Suasana sepi di kamar Cantika terpecah saat terdengar ketukan di pintu dari luar. Dan kedua suami istri yang tengah beku itu sama sama tersenyum saat melihat tempat tidur bayi muncul di balik pintu. Bersamaan dengan dua orang perawat yang mendorongnya.
" Selamat pagi Ibu Cantika. Kami mau mengantarkan bayi anda sekalian mau mengantarkan sarapan pagi. " Ucap salah seorang perawat itu.
" Terima kasih, Sus . Boleh saya menggendongnya ? " Ucap Cantika berbinar.
" Tentu, tapi Ibu harus bersih bersih dulu. Biar saya bantu seka, berhubung Ibu belum diizinkan bangun dan mandi. " Seorang dari perawat itu memasuki kamar mandi dan kembali dengan sebuah baskom dan waslap.
Cantika sangat canggung diperlakukan seperti orang lumpuh. Tapi kondisinya memaksanya untuk menerima saja . Rasa canggung itu jadi berlipat ganda karena sang perawat malah meminta bantuan Yuda untuk mengangkat tubuh Cantika saat hendak membuka pakaian.
" Pak, bisa bantu saya untuk memiringkan badan istri anda ? " Ucap perawat itu.
" Tentu, Sus. " Yuda melakukan apa yang perawat itu arahkan.
" Tolong bantu Ibu nya untuk duduk bersandar, Pak. " Ucap perawat itu setelah selesai menyeka dan mengganti pakaian dan sprei Cantika.
Cantika sangat gugup saat Yuda mendekap nya dan membantunya untuk duduk. Saat perawat itu membantu menumpuk bantal di belakang Cantika tiba tiba Yuda mengecup kening Cantika. Tatapan keduanya tertaut lama. Banyak makna dari tatapan keduanya. Ada kerinduan yang tersirat dan sulit untuk diungkapkan. Hingga suara perawat mengejutkan keduanya.
" Pak, ini sarapan Ibu Cantika. Apa perlu saya bantu ? " Tanya perawat yang lain.
" Biar saya saja yang menyuapi istri saya. " Jawab Yuda.
" Baik kalau begitu, Pak. Jika butuh bantuan silahkan pencet tombol merah itu ya, Pak. Nanti setelah sarapan Ibu boleh belajar menyusui, nanti kami bantu. " Jelas perawat itu.
" Baik, Suster. Terima kasih. " Balas Yuda.
" Kalau begitu kami permisi. " Kedua perawat itu undur diri meninggalkan keluarga kecil itu dalam kesunyian.
" Ayo sarapan, Mas bantu, ya ? " Ucap Yuda sambil mengambilkan sarapan Cantika di nampan pemberian perawat tadi.
" Aku sendiri saja, tolong ambilkan saja, Mas." Tolak Cantika halus.
" Biar aku saja. Tanganmu di infus pasti sulit untuk memegang sendok. Aku tahu kamu marah tapi tolong jangan sekarang lampiaskan. Kamu lagi sakit, aku tidak ingin jadi suami kejam dengan membiarkan kamu kesulitan. " Yuda bicara tanpa menatap. Dia menyibukkan diri dengan menyiapkan bubur dan air putih untuk Cantika.
Cantika tak menampik jika dia kesulitan. Tapi rasa kecewanya tengah berkuasa membuatnya tak ingin bergantung. Apalagi hal yang terjadi semalam masih hangat di ingatannya.
" Kamu memang kejam, dan aku baru menyadarinya sekarang. Aku hanya belajar untuk tidak terlalu bergantung padamu. Entah kenapa aku merasa takut jika terlalu terlena dan akhirnya terpuruk kembali . " Dengan susah payah Cantika menahan genangan cairan beningnya.
Yuda tertegun mendengar ucapan Cantika. Ada guratan kekecewaan dalam dari mata yang berkilau itu. Meski Cantika sama sekali tidak menatapnya. Tapi Yuda dapat menangkap raut sendu itu. Ucapan Cantika mampu menusuk dalam ke relung hatinya. Yuda merasakan nyerinya.
" Maaf...
Hanya satu kata itu yang bisa Yuda ucapkan. Tapi itu tidak memuaskan rasa kecewa yang Cantika rasakan.
" Maaf...? Untuk apa ? Untuk kesalahan yang mana ? " Cantika memandang Yuda yang menatap ke sembarangan arah menghindari tatapannya.
" Semuanya ..." Ucap Yuda tak yakin.
" Termasuk dengan memeluk mantan di saat istrimu terbaring lemah ? " Sarkas Cantika yang tak bisa menahan lagi.
" Kamu... kamu tahu...
" Tentu, dan karenanya aku hampir meregang nyawa dan membunuh anakku sendiri. Itulah yang ku sesali hingga saat ini. Terlalu lemah dan bodoh. Karena itulah aku tidak ingin tergantung terlalu banyak padamu. Karena aku punya firasat buruk tentang kita. Entah itu masa lalu mu atau masa lalu ku yang akan membuat hubungan ini semakin rumit. "
Yuda menegang, hal yang dia takutkan kini ternyata terjadi. Cantika melihat semuanya. Apa lagi yang harus Yuda jelaskan. Yuda termangu dan membisu. Bingung harus bagaimana membela diri. Toh memang semua salahnya.
" Aku bisa melihat caramu menatapnya, caramu memeluknya dengan penuh kerinduan. He... he... bahkan disaat itu aku sedang membutuhkan genggaman tangan suamiku saat itu. " Cantika tak meneteskan sedikitpun air matanya. Meski kini suara dan tubuhnya bergetar sangat jelas.
" Tidak... aku tidak merindukan nya. Aku hanya...
" Tidak usah menjelaskan hal yang jelas terlihat, Mas. Aku sadar siapa aku bagimu. Ini hanya perasaan sesaat, yang berbungkus rasa tanggung jawab dan rasa bersalah. Aku memaklumi itu. Jangan khawatir kan aku, aku baik baik saja. " Cantika meraih mangkuk di tangan Yuda tanpa berusaha Yuda tahan.
Cantika menyuap bubur itu dengan tangan kiri, karena tangan kanannya tertancap jarum infus. Tanpa mempedulikan Yuda yang menatap kosong padanya. Entah apa yang Yuda pikirkan Cantika tidak ambil pusing. Cantika hanya ingin makan, perutnya terasa sangat lapar dan dia harus segera memberi asi untuk malaikat kecilnya.
" Aku mencintaimu, Cantik. Percayalah...! Bukan hanya tanggung jawab. " Cantika menghentikan suapan nya.
" Tidak mungkin rasa cinta mampu membuat seorang suami mengabaikan istrinya yang hamil besar sendirian. Disaat aku tak bisa tidur tanpa pelukan. Disaat aku butuh seseorang mengusap pinggang ku yang pegal membawa perut besar ini. Tak mungkin rasa cinta mampu membuat seorang ayah mengabaikan bayi yang hingga lahir dia tidak mengetahui jenis kelamin nya. Rasa cinta model apa itu, Mas. "
Lagi lagi Yuda tercekik dengan ucapan Cantika yang lembut seperti biasanya. Namun mampu menampar Yuda berkali-kali.
" Rasa cintamu terlalu tipis. Hanya karena aku menghargai seorang pria tua yang aku panggil Papa mertua kamu menghukumku hingga babak belur . Rasa cinta itu terasa rapuh saat datangnya masa lalu , kamu mampu menghancurkan pondasi cinta lemah mu itu. Aku saksi betapa besarnya cintamu pada mantan mu itu, Mas. Aku menyaksikannya dan merasakan akibat patah hatimu. Jadi aku bisa membandingkan cinta yang kau sebutkan itu. Aku sangat tahu. "
Cantika kembali menyuap bubur yang tinggal beberapa suap lagi. Di dalam hati Cantika hanya bisa mendoktrin dirinya agar tidak terlihat lemah dan menangis. Tidak... air mata hanya akan membuatnya dikasihani bukan dicintai.
" Tolong ambilkan obat ku, Mas. " Ucap Cantika sesantai mungkin. Yuda terbangun dari lamunannya. Dan langsung bangkit mengambil sebuah wadah kecil berisikan beberapa butir obat dan menyerahkan pada Cantika.
Dengan sigap Yuda mengambil air mineral dan merapikan mangkuk bekas dan sisa sarapan Cantika. Cantika hanya membiarkan saja. Toh Cantika tidak bisa melakukan apapun saat ini.
" Mas, tolong dekatkan Malika kesini. " Ucap Cantika spontan menyebut sebuah nama.
" Malika...? " Tanya Yuda kebingungan.
" Oh... maaf, aku memberinya nama Baby Malika. Karena aku yakin kamu belum menyiapkan nama untuknya. " Lagi lagi Yuda tertampar oleh kebenaran ucapan Cantika .
" Kamu tenang saja, Mas. Malika itu artinya Ratu atau penguasa.Bisa diartikan juga penjaga. Dia malaikat kecil ku. My angel not your Angel. He... he... jangan tegang gitu, Mas. Nyatanya My angel di ponselmu blokiran nya telah terbuka kan. Berarti kamu punya malaikat yang lain bukan Malika ku. "
Jantung Yuda terasa berhenti berdetak. Rasa keterkejutan nya dengan ucapan Cantika seperti menelanjangi nya. Cantika tahu semua yang dia simpan selama ini. Sejak pesan tak dikenal kala itu Yuda memang telah membuka blokiran nomor Angel. Yuda tak menyangka Cantika mengetahui itu.
" Cantik...
" Tidak perlu menjelaskan apapun, Mas. Sudah aku katakan, aku memaklumi semua itu. Jangan membela diri ataupun mencari alasan apapun, itu tidaklah diperlukan. Karena aku sudah melihat semuanya. " Cantika menampakkan senyum ketegaran , sedangkan Yuda menatap penuh penyesalan.
Yuda bisa merasakan Cantika telah membangun bentengnya. Dan Yuda kembali melihat tatapan yang dulu Cantika berikan padanya Saat Cantika masih sekretaris nya dulu. Tatapan tegar penuh amarah yang terpendam. Tapi tak ingin meluapkan karena banyak alasan untuk tetap menahan.
Cantika yang terbiasa menahan rasa sakit dalam senyuman. Cantika yang selalu bertahan meski dalam keadaan sesulit apapun. Cantika nya kembali mengeras seperti karang yang kokoh terhempas ombak dan badai. Tidak... Yuda tidak bisa melepaskan Cantika begitu saja.
" Kamu terluka ? Aku aku tahu, akulah sumber lukamu itu. Aku menyadari kesalahan ku. Cantik... kamu benar, cinta kita rapuh. Tapi kita masih bisa saling menguatkan. Aku sama sekali tak berniat meninggalkan mu. Demi Tuhan aku mencintaimu, meski kamu menganggap nya cinta tipis, rapuh atau apalah.... Tapi aku yakin aku mencintaimu. Aku tidak ingin kehilangan mu. Kamu boleh menghukum ku, tapi untuk saat ini mari kita fokus dengan Baby Malika. Dia butuh kita saat ini. Abaikan dulu masalah yang tak perlu untuk kita perpanjang. Ayo saling memaafkan, dan saling memberi kesempatan pada cinta yang kamu anggap rapuh ini. "
Yuda menautkan jemari Cantika dengan miliknya. Menyalurkan rasa gundah yang tiba tiba merasuki nya. Takut Cantika berniat untuk menjauhinya. Yuda tak siap. Angel hanya masa lalu yang belum selesai baginya. Dan kini harus dia selesaikan. Baginya Cantika dan Malika adalah hidupnya dan harapan baru untuknya. Tidak dengan Angel.
" Dia tidak ada dalam rencana masa depanku... tidak ada...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai Readers jangan lupa subscribe ya, Love you all💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Titi Ati
benar Cantika jgn mengharapkan laki2 seperti yuda
2024-03-14
1
Ony Syahroni
tinggalkan saja Yuda plin plan
2024-03-01
1
Zainab Ddi
jangan percaya cantika
2024-02-13
0