemenyan.." Benar bunda juga menciumnya juga. Bunda melihat ke sekeliling. Karena baunya tercium begitu santer seperti dibakar tidak jauh dari tempatnya duduk.

" Seperti bau kemenyan ya bund.. " Ran menjawab dengan hati-hati.

" Benar, siapa yang pagi-pagi sudah melakukan hal itu." Bunda bangkit dan berjalan keluar ingin mencari sumber dari bau tersebut.

" Bunda, Ran ikut.."

Mereka berdua keluar rumah menuju arah bau yang mereka cium. Arahnya memang dari halaman samping. Bunda dan Ran terus berjalan sambil mengendus.

Dan mereka terkejut ketika sampai di bawah pohon jambu, karung yang berisi ular terlihat masih ada. Namun seperti sudah tidak ada isinya. Mereka berdua memperhatikan dengan seksama.

" Ran..."

"Iya bund..."

" Bukannya karung itu yang semalam berisi ular ya. Kok terlihat sudah kempes seperti tidak ada isinya. Dan itu pintu masih digembok. Kok bisa hilang ularnya..."

Ran mendekat kandang. Dan memang benar ucapan bunda. Karung itu mengempis. Pasti sudah tidak ada isinya. Namun pintu kandang masih digembok. Mana mungkin.....

" Bunda yuuk masuk saja.. Mungkin sudah ada yang mengambil ularnya." Ucap Ran sambil menarik tangan bunda untuk menjauh. Namun mata Ran melihat ke ke segala arah. Dia takut ular itu ada di sekitar mereka.

" Kenapa Ran.." Bunda merasa heran dengan sikap Ran.

"Ran hanya takut ular itu lepas bund, ayo kita kembali ke dalam rumah saja." Ran semakin menarik tangan bunda.

" Sebentar Ran. Tadi asal bau kemenyan seperti dari arah sini. Coba kita cari dulu..."

Bunda melihat ke sekeliling sambil mengendus. Tiba-tiba bunda melepas tangan Ran yang memegangnya dari tadi. Bunda berjalan di belakang kandang.

Tepat di bawah pohon jambu bunda melihat sebuah wadah seperti tungku kecil dari tanah lihat. Ada bara api dan asap mengepul. Bunda memperhatikan dengan seksama.

" Ran lihat... "

Ran yang mengikuti pergerakan bunda tadi, ikut memperhatikan apa yang bunda tunjuk. Benar ada tungku kecil dengan asap mengepul dan bau kemenyan yang sangat santer. Dan ada kain putih yang di gelar dibawah tungku , ada bunga tujuh rupa juga dan sebuah Foto.

" Ran...."

Bunda semakin menggenggam erat tangan Ran yang berdiri di samping nya. " Itu apa maksudnya... Fo... To.. Itu .. Bukan ... nya .. Foto .. Arin..."

Bunda berkat dengan terbata. Bunda merasakan hawa yang aneh di sekitar mereka.

" Bunda... Bunda ayo kita masuk...." Ran semakin takut melihat reaksi bunda. Ran takut bunda akan pingsan melihat apa yang meraka temukan.

" Itu artinya apa Ran .. Itu maksudnya apa..?"

Ran menggeleng. Dia sungguh merasa takut. Ada orang di sekitar mereka yang sengaja melakukan ini semua. Ran tahu ada yang sedang meneror keluarga ini.

Siapa yang melakukan hal tersebut sepagi ini. Kenapa mereka melakukan pada keluarga Arin. Kenapa orang tersebut meneror keluarga Arin.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan like dan komen Terima kasih ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

علياء

علياء

syukur alhamdulillah kalo sudah membaik

2023-11-13

6

яυву

яυву

ishhh tega bener deh yg julid.. blm pernah kena kurma tuh orang, bikin keluarga Arin g tenang aj😒

2023-11-13

7

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁𝐂LIFF❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

ular jadi2an .kan kmrn keluar asap putih

2023-11-13

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!