“Boleh saya masuk?” tanya Bram saat Wina membuka kamar hotelnya. Wina menghela nafas panjang lalu menggeser tubuhnya, memberikan ruang Bram agar masuk.
“Silakan, tuan.” Bram masuk kedalam kamar dan melihat Syasa tidur di tempat tidur.
“Silakan duduk, tuan. mau minum kopi atau teh?” tanya Wina masih berdiri di belakang Bram. Bram menolah melihat Wina.
“Air putih saja.” Bram kemudian duduk di sofa dan terus melihat Wina yang saat ini berjalan untuk mengambil botol air mineral.
Wina berjalan menghampiri Bram lalu melatakkan botol tersebut di meja tepat di depan bosnya.
“Silahkan tuan.” Bram mengangguk dan melihat Wina duduk di sofa di sebrang meja.
sejenak suasana menjadi hening, mereka terdiam dalam pikiran masing-masing. Wina juga tidak menyangka jika orang yang ingin di jodohkan dengan dirinya adalah bosnya di kantor. Begitu juga Bram yang tidak menyangka dirinya di jodohkan dengan orang yang ia kagumi.
“Maaf, tuan. Ada keperluan apa?” tanya Wina memulai pembicaraan.
“Tidak ada. Hanya ingin menanyakan suatu hal tentang perjodohan Kita.”
Wina terdiam dan tersenyum tipis, ia tahu dari Bu Dita saat setelah kejadian terjebur dari kolam renang. Bu dita memberi tahu jika pria yang di jodohkan dengan dirinya adalah Bram.
“Silakan tuan. Jika berubah pikiran ingin membatalkannya tidak apa-apa. Saya tahu posisi saya dan status saya.”
“Jika saya menerimanya?” Wina menatap Bram penuh arti. Apa maksud semuanya. apakah Bram tidak keberatan dengan statusnya?
“Ada syarat yang harus Anda penuhi. saya tahu mungkin tawaran saya ini membuat Anda menertawakan syarat yang saya ajukan, sebab saya seperti tidak tahu diri.”
“Katakan saja. Tidak masalah bagi saya. Kau juga berhak. Dalam hubungan kita harus saling terbuka, bukan?”
“Syarat pertama, sayangi anak saya seperti anak Anda sendiri. Kedua, Nikahi saya malam ini juga.” Wina sengaja menambah syarat kedua dan ingin tahu seberapa serius Bram dengannya. Ia juga tidak ingin membuat orang terus menerus berfikir jelek tentangnya.
“Baiklah ... saya terima semua syaratmu!” Bram tersenyum lalu mengulurkan tangannya sebagai tanda setuju. Bram juga tidak ingin membuat Wina direndahkan karena statusnya.
Wina mengulurkan tangannya dengan ragu dan keduanya tersenyum. Wina melepaskan jabatan tangannya.
Bram berdiri di ikuti Wina. Ia berjalan menghampiri Syasa. Pria 32 tahun itu tersenyum saat melihat wajah menggemaskan Syasa ketika tidur. Perlahan ia mendekati Syasa lalu mengusap rambutnya lalu mencium keningnya.
“Syasa ... kamu akan menjadi putri kesayanganku,” Gumam Bram yang masih terdengar oleh Wina. Wina memalingkan wajahnya, mengusap setitik air mata yang ada di sudut matanya. Melihat pemandangan di depannya dirinya begitu terharu dengan sikap Bram.
“Baiklah ... kita bicarakan dengan keluarga saat makan siang. Ayah ibumu ada, kan?”
“Em ... saya yatim pintu saat masih SMA!” Wina sekilas mengusap air matanya saat Bram masih menatap putrinya.
Bram bangkit dan melihat Wina tersenyum. Bagaimana bisa ia begitu tegar menghadapi dunia hanya berdua dengan putrinya, tegar kehilangan suaminya. Entah bagaimana rasanya menjadi seorang Wina, yang jelas pasti begitu sakit menghadapi kenyataan. Bram tahu Wina saat ini palsu. Hanya agar terlihat baik-baik saja. Bram menghampirinya.
“Maaf, Saya tidak tahu.”
“Tidak apa-apa.” Wina tersenyum tipis dan Bram hendak mengusap pipi Wina, namun ia urungkan. Mengingat mereka belum suami istri.
Bram keluar dari kamarnya sambil mengambil ponsel dalam sakunya. Kemudian ia menghubungi seseorang yang bernama Boy, salah satu bodyguard keluarganya.
“Halo Boy!” seru Bram di balik ponselnya.
“Iya tuan?” balas Boy.
“Apa hari ini kau sibuk atau ada pekerjaan lain?”
“Tidak tuan.”
“Baiklah! Ada pekerjaan untukmu. Ajak salah satu orang-mu dan carikan saya satu baby sister yang baik, sabar menghadapi anak-anak.”
“Hah?”
“Tidak perlu bertanya! kerjakan saja perintahku.” Bram menutup ponselnya lalu menemui orang tuanya di kamarnya.
Saat hendak mengetuk pintu kamarnya. Rupanya Pak Bima membuka pintu.
“Bram? Ada apa? Kau sudah menemui Wina?”
“Sudah, Pa. Tapi ...,”
“Tapi kenapa Bram? Apa Wina menolaknya?” sambung Bu Mila.
“Masuk, Masuk! Bicarakan di dalam.” Bu Mila menarik anaknya masuk ke dalam kamar.
“Coba jelaskan!” ujar Pak Bima.
“Wina setuju dengan perjodohan ini, tapi harus menikah malam ini juga!” jelas Bram membuat Bu Mila sejenak mengerutkan dahinya.
“Kenapa begitu cepat, Bram?” tanya Bu Mila.
“Wina mempunyai alasan sendiri, Ma. Aku juga tidak tahu alasannya apa? Tapi sepertinya Wina menghindari fitnah, Ma.”
Bu Mila dan pak Bima mengangguk mengerti dengan status Wina. Apa lagi Wina memang wanita baik-baik dan ada nama baik yang harus ia jaga.
“Baiklah. Kalian bisa menikah agama lebih dulu. Selebihnya nanti biar Papa dan Om Herman mengurus syarat-syarat lainnya untuk ke KUA dan secepatnya mendaftarkan pernikahan kalian,” Jelas pak Bima lega. Akhirnya Wina yang menjadi menantunya. Karena ia tahu Wina yang yang lebih cocok untuk mengimbangi Bram dalam hal apapun.
“Baiklah ... sebentar lagi makan siang. kita siap-siap.” Bram tersenyum kemudian keluar dari kamar orang tuanya.
Saat keluar, ia melihat Wina sedang menuntun Syasa menuju lift. Ia pun menghampiri Wina dan Syasa.
“Win ...!” panggilnya. Wina menoleh melihat Bram berlari ke arahnya.
“Mau kemana?” tanya Bram.
“Mau mencari makan siang untuk Syasa. Syasa sudah waktunya makan siang.”
“Ya sudah. Ayo saya temani.”
Bram menggendong Syasa lalu berjalan berdampingan dengan Wina menuju lift.
Syasa terus memandangi wajah Bram dan tersipu malu, sesekali Si kecil yang menggemaskan itu tertawa kecil saat Bram menggodanya. Mereka masuk kedalam lift.
“Syasa mau makan apa?” tanya Bram.
“Makan ayam goreng! Om mau temani Syasa,” balas Syasa dengan ciri khas imutnya.
“Boleh.” Bram tersenyum lalu mencium pipi Syasa.
Bram melihat Wina tersenyum tipis melihat anaknya. Tidak biasanya sang anak mau di ajak dan di gendong dengan orang yang baru ia kenal. Anak kecil memang lebih peka siapa orang yang tulus dan tidak. Sesampainya di lobby Mereka tidak sengaja bertemu dengan Damar.
“Bram, Wina? Kalian?” Damar melihat Wina dari atas sampai bawah. Karena memang Wina saat ini jauh sangat berbeda.
“Ini Wina, kan? ngapain kalian di hotel?”
“Gak usah banyak tanya. Kau sendiri ada apa datang kemari?”
Damar masih melihat Wina dengan takjub.Ia tidak percaya wanita primadona di kantor bisa lebih cantik seperti saat ini.
“Dam!” seru Bram sekilas menepuk lengannya.
“Hah!”
“Kau ngapain kemari?”
“Om Bima yang menyuruhku kemari.”
“Ya sudah. ikut kami, nanti kau tau kenapa kami berdua bersama.”
Damar melihat mereka jalan lebih dulu dan bertanya dalam hati. kabar apa yang sudah ia lewatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
beneran suka Bram
2021-02-19
0
Heny Ekawati
mertuax wina dtng ke srby urusan bisnis akankah mertua wina berbisnis dg bram dan mereka dijodohkan
2020-10-04
2
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
byk typo ya Thor,,mhn koreksi lagi 🙏🙏
2020-09-25
1