Setan mesum enyahlah dari kepalaku!

Saat Tama sudah berada di ambang pintu kamar nonanya seorang pelayan keluar dari kamar itu dengan membawa beberapa barang, termasuk pakaian kotor sang Nona.

"Bi Mina, sesang apa Nona?" Tama bertanya kepada pelayan yang mengenakan seragam khusus itu.

"Nona tengah tidur, saya baru saja selesai membersihkan kamarnya." Setelah menjawab pertanyaan sang pengawal Bi Mina pergi dari hadapan Wiratama.

Dengan sangat pelan Wiratama membuka pintu kamar Rose, suasana redup menyambut kehadiran Wiratama.

Ya ampun ia susah susah berpenampilan layaknya bad boy hanya untuk membuat nona mudanya terkesan, sayangnya sang nona muda justru terlihat tertidur meringkuk di atas ranjangnya bergumul dengan selimut.

Salah satu kegiatan di hari minggu Rose memang tidur siang selain berkumpul dengan para teman temannya.

Semua tirai tertutup rapi, menciptakan suasana redup, Rose jesulitan memejamkan mata jika keadaan di sekitarnya terang benderang atau berisik, untuk itu Rose selalu membuat suasana kamarnya temaram hanya untuk sekedar memejamkan matanya.

Wiratama justru malah mengunci pintu kamar sang Nona, seakan tak rela jika sesuatu atau seseorang tiba tiba mengganggu dan mengacaukan kebersamaannya bersama nonanya.

Wiratama mendekat kearah Rose, ia memperhatikan ciptaan makhluk tuhan yang menurutnya sangat sempurna ini.

"Tuhan jika kau menciptakan gadisku secantik dan seseksi ini, lantas bagai mana bisa aku berpaling?" Wiratama berdecak kagum, menurutnya Rose adalah gadis tercantik yang pernah ia temui, bonusnya Wiratama sangat tertarik dengan gadis itu.

"Nyonyaku ngidam apa saat hamil kamu? Mengapa bisa kau begitu menggemaskan?" Wiratama duduk di atas ranjang Rose, menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Apa yang harus kulakukan agar kau menoleh kearahku?"

Ini gila benar benar gila, Wiratama merasakan jika semangatnya selalu berkobar kala mengingat jika sebentar lagi Rose akan ia miliki seutuhnya, restu sang calon mertua sudah ia kantongi.

"Hmmm,"

Rose merintih pelan, sepertinya gadis itu mengigau. Tapi Rose bukan lah seseorang yang sering mengigau untuk itu Wiratama menempelkan tangannya di kening Rose.

"Hangat, sepertinya kau demam." ia juga menurunkan punggung tangannya keleher sang gadis yang terasa lebih dari hangat.

"Sial, sial. Dasar mata sial! Bisa bisanya malah melirik pada kedua gundukan kembar yang menantang itu. Tapi apah salahnya jika aku memastikan suhunya juga."

Dasar pangeran mesum, bilang saja apa yang ia lakukan adalah mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Ya Tuhan mengapa aku baru sadar jika bentuknya sebesar itu? Pintar sekali gadisku menyembunyikan harta karun itu di balutan pakaian kerjanya." Wajah Wiratama sudah terasa panas, warna merah mendominasi wajah hingga ketelinganya.

Tidak hanya merabanya saja, Wiratama bahkan meremas lembut kelembutan nonanya hingga Rose menggeliat, buru buru Wiratama menjauhkan tangannya.

"Astagha jika seperti ini aku yang sakit. Tubuhku juga lebih panas. Huft!" Helaan nafas ia hembuskan dengan tangan yang ia bentuk berkacak pinggan.

"Sial, benta tak tau diri! Bisa bisanya dia bangun di saat nonaku tengah sakit!" Wiratama menatap miliknya yang menegang di balik celana yang ia kenakan, memaki pusakanya sendiri yang ia rasa tak waras.

"Bersabarlah sebentar lagi! Kau akan mendapatkan bagianmu, kau akan berpesta setelah pawangmu berhasil kunikahi, jika ia terus menolak, kita per kosa saja bagai mana? Jika cara baik tak bisa cara kejipun akan aku tempuh." Layaknya orang tak waras pemuda kekar itu berbincang sendiri.

"Tidak tau diri sekali gadisku jika tetap menolakku setelah ku per kosa."

Wiratama menuju kotak p3k mencari suatu benda yang kerap kali di gunakan untuk mengompres.

Wiratama tak mau repot repot menyiapkan handuk serta air hangat untuk mengompres tubuh Rose yang terkena demam.

Jaman sudah maju, untuk itu ia petlu memanfaatkannya. Wiratama membuka benda itu dari bungkusnya kemudian menempelkan benda itu di kening Rose.

"Pasti kau demam karna terlalu banyak main air, pasti kau lupa untuk membaluri perutmu dengan minyak kayu putih sebelum bermain air." Memang hanya Wiratama yang selalu melakukan hal itu. Mungkin kedekatan yang terjalin di antara mereka juga yang menumbuhkan perasaan Wiratama lebih dari sekedar seharusnya.

"Kulit tanganmu juga kusam, pasti kau lupa memakai sun screen di tubuhmu. Kebiasaan kau hanya memakai tabir surya di wajahmu saja." Tak ada yang lebih perduli kepada Rose selain Wiratama, sekalipun adik adiknya sendiri.

"Emmm, dingin."

Rose justru menyusup kepangkuan Wiratama dan membenamkan wajahnya di permukaan perut Wiratama yang terhalang kaus yang ia kenakan.

"Kau mendekati batang yang akan membuahimu dan menanamkan benih di rahimmu? Kau tengah berkenalan atau sengaja ingin mengujiku, Hmmm?"

"Ya Ampun Wirata, sejak kapan kau pandai membual? Setiap kalimatmu terdengar seperti racun yang mematikan." Wiratama meringis sendiri, kemudian tertawa, tawa yang tak mengandung humor sama sekali.

"Rose, bangun yu. Minum obat dulu." Wiratama menepuk pelan pipi Rose, juga mengecupnya karna ia tak ingin rugi, tidak hanya pipi, Wiratama juga mengecupi hampir seluruh wajah Rose termasuk bibir dan kedua mata nonanya.

Rose tak bergeming, matanya sangat setia tertutup rapat.

"Dia pasti marah jika sadar aku menciumi wajahnya."

"Dingin."

Lagi Rose bergunam, ia bahkan memeluk pinggang Wiratama.

Ini kesempatan emas, Wiratama menarik selimut kemudian menyelusupkan tubuhnya juga di balik selimut.

"Semoga saja Tuan dan Nyonya kembali, keputusan merela pasti menikahkan aku. Ah, rasanya aku ingin itu semua terjadi."

Wiratama memeluk erat tubuh Rose, ia juga dengan sengaja menggesekan miliknya yang sudah menegang sempurna.

"Tuhan, enyahkan setan mesum dari kepalaku!"

"Hormon sialan!"

Sekuat mungkin Wiratama meredam nafsunya yang sudah nenggunung, jika saja tak memmikiekan dampak dan imbasnya, Wiratama bisa saja meniduri Ros saat ini juga, mengingat rumah sangatlah sepi.

Tapi meniduri seorang wanita sakit adalah satu hal yang berengsek, sehingga Wiratama hanya bisa menghibur dirinya dengan menyentuh beberapa bagian tubuh Rose termasuk kelembutan juga perut rata nonanya.

"Steven bersabarlah."

Terpopuler

Comments

Rini Eni

Rini Eni

wir wir udah kyk kambing kebelet kawin kau

2023-11-12

0

Desi Forever

Desi Forever

gila kakak,ceritanya makin deg degan sket perut

2023-10-12

0

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

thoor knp lama up nya..

2023-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!