Clara masih bergelayut manja di lengan Hayden yang sedang menelpon. Tangannya merambat kemana-mana.
Hayden menutup begitu saja panggilan itu.
Clara memberikan segelas wine untuk Hayden.
"Ada masalah?" korek Clara.
"Heemmm,"
"Aku dengar kamu punya anak? Siapa wanita yang berani mengandung anak kamu sayang? Aku saja tak berani," oceh Clara.
"Jangan bahas dia," kata Hayden dengan tatapan tajam.
Hayden tak mau wanita ibu dari anak-anaknya diungkit oleh l4cur di depannya.
Nyatanya hanya Helena lah wanita satu-satunya yang masih perawan yang berhasil ditiduri oleh Hayden.
Seperti kebanyakan novel online lainnya, Hayden melakukan karena pengaruh obat perangsang yang diberikan oleh seseorang dan Helena dalam keadaan mabuk malah menantangnya.
Memang kenyataannya seperti itu, jadi othor nggak mengada-ada loh ya. Aslinya othor emang nggak ada ide yang lain. Gitu aja kok repot.
Clara terkicep.
Targetnya, malam ini dirinya ingin berakhir di ranjang sama dengan Hayden.
Sudah cukup lama Hayden tak mengajaknya kencan.
Meski laki-laki yang dingin, Hayden adalah sosok yang loyal memberikan hadiah buat teman kencan sesaatnya.
'Aku harus mendapatkan Hayden Frederick Sampson' tersimpan niat kuat dalam hati Clara.
Hayden beranjak.
"Mau kemana?" tanya Clara.
"Masih sore sayang," Clara tak rela jika Hayden pergi begitu saja.
"Gue ada perlu," entah kenapa pikiran Hayden tiba-tiba teringat akan Helena Rose.
"Mencari wanita miskin itu? Wanita yang menjadikan kedua anaknya untuk mendekati kamu," ucap Clara membuat Hayden jengkel.
"Akupun bisa Hayden. Aku bisa menjadi ibu dari anak-anak kamu," lanjut Clara.
"Cih, gue yang tak sudi," balas Hayden.
Dengan kehadiran dua anak kembar yang tiba-tiba saja membuat Hayden pusing.
Ini ditambah ada wanita yang dengan ikhlas dan rela hati untuk menjadi ibu anak-anaknya.
Hidupku bisa repot nantinys. Batin Hayden.
Hayden berlalu meninggalkan Clara, meski Clara terus merayu agar Hayden tetap berada di sana.
Mobil sport telah meluncur memecah jalanan ibukota.
"Sialan Clara," umpat Hayden saat tubuhnya bereaksi luar biasa.
Tubuhnya mulai berasa panas.
"Bodoh kamu Hayden, kenapa bisa jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya," umpat Hayden merutuki dirinya sendiri.
Ponsel Hayden berdering saat Hayden mencoba meredakan rasa panas yang dirasakan.
"Halo,"
"Tuan, rombongan nyonya Helena menuju kota C. Mereka pergi dengan naik taksi. Orang-orang tuan Harrys pergi mengikuti," kata anak buah Hayden.
"Kalian ini bodoh atau gimana sih? Bawa Helena secepatnya!" teriak Hayden.
"Ba...baik...tuan," panggilan dimatikan saja oleh Hayden.
.
"Mah, apa mobil di belakang itu ngikutin kita?" bilang Zayn.
"Hhhmmm enggak mungkin," seru Helena.
"Kalau enggak, kenapa mereka nggak nyalipin nih taksi? Mobil itu mewah loh. Nggak mungkin kan kalah cepat sama nih taksi," bahas Zayn.
"Pak sopir, lebih cepat dong. Biar berasa naik mobil yang ada logo kuda jingkrak," provokasi Zayn.
"Ha...ha... Emang kamu tahu mobil apaan itu?" tukas pak sopir yamg sudah berumur itu.
"Tahu lah. Mobil dengan dominasi warna merah, dan kecepatannya setara dengan ribuan ekor kuda," kata Zayn diplomatis.
"Mau jadi pembalap?" tanya pak sopir.
"Mana dibolehin mama pak sopir," sela Zayden.
"Makanya aku mau jadi artis cilik aja," lanjut Zayden.
"Artis? Sok cakep lo", olok Zayn.
"Biarin...daripada kamu. Dingin bagai freezer," balas Zayden dengan kata penuh penekanan.
"Kalian kok malah saling debat sih?" ujar Helena menengahi.
"Zayn tuh duluan," kata Zayden.
"Kamu juga ngikutin aja" ucap Zayn tak mau kalah.
"Sudah...sudah... Mama pusing nih," keluh Helena.
"Kita pijitin Mah," seru keduanya.
Helena yang awalnya ingin marah kepada keduanya, luluh juga emosinya karena perlakuan manis kedua putranya yang sangat pintar mengambil hatinya.
"Bi, apa masih jauh?" tanya Helena.
Bi Ijah ternyata sudah sampai alam nirwana.
"Hah, sudahlah. Mungkin bibi terlalu capek karena sesak nafas tadi," gumam Helena.
"Bukan capek karena sesak, tapi akting sesak," Zayn meluruskan.
"Jadinya ini kemana nyonya?" tanya pak sopir.
"Alamat seperti yang dibilang bibiku tadi," jawab Helena.
Zayn dan Zayden berada dalam mode waspada.
"Mama, kalau ngantuk tidur aja. Kita jagain dech," seru keduanya laiknya pria dewasa.
Helena terlihat beberapa kali menguap.
Sopir taksi menginjak rem dalam membuat suara deritan yang sangat keras karena ban mobil berusaha menghaluskan aspal. Eh kebalik, ban mobil yang menjadi halus karena gesekan ya? He...he...
Helena dan Bi Ijah kaget dan langsung terbangun.
"Kenapa pak?" tanya Bi Ijah cemas.
"Tuh di depan!" serunya mengambang.
Sebuah mobil sport warna hitam tengah menghadang.
"Siapa lagi itu Non, bibi jadi takut?" kata Bi Ijah dengan suara bergetar.
"Wow, keren tuh mobil," puji Zayn membuat Zayden ikutan melongok.
"Nah pak, mobil depan tuh yang larinya bagai ribuan tenaga kuda," Zayn melanjutkan.
"Pak, mundur sedikit biar dapat jalan," suruh Helena.
"Kita harus cepat pergi," kata Bi Ijah kuatir.
"Apa kalian sedang dalam pelarian?" seru pak sopir.
Helena seperti berada dalam keadaan yang sama beberapa minggu lalu.
"Apa kami tampang penjahat? Enak saja," kata Bi Ijah gusar.
"Bukan begitu bu," tukas pak sopir.
"Makanya ayo jalan bos," ucap Helena.
Ketika taksi hendak berjalan mundur, ada sebuah sedan mewah lagi yang menghadang di belakang mereka.
Deg...deg...deg...detak jantung Helena bagai suara ketipung ditabuh. Frekuensi denyutnya setengah kali lebih cepat daripada biasa. Mungkin kalau diukur pakai oksimetri, saturasi oksigen ikutan menurun drastis karena dadanya tiba-tiba berasa sesak dan jantung dipompa terlalu cepat. Seperti yang dialami Bi Ijah beberapa jam yang lalu.
"Non, apa kita ketahuan?" tanya Bi Ijah.
Helena hanya bisa menggeleng.
"Kalian sih, boong melulu," celetuk Zayden.
"Husssttt diam, jangan tambahin pusingnya mama," kata Zayn.
"Mama nggak pusing Zayn, tapi sesak," ucap Zayden.
"Husssssttt," Zayn menyuruh diam Zayden saat beberapa orang pria berbadan tegap, baju rapi meski tak memakai jas. Bisa dikatakan penampilan mereka lebih rapi dan berkelas daripada yang sebelumnya mendekat ke arah taksi yang tak bisa bergerak.
"Mereka seperti pengawal pejabat tinggi saja nyonya?" kata pak sopir.
"Atau jangan-jangan anda adalah DPO?"
"Atau anda target OTT?" seru pak sopir.
"DPO? OTT? Apa itu sejenis makanan pak?" tanya polos Zayden.
"Boleh minta kah?" seru Zayden berikutnya.
Pak sopir hanya bisa menepuk jidat.
Tok...tok...pintu mobil diketuk.
"Gimana ini Non? Bibi nggak mau dibawa mereka lagi," ujar wanita setengah baya itu.
Helena menggenggam tangan Bi Ijah untuk saling menguatkan karena dia sendiri juga cemas sekarang.
Pak sopir menurunkan kaca mobil.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Angin sepoi-sepoi di pagi hari, membuat segar suasana #Up telah datang lagi, tolong kasih dukungannya.
Makan pecel lele jangan lupa lalapan # plisss baca pelan-pelan 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Mazree Gati
ilfil baca omongan kembar
2024-08-01
1
Inay
🤣🤣🤣🤣🤣
2023-11-18
1
Tania
lanjut kak
2023-09-28
2