Sudah satu bulan semenjak kami terjebak di game ini, sejauh ini fraksi kesatria maupun petualang sudah menembus lantai 20 menara Kristalia, bos-bos yang mereka kalahkan dipertunjukkan di kota awal sebagai infomasi heroik yang telah mereka raih.
Aku berada di kerumunan pemain yang penasaran akan hal itu, statik bos sendiri benar-benar terlihat gila bahkan jika seseorang memiliki level maksimal mereka belum tentu bisa mengalahkannya hanya dengan beberapa orang saja, ini adalah game RPG karenanya kerja sama benar-benar di tuntut dalam pertempuran seperti ini.
Walau fraksi kesatria dan petualang adalah dua hal berbeda, mereka menyadari bahwa mereka harus melakukannya bersama.
Ada mereka mungkin menjadikan harapan banyak orang namun ketika ada cahaya tentu ada bayangan di sekitarnya, beberapa pemain yang diserang PK atau player killer juga mulai ditambahkan pada informasi tersebut.
Mereka cenderung menghabisi pemain yang berada di level 30an, selain memberikan kepuasan tersendiri, pinalti dari pemain yang terbunuh juga bukan hanya sebatas level mereka di nol kan melainkan peralatan mereka juga diambil.
Misal jika kalah dengan monster peralatan mereka akan dikembalikan tapi jika itu sesama player maka berakhir demikian.
Sudah 500 orang terbunuh dari keseluruhan 3.000 pemain karena PK dan itu juga membuat waktu lebih lama untuk kami bisa keluar dari game, beberapa orang mungkin menyukai hidup di tempat ini namun di sisi lain kami mengharapkan untuk kembali, ada keluarga kami yang menunggu. Terlepas dari dunia yang membosankan dunia nyata adalah dunia yang sesungguhnya yang tidak terdiri dari sebuah data komputer, bagiku sendiri aku tetap merasa hidup jika berada di sana.
"Yuto, mari pergi.. kita perlu menaikan level sekarang."
"Kurasa kau benar."
Aku menjawab perkataan Mofu untuk mengikutinya keluar kerumunan bersama Karina yang telah berjalan di depan sembari menikmati roti di tangannya.
Kami menggunakan kristal teleportasi untuk pergi ke lantai 5 yang merupakan area bertebing dengan undead semacam zombie yang harus kami kalahkan.
Game ini tidak dibuat sempurna adalah hal yang pantas aku katakan, jobnya terbatas bahkan pola serangan juga tergantung pemain yang ingin melakukannya seperti apa.
Aku menggunakan skill [Slash] untuk membunuh zombie yang berjalan ke arahku walaupun lebih banyak menggunakan gerakan diriku sendiri, mereka masih bergerak lambat hingga memudahkan aku untuk membunuhnya. Untuk Karina dia berada di depan dengan gerakan luar biasa, dia bergerak seolah-olah menari-nari dengan dua senjata kembarnya.
Dalam waktu singkat dia jauh lebih banyak membunuh zombie dibandingkan aku.
Di sisi lain Mofu mendukung dengan sihir pendeta miliknya, seperti [Blessing] yang menambahkan keberuntungan serta [Power Up] dan [Protection] untuk melindungi kami dari efek apapun seperti kutukan dan serangan. Masing-masing memiliki waktu penggunaan jadi kami tidak terus-menerus bergantung padanya.
Aku dan Mofu duduk di tanah sembari mengatur nafas kami yang tersengal-sengal, Karina yang memiliki status lebih tinggi masih berdiri sembari menunjukan pose alaynya.
"Kerja bagus kalian berdua, kita sudah menghabiskan seharian untuk membunuh mereka sebaiknya kita kembali ke kota. Ugh.. perutku lapar."
Ini game namun anehnya kami merasakan hal demikian walaupun kami tidak benar-benar membutuhkan sesuatu untuk pergi ke toilet seolah makanan yang kami makan menghilang begitu saja di tubuh kami.
Aku membantu Mofu untuk berdiri dan merasa malu karenanya.
"Ada apa Yuto?"
"Tidak, kamu benar-benar empuk."
Mofu hanya memiringkan kepalanya, syukurlah dia tidak mengerti apa yang aku maksud.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Frando Kanan
yare2 🙄...
2024-01-12
0