Episode 3

Semua orang sudah duduk di ruang tamu. Ruang tamu yang hanya berukuran 4X3 meter itu jadi penuh hanya diisi oleh semua anggota keluarga. Ayah belum masuk bekerja. Demikian juga dengan Nia. Nanggung juga katanya. Sekalian hari Senin saja mereka masuk kerja.

Sementara Ran masih di dapur. Dia cuci sekalian piring kotor bekas mereka sarapan tadi. Daripada nanti-nanti biar rapi sekalian, pikir Ran.

Ran mencuci piring sambil bersenandung kecil. Mengusir sepi di dapur karena dia sendirian.

wuuuuuussssss........

Tiba-tiba ada angin berhembus kencang di belakang tubuh Ran. Tentu saja Ran terkejut. Dia menoleh ke belakang.

"Suara apa tadi?"

Ran bergumam. Bulu kuduknya berdiri. Ini kedua kalinya angin itu berhembus di sekitar tubuh Ran.

"Raaaannn....."

Ran terdiam. Ada suara lirih memanggil namanya. Ran tidak bergeming.Dia seperti dipaku, tidak bisa bergerak sedikitpun.

"Astaghfirullah Al adzim.." Ran berucap dalam hati. Mulutnya seperti terkunci. Tidak bisa berkata apalagi berteriak.

"Siapa tadi. Ada apa tadi...?" Ran semakin terpaku.

"Raaann.... Hihihii.."

Ran semakin merinding. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ran hanya berpikir, adakah hantu di siang hari.

" Kak Ran.. Lama banget sih. Ditungguin Ayah dan bunda itu."

Ran terkejut. Terdengar suara Rama memanggil namanya. Dia tersadar. Tangannya bisa bergerak lagi.

"Astaghfirullah Al adzim... Astaghfirullah.." Berkali-kali Ran mengucap istighfar. Karena hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.

" Kak Ran kenapa?"

Ran hanya mampu menggeleng. Dia tidak mungkin bercerita kepada Rama tentang apa yang barusan dia alami. Selain tidak ingin membuat panik, dia juga berpikir, Bisa-bisa ditertawakan karena siang hari mana mungkin ada hantu keluar.

"Ayo kak, nanti saja nyuci piringnya. Ayah sudah menunggu."

"Iya Ram.. Sedikit lagi .. nanggung."

"Cepetan.. Ayah sudah tidak sabar."

Ran mengelap tangannya yang basah. Piring sudah rapi dia cuci semua l.

"Ayo Ram.."

Mereka berdua berjalan beriringan ke ruang depan. Namun tidak ada percakapan sama sekali. Ran berjalan sambil melamun, memikirkan apa yang baru saja dialaminya.

"Ran sini duduk dekat bunda."

Bunda memanggil Ran yang berjalan pelan di samping Rama. Namun Ran tidak menyahut. Dia sedang melamun.

"Kak Ran.." Rama mencolek bahu Ran pelan.

"Eh.. Ada apa Rama."

"Itu dipanggil bunda. Malah melamun."

Ran menoleh ke arah bunda sambil tersenyum kikuk.

"Maaf bunda.."

"Tidak apa-apa Ran, duduk sini dekat bunda."

Ran berjalan mendekati bunda dan duduk di sampingnya.

"Ran, coba kamu ceritakan yang sebenarnya. Ayah pengen tahu ada apa Yusuf menyuruh kamu ke sini."

Ran menunduk, dia sedang menyusun kalimat yang pas untuk mengungkapkan tujuan nya ke rumah ini. Akhirnya Ran memberanikan diri untuk berkata yang sejujurnya. Daripada dia dalam dilema. Semua terlihat penting di hatinya.

"Begini Ayah...."

Baru mau ngomong, namun malah terdengar orang mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum..."

Ran menghentikan ucapannya. Semua orang melihat ke arah suara itu berasal.

"Wa'alaikumsalam... Eh Yusuf .. Panjang umur.. Baru saja kita bicarakan. udah nongol orang nya di sini. Silahkan masuk... "

Ayah segera menyambut sang tamu. Bunda juga segera berdiri dan menyalami sang tamu. Tak lupa anggota keluarga yang lain ikut juga menyalami.

"Sini duduk dekat saya. Saya rindu kamu Yusuf. Hahaha..." Ayah menepuk kursi di sebelahnya.

Ustadz Yusuf mendekat ke arah ayah dan duduk di samping nya.

Ran merasa lega sekaligus takut. Pasti ada sesuatu yang penting. Sampai seorang Yusuf keluar kandang.

Memang Yusuf tidak pernah pergi jauh kecuali ada sesuatu yang penting dan juga darurat. Beliau selalu memilih di rumah mengurus anak pantinya dari pada bepergian. Biasanya Yusuf menyuruh Ran ataupun pengurus panti yang lain.

"Ada apa ini. Tumben berkunjung kemari. Pasti ada sesuatu yang penting..."

"Sebentar.. Sebentar. Mas Yusuf baru saja datang. Sebaiknya istirahat dulu. Ran tolong buatkan teh hangat untuk ustadz Yusuf ya.." Bunda memotong ucapan ayah. Bunda melihat gurat kelelahan di muka Yusuf.

"Baik Bun.. " Ran bangkit dan berjalan menuju dapur.

"Sebenarnya tidak usah mbakyu. Tadi aku sudah minum di stasiun.."

"Beda dong. Di sini kan belum. Lagian mas Yusuf juga baru tiba. Istirahat dulu.Baru nanti kita bicarakan banyak hal."

"Baiklah.. Baiklah." Yusuf mengambil gelas yang berisi teh hangat yang baru saja di suguhkan oleh Ran. Dia meminumnya secara perlahan. Memang sungguh nikmat dan melegakan, Meminum teh hangat setelah perjalanan jauh.

Sebenarnya dia tidak bisa berlama-lama. Karena banyak hal yang harus segera dia selesaikan. Dan juga ada hal penting yang harus segera dia sampaikan.

Ustadz Yusuf diam sejenak. Kemudian dia mengangkat kepalanya dan melihat ke sekeliling ruangan. Kemudian beliau menarik nafas panjang dan berat.

"Sebelumnya saya minta maaf. Mungkin kedatangan saya ini akan membuat kalian semua terkejut.."

Ustadz Yusuf mulai membuka suara.

"Hm.. Ada apa sebenarnya. Jangan bikin aku penasaran. Lekas katakan." Ucap ayah tidak sabar. Melihat gelagat yang terlihat, Ayah yakin ada sesuatu yang tidak beres.

"Begini.." Yusuf berhenti sebentar. Kembali dia memandang satu persatu orang yang ada di ruangan tersebut. Lalu Yusuf melanjutkan ucapannya.

"Ada yang ingin mencelakai keluarga ini.."

"Apa maksudnya.. Mencelakai. Siapa? Dan Apa?"

Ayah dan bunda berkata bersamaan. Semua orang terkejut mendengar perkataan Yusuf.

"Tenang dulu. Aku jelaskan dulu pelan-pelan. Jangan emosi dulu."

Wuusssss....

Suuiiiiiinnggggg.....

Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang di halaman rumah.

"Apa itu...?"

Semua orang berdiri ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mereka berlarian ke halaman depan. Terlihat daun jambu berjatuhan. Halaman terlihat sangat kotor.

"Eh.. Apa itu angin tornado. Rontok semua daun jambu. Padahal baru saja di sapu. Sudah kotor lagi." Rama menggerutu. Pasalnya dia yang menyapu halaman dan baru saja selesai, tapi sudah banyak daunnya yang terjatuh lagi.

"Angin apa tadi. Kenapa tiba-tiba muncul." Ucap Nia yang celingukan memandang ke sekeliling halaman.

"Apa benar tadi itu angin tornado." Ucap Ran juga. Walaupun sebenarnya dia merasa ada yang ganjil juga.

"Mungkin iya.." Sahut ayah menimpali ucapan Ran dan Rama.

"Sudah.. Sudah . Sini duduk dulu. Ada yang mau aku sampaikan." Yusuf memanggil semua orang yang tadi berada di luar.

"Angin yang aneh. Benarkan mas Yusuf?" Ayah memandang Yusuf dengan beribu pertanyaan. Ayah tahu kalau Yusuf mengetahui kejanggalan dengan apa yang baru saja terjadi.

"Sudah sini. Makannya aku mau menjelaskan sesuatu."

Perasaan bunda mulai terasa tidak nyaman. Bukan hanya bunda sebenarnya. Namun semua anggota keluarga. Mereka merasa ada sesuatu yang tidak lazim akan terjadi.

Sebelum berkata, Yusuf menghela nafas panjang. Dadanya terasa sesak. Sebenarnya dia tidak sanggup berkata. Karena semua yang akan dia sampaikan akan berimbas juga pada dirinya dan keluarganya. Tapi memang ini sangat penting dan harus segera disampaikan. Dan demi kebaikan semuanya dia harus berani mengungkapkan apa yang sebenarnya.

"Begini, kedatangan ku kemari yang pertama mau minta bantuan. Panti Asuhan sedang dalam masalah. Ada ahli waris sang pemilik tanah tidak rela tanah tersebut di wakafkan. Mereka menuntut tanah itu dibayar.Dan kalau tidak kami akan diusir."

Pelan sekali Yusuf berkata. Dia benar-benar merasa malu dengan apa yang dia sampaikan tersebut.

"Tidak usah sungkan Om, kita akan membantu menyelesaikan semuanya."

"Bara....."

Lagi-lagi semua orang terkejut. Benar-benar hari ini penuh kejutan. Tiba-tiba rumah ini kedatangan tamu yang yang tidak di sangka-sangka.

"Iya Om.Ini saya. Ayah .. bunda, Sebelumnya saya minta maaf. Tiba-tiba hadir tanpa mengucapkan salam."

"Iya nak Bara. Sebentar.. Sebentar. Sebenarnya ini ada apa. Kenapa kalian bisa hadir bersamaan begini?"

Yanto memandang satu persatu orang yang hadir. Yanto bingung dengan semua yang terjadi.

"Aku juga datang lho Ayah.." Fian masuk di belakang Bara.

"Ini lagi... Ada apa sebenarnya? Kalian semua datang tiba-tiba." Ayah menggeleng pelan. Dia semakin yakin ada yang tidak beres.

"Begini Ayah , bunda dan Om Yusuf. Untuk masalah panti asuhan yang akan digusur, Om Yusuf tidak perlu khawatir. Papa sudah meluncur kesana untuk menyelesaikan semuanya."

Bara menjelaskan semuanya dengan segera. Tentu saja dia tidak ingin ada membuat para orang tua panik.

"Alhamdulillah.. Syukurlah. Terima kasih nak Bara. Tapi apakah tidak merepotkan ." Yusuf mengangguk takzim.

"Tidak usah sungkan Om. Sebenarnya memang ada orang yang sengaja menghasut ahli waris tanah tersebut. Dan Alhamdulillah, Papa sudah menemukan orangnya. Sekarang papa sedang negosiasi."

"Terima kasih banyak ya Nak Bara. Om tidak bisa membalas kebaikanmu dan keluargamu. Semoga Allah memberi keberkahan buat kalian semua."

"Aamiin..."

Semua orang mengaminkan ucapan Ustadz Yusuf. Wajah Yusuf terlihat lega walaupun masih ada hal yang lebih penting yang akan dia sampaikan.

"Jadi itu juga yang mau Ran sampaikan Ayah dan bunda." Ucap Ran kemudian.

"Kenapa kamu tidak berterus terang Ran. Pasti kami akan membantu." Jawab Ayah.

"Ran tidak sampai hati, melihat keadaan Ayah dan bunda yang sedang berduka."

"Sebenarnya tidak apa-apa Ran. Urusan panti juga penting bagi kami." Bunda mengusap bahu Ran dengan lembut.

"Iya bund, maafkan Ran yang tidak berterus terang."

"Iya Ran..."

" Sudah.. Sudah. Semua sudah diatasi. Sekali lagi Aku mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan kalian." Yusuf menengahi.

"Mas Yusuf istirahat dulu di kamar. Sudah disiapkan di kamar Rama."

"Iya mas. Pasti capek sehabis perjalanan jauh." Ayah menimpali ucapan bunda.

"Aku mau ke rumah pak RT dulu ya mas. Ada yang mau aku bahas di sana. Mas Yusuf istirahat dulu." Lanjut ayah sambil meneguk kopinya yang tersisa seteguk.

"Baiklah. Ternyata lumayan pegal juga. Baru terasa sekarang." Ustadz Yusuf menggerak-gerakkan badannya yang terasa pegal.

"Hahaha.. Itu tandanya memang badanmu lelah mas. Dan juga faktor U itu. Hahaha..."

"Hm.. Memang udah badan orang tua. Aku masuk kamar dulu ya. Di mana kamar Rama ?"

"Mari Om, Rama antar."

Ustadz Yusuf dan Rama meninggalkan ruang tamu. Sambil berjalan Ustadz Yusuf melihat ke atas. Dia merasakan sesuatu yang berbeda. Namun dia masih diam saja.

Ustadz Yusuf baru mau mengatakan yang sebenarnya nanti malam. Dia tidak mungkin menyimpan hal tersebut lama-lama karena pasti akan membahayakan seisi rumah. Namun dia juga tidak mau gegabah. Dia akan memantau juga.

"Ini Om kamarnya. Maaf ya seadanya. Karena memang hanya begini adanya. Selamat beristirahat."

Rama meninggalkan Ustadz Yusuf sendirian di kamar. Dia akan kembali menyapu halaman yang kembali kotor karena angin kencang tadi.

Sementara itu Bara dan Fian masih mengobrol di ruang Tamu. Ran juga ada di sana.

"Ran selanjutnya apa rencana kamu?" Tanya Fian pada Ran.

"Entahlah.. Gue belum tahu. Nanti menunggu keputusan Ustadz Yusuf saja."

"Kamu tidak punya rencana sendiri Ran." Ucap Bara.

"Saya pengen kembali ke Surabaya sebenarnya. Membantu mengelola panti asuhan. Kasihan ibu panti dan ustadz Yusuf."

"Itu juga rencana yang bagus Ran."

"Eh.. Eh.. disini saja Ran. Nanti gue cari lowongan kerja buat loe. Mau ya.." ucap Fian.

"Cie... Cie yang tidak mau ditinggal." Bara menggoda Fian. Muka Fian sudah memerah.

"Apa si bang.. kan ini demi kebaikan bunda. Biar bunda tidak kesepian."

" Bunda apa bunda..."

Bara semakin menggoda Fian. Ran dan Fian mukanya terlihat memerah.

Klontanggg....

Terdengar suara panci jatuh di dapur. Padahal setahu mereka di dapur tidak ada orang, kecuali mereka bertiga yang sedang berbincang di depan ruang tamu.

"Apa itu Ran.."

Ucap Bara dan Fian bersamaan.

" Seperti suara panci jatuh.." Jawab Ran. Kemudian dia bangkit dan berjalan menuju dapur. Fian dan Bara hanya mengiringi dengan pandangan mata.

Ran masuk ke dapur. Ternyata benar ada panci yang jatuh.

"Kok bisa jatuh. Bukannya tadi digantung di paku itu ya.." Gumam Ran pelan.

Wuuussss....

Angin bertiup lagi. Ran tersentak. Kali ini angin tersebut serasa menampar wajahnya.

"Eh..."

Ran terkejut. Bulu kuduknya mulai merinding. Dia melihat sekelebat bayangan hitam di sudut dapur. Ran hanya terpaku. Selalu begitu. Kakinya tidak bisa digerakkan. Mulutnya pun terkunci. Dia tidak bisa berteriak.

"Raaan....."

Suara itu datang lagi.. Suara itu memanggil nama Ran lagi. Ran semakin merinding. Mukanya sudah pucat. Tapi ini siang hari..

Apa dan siapa??? Ini siang hari. Adakah hantu muncul siang hari. Namun perasaan ini berbeda. Namun otak ini terasa membeku.

Apa ....???

Siapa...??

Adakah yang sengaja melakukan ini semua.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan like dan komen. Terima kasih ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Feronika Wela

Feronika Wela

iiiiisss dah malas lalu berasa nnton sinetron...

2023-11-18

1

⒋ⷨ͢⚤💕Iмᷡαͤѕͥ️💕ⒾⓇⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟

⒋ⷨ͢⚤💕Iмᷡαͤѕͥ️💕ⒾⓇⁱᵐ Ꮶ͢ᮉ᳟

hantu kan muncul bisa kapan dan dimana aja, jd wlpn ini siang bisa aja muncul apalagi klo hantu nya yg suka iseng🤭🤭

2023-11-16

1

Fellaini Wu

Fellaini Wu

agar tidak seram akan saya ganti menjadi haha

2023-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!