Terjerat Cinta Single Parent
Pagi yang cerah dengan cuaca yang begitu mendukung untuk beraktivitas. Matahari yang belum begitu tampak sempurna. Namun, membuat seorang wanita bangun dengan rasa bahagia menyambut harinya
Wanita itu bernama Wina Wijaya, Wanita cantik lemah lembut, tegas dan keibuan. Wina juga mempunyai seorang anak perempuan bernama Syasa, putri semata wayangnya dengan almarhum suaminya.
Ya … Wina adalah seorang singel parent alias janda. Suaminya meninggal saat bertugas. Almarhum suaminya adalah seorang angkatan laut. Suaminya meninggal saat putrinya berusia 1 tahun dan kini Syasa sudah berusia 4 tahun.
Seperti biasa Wina membangunkan putri kesayangannya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
"Sayang ... anak Mama bangun yuk …!” ujar Wina mengusap lembut rambut Syasa. Dengan malasnya anak kecil nan lucu itu menggeliat kemudian bangun.
"Mama," jawabnya lesu.
"Ayo sayang, nanti terlambat loh Sekolahnya,” jelas Wina selembut mungkin sembari mengusap rambutnya.
Wina menggendong Syasa menuju kamar mandi dan memandikannya. Setelah selesai Wina mendandani dan menyuapinya, ia juga sudah rapi untuk berangkat bekerja.
Status janda membuat Wina harus bekerja keras untuk menghidupi dan mencukupi kebutuhan dirinya serta sang anak.
Sebenarnya Jika dirinya tidak bekerja Wina masih mendapat tunjangan dari mertuanya setiap bulan. sebab mertuanya juga bukan orang sembarangan. Mertua Wina adalah seorang pengusaha kaya dan terkenal di Ibu kota dan koleganya juga orang-orang petinggi pemerintahan dan luar negeri. Syasa Sang anak adalah pewaris tunggal dari kerajaan bisnis mertuanya, akan tetapi Wina mempunyai prinsip sendiri tidak ingin merepotkan sang mertua dan tidak ingin menjadi beban keluarga suaminya.
Wina juga memilih untuk menetap di kota Surabaya. Karena terakhir sang suami di tugaskan di Surabaya. Banyak kenangan yang tersimpan di Surabaya. Maka dari itu, ia tidak mau meninggalkan kota yang penuh kenangan bersama almarhum sang suami. Wina juga bekerja di salah satu perusahaan milik rekan bisnis mertuanya Namun, ia tidak bekerja menjadi staf atau bagian penting dalam perusahaan kolega mertuanya melainkan menjadi seorang office girls.
Wina mempunyai alasan tersendiri, mengapa dirinya memilih untuk menjadi office girls. Sebab ia tidak ingin berkutat dengan kertas dan berkas yang membuatnya pusing tujuh keliling. Ia juga menyembunyikan identitasnya sebagai menantu orang terkaya di negeri ini. Bukan tanpa alasan itu semua demi keselamatan dirinya dan putrinya. Sebab musuh Mertuanya juga begitu banyak, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada sang putri.
Sebelum berangkat bekerja, Wina menitipkan Syasa pada pengasuhnya yang tetangganya, sekaligus sahabatnya, Mita. Mita dengan senang hati menerima tawaran Wina untuk menjaga Syasa selama dirinya bekerja. Mita sendiri juga belum dikaruniai seorang anak selama 4 tahun menikah.
"Mbak Mita! titip Syasa ya. Tolong antar ke sekolah, jagain ya Mbak, anaknya aktif banget." ucap Wina sembari menggendong Syasa di hadapan Mita
"Iya. Kamu tenang saja, Syasa aman sama aku,” balas Mita mengambil syasa dari gendongan Wina.
"Iya mbak. Terima kasih ya Mbak. Ini bekal buat Syasa dan ini uang jajannya." Wina menyerahkan bekal, tas dan uang untuk syasa pada Mita.
"Iya. Ya sudah ... sana berangkat. Nanti kamu terlambat." Wina tersenyum lalu segera berangkat ke kantor.
Sesampainya di kantor Wina langsung menuju lantai 29. Karena tugasnya di lantai 29. Wina menghampiri temen-teman kerjanya di pantry yang sudah datang lebih awal.
“Pagi!” sapa Wina pada teman-temannya yang ada di pantry dan sedang menyusun gelas.
"Pagi nyonya!" jawab Tiyas yang memang suka bercanda dan selalu memanggil Wina dengan sebutan nyonya.
"Nyonya? Aamiin...!" jawab Wina diiringi tawa semuanya.
"Ok! Kita mulai bekerja," sambung Rudi rekan kerja lainnya.
"Kasih aku nafas, Rud. Aku baru sampai," balas Wina sembari meletakkan tasnya di loker.
"Iya nyonya, kami akan menunggu Anda." Rudi dan semua tertawa begitu juga para staf lain yang mendengarnya dan memang begitulah mereka selalu kompak dalam bekerja. dan melakukan bersama-sama.
Tidak terasa hari sudah mulai sore, Wina dan yang lainnya bersiap pulang. Wina dan Tiyas kini berada di parkiran. Tiyas pulang bersama Rudi karena memang mereka sedang dekat, dan Doni sendiri mengendarai sepeda motornya dan langsung menuju kampus. Karena ia juga sedang kuliah. Wina sendiri mengendarai motornya.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada kendaraan melaju begitu kencang dan membuat Wina terkejut sampai ia terjatuh. Mobil yang hampir saja menyerempetnya itu pun sudah melesat jauh. Saat dirinya terjatuh, tidak ada seorang yang menolong. Karena memang jalanan sedang sepi hanya beberapa orang saja melintas. Itu pun tidak ada yang mau menolong.
Namun, tiba-tiba ada salah satu mobil yang berhenti di pinggir jalan. Dua pria turun dan mendekati dirinya. Wina melihat dua pria tersebut sedikit berlari dan ia pun berusaha berdiri. Salah satu pria tersebut begitu tampan dan salah satunya biasanya saja.
“Kamu gak apa-apa?” tanya pria tersebut membantu Wina bangun dan salah satu pria tersebut membantu mendirikan sepeda motornya.
“Gak apa-apa," balas Wina sedikit takut. Wina takut jika dua pria itu orang jahat.
“Tidak perlu takut Nona. Kami bukan orang jahat, saya Dedi sopir tuan ini.” ucap pria yang mendirikannya motor Wina.
“Kamu ada yang luka? Kenapa bisa jatuh?” pria tersebut memegang satu pundak Wina, Wina menggeleng lalu menyingkirkan tangan pria tersebut.
“Terima kasih, tuan. Permisi!" Wina kemudian berjalan menuju motornya dengan rasa takut. Pria itu hanya tersenyum begitu juga sang sopirnya. Mereka tahu jika Wina ketakutan.
Saat menyalakan motor, Wina masih gemetaran. Alhasil motornya tidak kunjung menyala. Pria tersebut pun menghampiri Wina sedangkan sopirnya menuju mobil.
“Kenapa lagi?" tanyanya
“Gak tau! Gak mau nyala!”
Pria tersebut melihat Wina gemetaran, lalu ia menghela nafas panjang kemudian menstandarkan motor Wina. Sang sopir menghampiri mereka lalu keluar dari mobil dan membawa satu botol minuman.
“Tuan, mungkin Nona ini butuh minum. Biar tidak syok." pria itu mengambil botol minuman dan memberikannya pada Wina.
“Minumlah!" Wina menggeleng karena takut minuman tersebut diberikan sesuatu.
“Gak perlu takut. Ini air putih biasa. Ini masih bersegel.” Dengan ragu Wina menerimanya. Kemudian ia duduk di trotoar jalan di ikut pria tersebut duduk di sampingnya. masih dengan rasa gemetaran ia minum. Melihat Wina memegang botol gemetar pria tersebut pun membantunya.
“Rilex ya, apa perlu saya antar pulang." Wina secepat kilat menggeleng.
“Tidak tuan. Terima kasih. Saya sudah tidak apa-apa, saya hanya syok." Wina berdiri di ikuti pria tersebut.
“Sekali lagi terima kasih tuan.” pria tersebut mengangguk sambil tersenyum.
“Oh ya, Saya Bram!” Wina melihat Bram mengulurkan tangan, dengan ragu Wina membalasnya.
“Wina. Em … terima kasih!” Wina tersebut tipis kemudian menaiki motornya. Bram hanya tersenyum melihat Wina mengendarai sepeda motornya.
Saat hendak melangkah masuk ke dalam mobil. Bram tidak sengaja melihat gelang milik Wina, yang mungkin saat jatuh dari motor, gelangnya terlepas dari pergelangan tangannya. Bram pun mengambilnya lalu memperhatikan gelang tersebut.
“Wina Wijaya,” gumam Bram membaca ukiran nama milik Wina. Sekilas ia tersenyum melihat sang sopir yang juga tersenyum kemudian mereka masuk kedalam mobil lalu pulang pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Cherry🍒
ikut senyum juga 😁
2023-02-08
0
zuuu
cerita yg mendivinisikan klo cinta itu tak di bawa mati.... dan hidup terus berlanjut...... dan jgn smpe cinta buta sama seseorang krna klo salah satu mati yg lain cari yg baru..... begitu kan thor.....
2023-01-14
1
Rofita 21
aku suka wina, wanita kuat dan tangguh ❤️
2021-11-14
0