Pagi harinya, Bu Dita menjemput Syasa di kamar Wina. Kemudian membiarkan Wina bersantai menikmati hari liburnya. Wina bersantai di balkon kamarnya sambil menikmati kopi. Dengan menggunakan baju tidur dan celananya yang pendek membuat kulit putih dan mulusnya terlihat.
Hari ini Wina benar-benar menikmati hari liburnya tanpa diganggu Syasa, akan tetapi pikirannya terus melayang mengingat ucapan pak Herman yang akan menjodohkannya dengan anak rekan bisnisnya.
“Sudahlah,jalani saja. Yang penting Syasa tetap bersamaku.”
Wina menyibak rambutnya dengan tangan kirinya. ia tidak sadar sedari tadi ada yang memperhatikan dirinya dari balkon lain yang sejajar dengan balkonnya.
Wina masuk begitu saja tanpa tahu ia diperhatikan seorang pria. Wina mengenakan celana panjang longgar lalu mengikat asal rambutnya. setelah itu ia keluar dari kamarnya untuk sarapan di restoran hotel.
Wina berjalan menuju lift tak lama ada seorang pria berjalan di belakangnya yang juga menuju lift.
Wina menekan tombol lift dengan matanya fokus ke layar ponselnya. Ia tidak tahu jika Pria itu juga masuk ke dalam Lift.
Masih fokus dengan ponselnya, sebab Wina sedang mempelajari berkas pekerjaan kantor milik Pak Herman. Rupanya Pak Herman setelah berdebat semalam dengan Wina akhirnya Wina mau membantu Pak Herman mengelola perusahaan, akan tetapi dibalik layar dan hanya pertemuan penting akan menemui klien. Jika masih bisa diwakilkan ia tidak akan mau menemuinya.
“Hebat ya! Seorang office girl bisa tidur di hotel bintang lima dan dengan fasilitas VVIP,” ujar pria tersebut tiba-tiba membuat Wina tersentak, sebab suara itu tidak asing. Wina menoleh dengan sangat hati-hati.
“Tuan, Bram.” Bram menyeringai lalu mendekati Wina. Kini Bram menyangka Wina wanita tidak benar.
“Siapa yang menyewamu?” tanya Bram tepat di depan wajah Wina. Wina refleks mundur dan menahan dada Bram dengan kedua tangannya.
“Maksud tuan apa?”
“Gadis munafik! Siapa yang menyewa dirimu untuk tidur di kamar hotel ini. Kalau sendiri tidak mungkin, gajimu satu bulan tidak akan cukup untuk menyewa kamar ini.”
Wina kini mengerti maksud Bram. Seperti bosnya itu sudah salah paham. Wina tetap bersikap tenang walaupun ia sakit hati dengan ucapannya.
Wina mendorong pelan dada Bram dan tersenyum. Ia mengambil nafas agar emosinya mereda.
“Kenapa tuan? Apa masalah tuan pada saya. Maaf ini diluar kantor, anda tidak berhak mencampuri urusan pribadi saya. Permisi.” Wina keluar dari lift saat pintu lift terbuka. Begitu juga Bram mengikuti langkah Wina ke restoran.
Wina mencuci tangannya lalu mengambil sarapannya kemudian duduk di salah satu meja yang letaknya di sudut. Sementara itu Bram teru mengikutinya dan duduk di hadapan Wina.
“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Bram. Wina sekilas melihat Bram.
“Saya bukan siapa-siapa!”
Bram terdiam melihat Wina yang begitu asyik memakan sarapannya. Sudah dua Minggu Bram terus mencari tahu siapa Wina sebenarnya. Namun, sampai saat ini ia belum mengetahui Wina sebenarnya. Ditambah saat ini Wina berada di hotel bintang lima, membuat dirinya bertambah penasaran.
Wina selesai sarapan. Wina kembali memperhatikan Bram yang duduk di hadapannya. Begitu juga Bram.
“Ada lagi yang ingin Anda ketahui tentang saya, tuan?” Bram tersedak saat mendengar ucapan Wina yang seolah tahu apa yang dirinya pikirkan.
Bram terdiam dan melihat Wina yang masih menatapnya.
“Kenapa kau menatapku seperti itu. Kenapa saat di kantor kau justru tidak berani denganku.” Wina tertawa kecil.
“Dengar tuan. Di kantor saya karyawan Anda, dan saya harus menghormati Anda sebagai atasan saya. Sedangkan di luar kantor, Anda bukan siapa-siapa saya. Permisi.” Wina meninggalkan Bram di restoran, sedangkan Bram menatap Wina dengan heran. Kenapa ada gadis seperti Wina.
Bram terus mengikuti Wina yang berjalan masuk kedalam hotel. Ia melihat Wina sedang bersalaman dengan seseorang. Seseorang tersebut Bram juga mengenalnya. Karena memang rekan kerjanya.
“Baik, Pak sampai ketemu nanti!” ucap Wina lalu bersalaman dengan lawan bicaranya. Kemudian orang tersebut meninggal Wina. Wina berjalan menuju lift di ikuti Bram.
“Sepertinya Anda memang penasaran dengan saya?” ujar Wina.
“Jangan Ge-er!” balas Bram. Wina tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
Mereka diam dengan pikirannya masing-masing, Bram masih dengan rasa penasarannya terhadap Wina hanya bisa berasumsi jika Wina sepertinya bukan gadis sembarangan. Pantas saja gaya bicara dan sikap Wina sangat berbeda.
“Kamu di sini dalam rangka apa?” tanya Bram.
“Maaf sepertinya ini bukan urusan Anda, tuan. Dan Anda sendiri dalam rangka apa ada di sini?”
“Bukan urusanmu!” Wina tertawa kecil lalu melihat Bram sekilas.
“Baiklah. Impas.”
Wina keluar dari lift di ikuti Bram di belakangnya. Wina saat ini sudah tidak menghiraukan keberadaan Bram dan langsung masuk ke kamarnya. Walau ia tahu Bram masih penasaran dengannya.
Sesampainya di kamar. Wina kemudian mandi dan bersiap untuk menghadiri sebuah acara. Acara yang dibuat pak Herman untuk mempertemukan dirinya dengan seseorang yang akan di jodohkan dengan dirinya.
Sebenarnya ia malas, akan tetapi ia tidak mempunyai pilihan lain. Ia terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan pak Herman. Setelah selesai mandi dan berdandan, Wina keluar dari kamarnya.
Bersamaan dengan itu Bram pun keluar dengan menggunakan baju santai dan warna senada dengan Wina.
“Oh ****!” gumam Bram melihat dress santai Wina. Ia memalingkan wajahnya mencoba menyembunyikan keterpanaanya.
Sementara itu Wina bersikap cuek dan terus berjalan menuju lift. Lagi-lagi Bram pun satu lift dengan Wina.
Mereka sama-sama diam. Namun, mata Bram mencuri-curi pandang Penampilan Wina yang begitu anggun seperti idamannya.
Mereka keluar dari lift bergantian dan menuju lokasi yang sama. Bram berjalan lebih sedangkan Wina dengan ragu melangkahkan kakinya. Wina sejenak berhenti memikirkan almarhum suaminya.
“Mas Alfin, bukannya aku tidak setia. Tapi hidupku harus tetap berjalan. Maafkan aku Mas.” Wina sekilas menghapus air matanya lalu menarik nafas dalam-dalam.
Wina berjalan masuk ke area pertemuan. Wina melihat tidak banyak orang, hanya mertuanya dan juga keluarga pak Bima serta Bram dan beberapa orang-orang mertuanya dan juga beberapa rekan bisnis mertuanya.
Wina berjalan dengan rasa gugup dengan senyum yang di paksa. Matanya melirik Bram yang sibuk menerima panggilan ponselnya. Ia juga belum tahu pemuda mana yang akan dijodohkan dengannya karena disana terlihat dua pria selain Bram.
Wina berjalan menghampiri pak Herman dan Bu Dita serta syasa. “Maaf, Ma. Wina terlambat.” Wina tersenyum sopan lalu menyalami pak Bima dan Bu Mila.
“Tuan Bima, Tante mila.”
“Om saja. Om sudah bukan bos kamu.”
“Om bisa saja .” tambahnya lagi semua tertawa kecil.
Pak Bima memang mengetahui siapa Wina sebenarnya. Namun, pak Bima juga sama seperti Bu Mila yaitu diam dan tidak mengungkap siapa Wina sebenarnya. Begitu sebaliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Aqiyu
mertuanya baik yach malah menjodohkan mantunya dengan orang lain
2022-10-09
0
Dwi Sulistyowati
sedikit aneh ketika Almr suaminya adalah anak tunggal dr kelg kaya kok tinggalnya dirmh sederhana mn tinggal sendiri dg anaknya sang pewaris kekayaan. emg mertuanya kmn aja
2021-08-20
0
wonder mom
single parent jg yatim piatu tu luka tak berdarah. smua ditanggung sdri. tp mmg hnya org terpilih yg kuat diposisi spt tu😍😍😍
2021-08-15
1