Acara pemakaman tuan Hendrawan telah selesai.
"Habis ini lo mau kemana?" tanya Alice.
Helena hanya bisa mengangkat kedua bahu.
"Gue numpang di apartemen lo," kata Helena yang yakin Alice akan memberinya tumpangan.
Sepupunya yang selama ini selalu ada di sampingnya.
"Sorry, apartemen gue cuman ada satu kamar," tolak halus Alice.
"Ya nggak papa lah. Lagian ranjang lo cukup buat berdua," ucap Helena.
"Oopppsss sorry Helen, gue ada kuliah nih. Pergi dulu ya," kata Alice dengan meninggalkan Helena di depan makam.
"Apa lo juga mau ninggalin gue?" gumam Helena dengan nada sedih saat Alice berjalan menjauh.
Tak ada sahutan apapun terucap dari bibir Alice, karena sepupunya itu telah berlalu dengan naik mobil.
"Gue harus kemana?" galau, hanya itu yang dirasa oleh Helena saat ini.
Helena berjalan gontai, menjauh dari makam.
"Non... Non Helen. Tungguin bibi," panggilan Bi Ijah membuat mata Helena kembali menoleh ke belakang.
"Loh, bibi kok masih di sini? Kirain sudah pulang kampung," kata Helena, mendapati asisten rumah tangga itu masih mengikuti nya.
"Bibi ikut Non saja. Lagian di kampung sudah tak ada keluarga lagi," katanya.
"Bi, aku tak punya apa-apa. Gaji buat bibi bulan ini aja aku tak ada," seru Helena.
"Santai aja Non, kita cari kontrakan aja yuk. Kalau perlu kita pergi aja dari kota ini," ajak Bi Ijah.
Helena termangu. Ragu untuk mengikuti saran bibi.
"Sudahlah Non. Bukankah Non Alice juga tak mau nerima Non?" kata Bi Ijah.
Helena mengangguk.
Dengan berbekal sisa tabungan dan juga uang Bi Ijah, keduanya nekad untuk pindah ke lain kota.
.
"Non, masih mual?" tanya Bi Ijah seraya memijat tengkuk mantan majikan.
"Lumayan berkurang kok bi," jawab Helena.
"Kapan periksa?" tanya Bi Ijah.
Helena tersenyum paksa.
"Harusnya minggu ini,"
Bi Ijah mengeluarkan dua lembar uang bergambar pahlawan proklamasi untuk Helena.
"Segera periksa Non. Bibi ingin calon cucu bibi sehat," ucapnya.
Ya, tiga bulan setelah pindah ke luar kota. Helena baru mengetahui kalau dirinya hamil. Hasil ONS menghasilkan benih yang kini tengah bersemayam di rahimnya.
Bahkan saat USG pertama kalinya, Helena diberitahu dokter kalau dirinya hamil kembar.
"Miris sekali nasibku ya bi. Bahkan aku tak tahu siapa bapak calon bayiku," kata Helena berusaha tersenyum. Tersenyum miris pastinya.
"Sabar ya Non," elus wanita setengah baya itu di bahu Helena.
"Wanita hamil harus bahagia Non, tak boleh bersedih," hibur Bi Ijah.
"Mau bibi anterin periksa?" kata Bi Ijah menawari.
"Nggak usah bi, nanti dagangannya gimana?" Helena dan Bi Ijah jualan kue untuk menyambung hidup.
Helena sudah tak memikirkan kelanjutan kuliah strata dua yang putus di tengah jalan.
Helena pergi untuk memeriksakan kehamilan, kebetulan antrian tak begitu banyak seperti biasa.
"Alhamdulillah, keadaan bayi-bayinya sehat. Kalau posisinya terus begini, kemungkinan untuk melahirkan spontan sangat besar," kata dokter yang memeriksa.
"Perkiraan lahirnya tak berubah ya dok?" tukas Helena berkelakar.
"Tentu tidak nyonya. Tapi segala kemungkinan bisa saja terjadi," ulas sang dokter dengan jelas.
"Persiapan segera dipacking saja, kalau berasa sewaktu-waktu tinggal berangkat. Dan ini resepnya, silahkan diambil di farmasi," saran dokter itu.
.
Sembilan bulan masih kurang seminggu, Helena merasakan mulas yang luar biasa di perut.
"Bi, perut ini kenapa? Mulas sekali bi. Rasanya seperti diremas-remas,' keluh Helena tepat tengah malam.
"Jangan-jangan Non mau ngelahirin," ucap Bi Ijah.
"Kata dokter masih seminggu lagi bi," kata Helena seraya meringis menahan sakit.
"Heeeee...perkiraan itu bisa maju bisa mundur Non. Kali aja cucu-cucu bibi tak sabar mau ketemu calon Oma kece ini?" canda bibi.
Helena tertawa, meski perutnya kembali terasa melilit.
"Kita ke rumah sakit aja," ajak Bi Ijah.
Tak sampai setengah jam, Helena dan Bi Ijah telah sampai rumah sakit.
Baru naik meja pemeriksaan saja, Helena sudah tak kuat menahan rasa ingin mengejan.
Satu jam di sana, dua bayi tampan berhasil dilahirkan oleh Helena. Antara sedih dan bahagia bercampur aduk dirasa oleh Helena.
"Yah, maafin Helena," gumam Helena.
Bulir air mata kembali menetes teringat akan almarhum sang ayah. Tuan Hendrawan.
Bi Ijah memeluk Helena dan merangkulnya.
"Jangan tengok lagi ke belakang Non," ucap bibi sembari mengusap air mata Helena.
"Makasih bi,"
.
Tak terasa usia kedua bocah tampan telah berumur empat tahun.
"Hari ini kalian dianterin Oma. Mama musti berangkat pagi-pagi," kata Helena saat si kembar sedang menikmati sarapan pagi.
"Kan sejalan Mah, ntar Oma biar yang jemput aja," tukas Zayn sok dewasa.
"Iya, Zayden maunya sama mama," sela Zayden yang dengan gaya sok imut.
"Oke, lekaslah!" Helena menyetujui usulan keduanya.
Zayn dan Zayden saling toss.
Ya, sejak si kembar berusia dua bulan. Helena memutuskan mencari kerja.
Dan kebetulan ada sebuah perusahaan besar yang buka cabang di kota tempat Helena tinggal.
Helena langsung diterima, dengan pertimbangan Helena adalah sealumni dengan sang bos yang belum pernah sama sekali Helena temui.
"Alasan yang aneh," gumam Helena saat bagian HRD mengutarakan alasan kenapa Helena diterima saat itu.
"Oke, mama berangkat dulu. Zayn jagain adik kamu," kata Helena sebelum dirinya berlalu.
"Oke mama cantik," kata Zayn bangga.
"Cantik tapi jomblo. Buat apa?" tukas Zayden mengangkat kedua tangannya.
"Apa kamu bilang Zayden?" kata Helena menegaskan.
"Enggak kok. Aku cuman bilang kalau mama ku adalah wanita tercantik di dunia," Zayden terus saja berceloteh sampai guru kelas menyambutnya.
"Miss, nitip mereka berdua ya," kata Helena.
"Baik nyonya,"
"Bye mama," seru keduanya kompak.
Helena bergegas pergi karena waktunya mepet.
Hidup Helena semakin berwarna sejak ada Zayn dan Zayden.
"Kapan-kapan aku ajakin mereka ke makam ayah," janji Helena dalam hati.
Meski hanya sebagai sekretaris di sana, gaji Helena lumayan bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sekolah kedua anaknya.
Bi Ijah tak perlu lagi kerja, karena semua sudah dipenuhi Helena.
Sebuah mobil meski bukan mobil keluaran terbaru, tapi masih bisa kebeli oleh Helena.
Helena melangkah dengan pasti menuju lift untuk naik ke lantai dimana kantornya berada.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Di sini kosong di sana kosong, tak ada batang tebu#Author tak berkata bohong, cerita ini dijamin seru 🤗
Semaleman begadang, karena insomnia#karya baru telah datang, kasih like, komen biar naik popularitasnya.
Romansa cinta tetap menarik untuk dikulik, meski kadang tak bisa dibandingkan dengan dunia nyata. Toh ini memang dunia halu, jadi ingetin juga kalau author ngehalunya terlalu 😄
Salam jossss
To be continued, happy reading 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Natha
ada tebu dibawah kolong
kayu berasap bara pulai keramat
jika seru tidaklah bohong
aku siap baca sampai tamat
🤣🤣🤣🤣
2024-12-17
2
Siti Nurjanah
jangan jangan alice sepupu Helen itu ada sangkut paut dgn kejadian yg menimpa helen dgn adanya si kembar lahir di dunia ini
2024-06-17
2
Cah qzx Tekel
mulai seru nih kyknya
2024-06-08
1