Pagi-pagi sekali Wina sudah sampai di kantor dan menuju ruang HRD. Ia hendak menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai Office girl. Sebab kini ia mempunyai tanggung jawab lain yaitu memimpin perusahaan Pak Herman.
Wina berjalan santai dan tersenyum seperti biasa. Senyum yang begitu ramah. Namun memang saat ini ia sangat berbeda dengan balutan setelan jas kerja serta rambut yang ia ikat setengah.
“Permisi, Bu Rika,” salam Wina saat membuka pintunya. Rika menoleh dan tersenyum.
“Selamat pagi, Bu Wina,” salamya balik Wina. Rika sudah mengetahui jika Wina sudah menjadi istri dari pemilik perusahaan tempat ia bekerja dan ia pun merubah panggilannya.
“Wina saja Bu ... seperti biasa.” Wina tersenyum lalu duduk di kursi.
“Ya tidak etis dan tidak sopan kalau saya memanggil nama saja, Bu. Status Ibu, kan sudah menjadi istri CEO sekaligus pemilik perusahaan ini. Saya sangat menghargai Pak Bram, jadi saya harus menghargai Ibu juga sebagai istri dan rekan bisnis beliau.”
“Ibu bisa saja. Oh iya, ini surat pengunduran diri saya sebagai office girl di sini.” Wina tersenyum sambil memberikan amplop berisikan surat pengunduran diri.
''Baik, saya terima ya, Bu. Tidak memberikan surat pengunduran diri sebenarnya juga tidak apa-apa.”
“Tidak bisa begitu. Saya datang kemari baik-baik. Saya memutuskan kesepakatan kerja juga harus dengan cara baik-baik. Biar kedepannya semua urusan menjadi mudah.”
“Iya, Ibu benar.” Rika tersenyum melihat Wina yang kini sudah berubah 180 derajat secara penampilan. Semua orang sudah mengetahui identitas diri Wina sebenarnya.
'Klek' suara pintu tiba-tiba terbuka. Wina dan Rika melihat ke arah pintu.
“Mas ...?” Wina melihat Bram yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.
“Sudah selesai urusannya?” tanya Bram menghampiri Wina.
“Sudah.”
“Selamat pagi, Pak Bram,” sapa Rika.
“Pagi, Bu Rika.” Bram tersenyum sekilas melihat Rika lalu melihat sang istri.
“Bu Rika, saya pamit. Terima kasih selama ini sudah mempermudah urusan saya. Saat izin dan cuti.”
“Sama-sama, Bu.” keduanya bersalaman lalu Wina dan Bram keluar dari ruangan HRD.
“Mas ... Aku ke kantor ya. Urusan disini sudah selesai,” ujar saaat Wina berjalan menuju lobby.
Bram berhenti melihat istrinya, ia tahu istrinya mulai bekerja di kantor cabang milik pak Herman dan menjadi pemimpinan disana. Tetapi ia tidak ingin jauh dari istrinya yang baru beberapa hari ia nikahi.
“Bisa di tunda, kan sayang.”
“Gak bisa, Mas. Ayolah ... minggu depan kita harus mempersiapkan pesta pernikahan, kan. pekerjaan kita juga harus selesaikan sebelum pesta tiba.”
“Ok ... baiklah. Tapi di antar pak Dedi ya.”
Wina mengangguk lalu tersenyum. Bram kemudian memeluknya lalu mencium keningnya. Wina kemudian meninggalkan kantor menuju kantornya. Diperjalanan menuju kantornya ia melihat ruko yang bertuliskan ‘DIJUAL’. Ia terus melihatnya dan berfikir sesuatu.
“Ruko dijual,” batinya.
“Pak Dedi tolong berhenti!” ujar Wina tiba-tiba. pak Dedi perlahan menepikan mobilnya.
“Ada apa Nyonya?” sambung Boy sang bodyguard.
“Tidak ada. Saya turun sebentar.” Wina turun dari mobil diikuti Boy. Wina berjalan ke arah ruko tersebut.
“Boy!” panggil Wina pada bodyguardnya sambil melihat ruko tersebut.
“Ya, Nyonya.“
“Menurutmu ... tempat dan ruko ini strategis tidak kalau untuk membuka usaha?” tanya Wina sekilas melihat Boy.
Boy melihat ruko tersebut lalu melihat sekelilingnya. Tampak begitu ramai dan gedung perkantoran, dan beberapa toko dan perumahan serta hotel di sekeliling ruko yang memiliki tiga lantai tersebut.
“Menururut saya cukup ramai dan strategis Nyonya. Maaf kalau boleh tahu, apa Nyonya ingin membuka usaha?”
Wina sekilas tersenyum lalu mengangguk kecil. Di otaknya sudah tersusun konsep dan ide usaha yang sudah lama ada di pikirannya.
“Ya ... saya ingin membuka usaha dan lapangan pekerjaan, Boy!“ Jawab mantap Wina sambil memotret bangunan ruko tersebut menggunakan Ponselnya lalu mengetik nama dan nomor telepon sang pemilik ruko yang tertera di sepanduk tersebut.
“Tapi bukankah Nyonya sudah memimpin perusahaan tuan Herman yang ada di sini!”
“Singa sudah terbangun dari tidur panjangnya selama 4 tahun Boy. Saatnya mengaum.”
Wina tersenyum lalu mengenakan kacamata hitamnya dan berjalan menuju mobilnya. Boy masih menatap heran istri bosnya tersebut dan bingung dengan kalimat singa mengaum.
Wina memang wanita yang pintar memanfaatkan peluang. Jiwa bisnisnya dan loyalitas dalam pekerjaan tidak diragukan lagi. Hanya semenjak menikah dengan almarhum suaminya terdahulu ia memilih vakum dari pekerjaan kantor dan menjadi ibu rumah tangga dan setelah kepergian sang suami, ia juga memilih untuk tidak kembali ke dunia bisnis dan memilih bekerja sebagai office girl. Karena ia tidak mau di pusingkan dengan pekerjaan yang menguras pikiran.
Saatnya kini ia kembali dan ingin membuat bisnis baru dan membuka lapangan pekerjaan. Sudah lama ia ingin mewujudkan impian itu, namun waktu belum tepat. Sesampainya di kantor. Wina di sambut asistennya, Ara dan beberapa staf lainnya.
“Selamat datang, Bu Wina,“ sambut Ara.
“Terima kasih, Ra. Terima kasih semuanya.”
“Mari Bu. Saya antarkan ke ruangan Anda.”
Wina mengangguk lalu mengikuti langkah Ara berjalan menuju lift, sementara Boy menunggunya di lobby.
Sesampainya di ruangan Ara kemudian pamit. Wina duduk di kursinya lalu tersenyum. Ia tidak menyangka akan kembali bekerja di kantor.
“Wina ... selamat datang kembali. Sudah cukup bersembunyi menjadi orang biasa dan selamat memasuki babak baru kehidupan dan ujian rumah tangga yang baru,” batin Wina.
Wina tahu mempunyai suami seorang Bram sudah pasti tidak mudah. Banyak godaan yang menanti. Siapa yang tidak ingin menjadi orang spesial disisi seorang Bram Sanjaya.
Wina mulai mengerjakan pekerjaannya sesekali membalas pesan cinta dari sang suami, sebab suaminya sedang kasmaran dengannya tidak bisa lepas darinya dan ingin terus bersamanya. Wina tersenyum dan memaklumi sang suami.
Merasa haus Wina cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya, lalu ia keluar untuk ke pantry mengambil air minum.
“Bu Wina?” sapa Ara yang melihat Wina dipantry
“Ya.”
“Kenapa Ibu ambil minuman sendiri?”
“Tidak apa-apa, cuma ambil air minum.” Wina tersenyum.
“Ra, tolong kamu suruh bagian Project Manager, Site Engineer Manager, Site operational manager, Site Administration Manager, quality Surveyor, Engineering, logistics, general Supervisor dan Supervisor, Surveyor, administration Staff, Commercial Staff, terakhir kepala mandor. Suruh ke ruangan meeting selesai jam makan siang,” titah Wina.
“Baik, Bu. Segera saya infokan di bagian masing-masing.”
Wina kemudian melangkah keluar dari pantry menuju ruangannya. Ia ingin segera mengurus proyek tersebut dan setelahnya mempersiapkan pesta pernikahannya.
Wina duduk di kursi kerjanya sambil minum air putih yang ia bawa dari pantry. Tiba tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat lalu tersenyum saat tahu siapa yang menghubunginya.
“Ya, Mas ...,” saut Wina di sambungan ponselnya.
“Kamu lagi ngapain?” tanya Bram.
“Lagi istirahat, baru selesai memeriksa beberapa berkas. Oh ya Mas. pulang nanti, aku mau ngomong sesuatu.”
“Ok. Mau ngomong apa?” tanya Bram penasaran.
“Nanti saja di rumah. Ya sudah sebentar lagi jam makan siang. Mas makan siang sama pak Damar dulu ya. Aku gak bisa ke sana, ada meeting sama staff di sini.
“Ok, baiklah. Pulang nanti kabari, biar Mas jemput.”
“Iya,” balas Wina lalu keduanya memutuskan sambungan ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Rasyha Nailu R
g
2021-02-26
0
Hesti Sulistianingrum
siiip thorr.. meski msh ad sdkt typo..
2021-01-19
0
Zaitun
deg deg
2020-11-10
1