Dua Minggu berlalu dan dua Minggu itu pula Bram mencuri-curi pandang Wina. Sementara Wina justru jengah dengan sikap Bram yang kadang membuat dirinya kesal saat meminta sesuatu yang. Serba salah di matanya. Ada saja yang diminta padahal permintaan sudah sesuai keinginannya, seperti kopi yang airnya kurang panas dan meminta dibelikan jus atau makanan lainnya dan masih banyak lagi alasan agar Wina bisa sering ke ruangannya.
Tidak terasa liburan sekolah dan liburan akhir tahun sudah hampir tiba. Wina sudah menyusun rencana dan ingin mengambil cutinya untuk liburan bersama Syasa ke Jakarta, menemui sang mertua.
Wina berjalan menuju lift Henda ke ruang HRD untuk mengajukan cuti selama beberapa hari. Saat menuju lorong dekat ruang meeting Wina berpapasan dengan Tiyas
“Mau kemana?” tanya Tiyas sambil melihat Kertas di tangan Wina.
“Mau ke lantai bawah, ke ruang HRD, " jelas Wina.
"Kamu jadi cuti ? " tanya Tiyas lagi.
“Jadi … biasa akhir tahun, aku harus ke rumah mertuaku, " jawab Wina laku tersenyum.
"Ok! Semoga perjalanan kamu nanti lancar ya!”
“Iya. Terima kasih ya. Kamu kuliah juga harus rajin ya, biar nanti naik jabatan.” Wina dan Tiyas tertawa kecil.
“Iya nanti naik jabatan jadi salah satu istri petinggi kantor!” kelakar Tiyas diiringi tawa kecil mereka agar tidak mengganggu meeting bos mereka.
“Ya sudah, aku balik kerja ya. Kamu jangan lama.”
“Iya, cuma minta tanda tangan saja.” Wina tersenyum lalu Tiyas berjalan menuju pantry sedangkan Wina berjalan menuju lift.
Saat Wina berjalan tiba-tiba seseorang menabraknya.
"Brukkkk"
"Awh…!" pekik Wina menahan sakit karena terjatuh.
Surat pengajuan cutinya terlepas dari tangan dan terinjak oleh seseorang. orang tersebut tak lain adalah Bram sanjaya, bos barunya, yang akhir-akhir ini membuat dirinya kesal. Wina melihat wajah penuh Amarah Bram lalu mengambil kertas cuti Wina. Bram bukan marah pada Wina melainkan marah pada salah satu stafnya yang tidak becus menyusun laporan.
“Kau mau cuti?” tanya Bram dengan nada marah.
“Iya tuan,” balas Wina lalu ia berdiri.
Bram melihat Wina sambil mengeratkan giginya. Ia begitu marah dengan situasi saat ini. Stafnya tidak bisa diandalkan lalu tiba-tiba office girl kesayangan tiba-tiba cuti.
“Tidak ada yang boleh, mengajukan cuti. Tidak terkecuali!” suara lantang Bram terdengar di seluruh ruangan. Wina pun terkejut saat mendengar nada tinggi Bram. Apa lagi tepat di depannya.
Bram menyobek kertas pengajuan cuti milik Wina tepat di depannya lalu melemparkannya ke wajah Wina tanpa sadar.
“Maaf tuan!“ lirih Wina menahan tangis, sebab baru kali ini ada orang yang bernada tinggi di depannya. Walau suara Bram itu tidak hanya ditujukan padanya. Namun, semua orang mengira ucapan lantang itu untuk dirinya.
Bram melangkah menuju ruangannya, sedangkan Wina masih berdiri mematung, suara tangisnya tercekat di kerongkongan. Hanya air matanya yang menetes.
Semua karyawan tidak bisa berkata apapun hanya bisa bersimpati pada Wina. Mereka tahu jika Wina office girl yang baik hati, tidak pernah membantah dan pekerjaannya pun rapih.
Wina berlari ke kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada mertuanya.
Sementara itu Bram duduk di sofa dengan raut wajah kusut. Ia belum sadar atas perlakuannya pada Wina.
“Gila kau Bram!” suara Damar terdengar di ambang pintu.
“Kau gak usah menambah kekesalanku, Dam!”
“Terus … kekesalan itu, kau limpahkan pada Wina, yang gak tau apa masalahmu! Dengar ya Bram. Dia itu karyawan yang baik. Rajin dia hanya mengambil cuti satu tahun dua kali, dan masing-masing hanya satu minggu. Karena dia mau menemui orang tua yang ada di ibukota!” jelas Danar lalu duduk di sofa di samping Bram.
“Terus, kalau orang tuanya di Jakarta. Kenapa dia ada di sini, di surabaya.”
“He …! Bro. Gak semua orang itu terlahir Kaya kayak kamu. Mungkin orang tuanya kerja di ibukota, dia di sini. Mungkin kampungnya di Surabaya dan dia tidak mau ikut dan tetap disini. Kita gak tau hidup seseorang Bram.”
“Sudahlah. Itu kuasaku untuk melarang siapapun cuti.”
“Kau juga jangan lupa, cuti itu hak karyawan, jangan dzolim jadi pemimpin.” Damar kemudian keluar dari ruangannya.
Bram terdiam dan baru menyadari kesalahannya. Ia kemudian berdiri dan duduk di kursinya. Ia mencoba mengerjakan pekerjaannya, namun pikirannya terus tertuju pada Wina.
“Sial! Kenapa aku terus mikirin dia.“ Bram melepaskan dasinya.
‘Tok …tok…’ terdengar ketukan pintu.
“Masuk!” seru Bram. Bram melihat ke arah pintu rupanya Tiyas mengantarkan jus pesanannya. Jus yang ia minta setelah meeting.
“Permisi, tuan. Ini jus pesanan Anda tadi pagi.”
“Bawa saja lagi.” Bram kemudian memutar kursinya tidak ingin melihat wajah Tiyas.
“Tapi tuan.”
“Apa kau tidak mendengar perintahku!“
“Tapi ini buatan Wina!” Tiyas meletakkan jusnya di meja dengan sangat hati-hati.
“Kemana dia?” tanya Bram menanyakan Wina.
“Wina Ada di lantai 25, dia di minta tolong Mbak Ratih mengantarkan berkas.”
“Keluar!”
“Baik, tuan. Permisi.” Tiyas kemudian buru-buru keluar dari ruangan Bram. Ia takut berada lama-lama di dekatnya.
“Ganteng sih ganteng, tapi galak kayak gitu siapa yang mau sama dia,” gumam Tiyas saat sudah keluar dari ruang Bram.
Bram sendiri melihat gelas jus jeruknya, kemudian ia mengambilnya dan tersenyum. Ia heran kenapa sudah dimarahi, wina masih mau membuatkan dirinya minuman. Ia membayangkan jika Wina menjadi istrinya dan saat dirinya marah Wina masih melayaninya dengan caranya.
“Andai saja,” batin Bram lalu minum jusnya.
Kenapa ada office girl yang begitu pengertian, biasanya karyawan lain jika sudah dimarahi cenderung dendam dan tidak peduli, pikir Bram.
Selama beberapa Minggu ini mengenal Wina, ia semakin penasaran kenapa sikapnya sangat berbeda dengan yang lain. Yang suka mencari perhatian dengannya sedangkan Wina, bersikap santai, sopan. Wina juga tahu bagaimana membedakan sikap kepada orang yang lebih tua atau lebih muda. Sikapnya yang anggun, lemah lembut, dan sopan membuatnya menjadi sosok idamannya.
Walau Wina di matanya hanya seorang office girl, tapi nyatanya sikap dan kepribadiannya menunjukkan wanita berkelas. Tidak suka membicarakan orang lain, selalu memberi solusi pada temannya yang sedang kesulitan, menjaga emosinya saat ada yang memarahinya dan menghindari perdebatan yang tidak penting. Cara berpakaian dan riasan wajahnya juga biasa saja tidak berlebihan seperti para staf dan karyawan serta sesama rekan kerjanya.
“Kenapa dirimu semakin membuat aku penasaran. Siapa dirimu sebenarnya. Kamu begitu berbeda tidak seperti yang lain. Namamu juga tidak asing, dimana aku pernah mendengar namamu.” Bram kemudian menghabiskan sisa jusnya. Ia begitu penasaran dengan sosok wanita yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Lina Resnawati
ceritanya lebih bagus sebelum dirubah...pertemuan pertamanya kan waktu...pergantian CEO..
kok ini jadi kecelakaan motor
2023-08-06
0
icha
ku kira si wina wanita tangguh,dlm arti bise karate atau bela diri.gk taunya gk bisa mana cengeng lg.
2023-06-08
0
Iin Unengsih
alhamdullilah aku ngalamin nya jd janda😀🙏
ang semakin di depan soal nya janda anak 2 dapat bujangan dan alhamdullilah sesuai janji allah dapat yg terbaik menerima aku apa ada nya...
semangat winaaaa
semangt juga buat penulisss🙏🙏❤️
2022-06-15
0